(02). Lembur Moment

35 10 3
                                    

Anata bukan berasal dari keluarga yang cemara, ayahnya bekerja di luar kota tanpa kabar namun setiap bulan selalu mengirimkan uang untuk mereka berdua. Sedangkan ibunya bekerja menjadi seorang ilustrator yang jarang peduli dengan lingkungan sekitar, tak pernah keluar Rumah kecuali ke Kantor. Jadi Disma paham kalau terkadang Anata tidak mau pulang ke Rumah dan memilih untuk menetap saja di restoran mencari hiburan dari member Kitchen.

Dulu saat Shift keduanya masih sama, Anata masih rajin pulang tepat waktu. Tetapi ketika ia dapat shift pagi tetapi Disma middle atau siang, kadang Anata memilih untuk menetap dengan dalih "setia kawan" padahal dia nggak betah di Rumah.

Walaupun menyebalkan berada di Restoran karena selalu dijahili, dilempari bahan makanan seperti kacang-kacangan, bahkan kadang masih disuruh kerja padahal sudah selesai shift. Anata lebih memilih beraktivitas seperti itu daripada mengurung diri di Kamar seperti pengangguran.

Di sini Anata bersosialisasi, bercanda, dan bahkan bisa menambah ilmu yang tak bisa ia dapat selama shift sebelumnya, jadi menurut Anata nggak ada ruginya juga meskipun kadang kaki rasanya sakit. Berkali-kali ditegur Jojo juga buat jangan masuk ke Kitchen biar gak kena pas rame. Kan, capek maksudnya, tapi Anata mah ngotot, apalagi kalo member shift pagi menurutnya kurang seru, dia mau mencari keseruan dibully sama member shift siang.

Aneh, kan? Menurut Disma juga gitu kok. Kadang Anata protes kalau diganggu, tapi betah-betah aja di Restoran lebih dari 8 jam. Kalo Disma boro-boro, 8 jam udah cukup buat dia stress.

Terkadang kalau Anata masih berkeliaran padahal masuk shift pagi, karyawan-karyawan di Restoran suka heran. Gak ada capeknya gitu, dari pagi sampe malem kerjaannya keliling sana sini, kayaknya walaupun gak kenal tapi mereka pasti hafal sama Anata. Ya iya, cewe cakep yakali gak hafal.

Itu kalo beda shift sama Jojo, kalo sama ya jam pulangnya auto teratur. Sampe mas Fandi waktu bikin jadwal, Jojo requestnya bukan hari libur dia tapi disamain jadwalnya sama Anata biar anaknya pulang tepat waktu. Ya kasian, masih magang tapi lemburnya kek digaji aja.

"Kata 'bulol' kalo dikasih nyawa ya elo jadinya, Na."

Anata yang sedang membakar bakso buatan Tio tadi pagi pun terkekeh, "diem, gue gabut di Rumah."

"Oh, kirain gak punya Rumah," sahut Dimas saat melewati keduanya.

Anata yang memegang torch pun sontak mengarahkannya pada Dimas. Membuat lelaki itu membelalakkan matanya dan segera dibalas tawa jahat oleh Anata.

"Psikopat anying!"

"Ya elu nyebelin!"

Dimas mendecih, "pulang nape, bikin sumpek pemandangan gue aja."

"Mau memandangi siapa, sih? Temen gua, kah? Nih nih liat sepuasnya." Anata mengarahkan tubuh Disma ke depan Dimas.

Namun Dimas malah semakin mendecih sedangkan Disma bergidik ngeri, "tai lo, Na! Mata gue ternodai!"

"Heh, gue ganteng, ya!"

"Iya, kalo dilihat dari genteng noh!"

Anata yang berada di antara keduanya hanya tertawa puas karena berhasil mencampurkan api dan bensin yang sedari tadi diam. Nggak ada hiburan jadinya.

"Kurang ajar, lu sini gua lempar ke genteng."

"Dih, kek kuat aja, badan lu ama genteng aja masih berat genteng."

"Bangke, genteng mana beratnya 60 kg, cok??"

"Ya gentengnya 60 lah, 1 genteng kan sekilo."

"Dih, sotoy! Lo timbangin emang tuh genteng?"

Sabotase Rasa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang