(03). Realistis Aja

55 11 3
                                    

Selagi menunggu shift siang closing, Anata singgah sebentar ke tempat tidur yang ada di lantai 2. Sebenarnya dari jam 9 Anata sudah merasa ada yang aneh dengan tubuhnya. Padahal sudah makan tapi perutnya terasa perih sedangkan kepalanya sedikit pusing sampai ia akhirnya memutuskan untuk tiduran sebentar di sini.

Beruntung Restoran punya tempat tidur, kalau tidak sepertinya Anata nekat ke Mushola jam segini cuma buat tidur. Bisa-bisa ketahuan Jojo juga kalau dia lagi nahan sakit.

"Obatnya Disma kemaren di kotak lagi, entar ditanyain kalo gue ngambil."

"Sanggup gak, ya, sampe Rumah?"

"Yakali anjir haid sampe pusing begini. Apa imun gue udah nyerah?"

Kira-kira begitulah ucapan-ucapan yang keluar dari mulut Anata sembari mengisi keheningan di ruangan berukuran 3x3 itu. Sambil tangan kirinya memegang perut sedangkan tangan kanannya ia gunakan penutup mata untuk menghalau silaunya cahaya lampu.

Ketika Anata hampir terlelap, sebuah dering telepon masuk ke ponselnya. Membuat gadis itu mau tak mau melepaskan tangan kirinya dari perut dan mengambil ponselnya dari saku chef jacket.

"Halo?" Tanya Anata tanpa melihat kontak penelepon.

"Kamu dimana? Ditungguin gak muncul-muncul."

"Udah selesai?"

"Ini lagi pada siap-siap buat pulang. Suaramu kok lemes gitu? Capek? Apa ngantuk?"

"Aku diatas tidur bentar, hehe."

"Pantesan."

"Sorry deh, ini aku otw ke bawah."

"Cuci muka dulu, di motor jangan sampe oleng."

"Yayaya."

Selesai mematikan telfon, Anata menghela nafas, posisinya sama sekali tidak berubah dari awal namun setelah beberapa detik ia bangun dan berjalan menuju kamar mandi lalu membasuh wajahnya sesuai perintah Jojo tadi.

Sebenarnya bisa dibilang kepalanya saat ini sangat sakit di bagian alis, membuat Anata susah untuk membuka matanya seperti biasa. Bawaannya jadi kayak ngantuk yang gak bisa ditahan, tapi memang ngantuk, sih.

Kalau nggak ingat mau menemani Jojo mencari liquid kayaknya Anata lebih memilih pulang sendiri daritadi. Tapi yang minta nemenin juga dia sendiri, kan, jadi malu kalo nggak jadi.

Setelah merasa dirinya lebih baik dari sebelumnya, Anata pun mengambil ponselnya yang dia letakkan di kasur lalu menyusuri tangga menuju lantai 1.

"Nah muncul juga lo, Ta," celetuk Dimas yang pertama kali menangkap presensi Anata muncul dari tangga.

Semua member Kitchen berada di luar ruang staff sudah rapi dengan pakaian kasual mereka, bukan lagi chef jacket. Namun dari 5 orang itu, Anata tidak melihat batang hidung Jojo sama sekali.

"Kak Jojo mana?" Tentu pertanyaan itu yang keluar dari mulut Anata duluan.

"Di dalem, lagi beresin barangnya."

"Oke."

Anata pun berjalan masuk ke dalam ruang staff dimana kini gantian dipenuhi oleh waiter dan waitress yang sudah selesai membersihkan area Restoran.

"Si anjir, belum pulang aja lu, Nat?" Itu Ningtyas, waitress yang udah bagaikan kakak sendiri bagi Anata.

"Hehe, males pulang."

Ningtyas memutar bola matanya malas, "bilang aja kali mau pulang bareng ayang."

Mendengarnya sontak Anata hanya bisa tergelak, ya karena memang, tapi alasan utamanya memang malas pulang.

Sabotase Rasa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang