(12). Berteduh Sejenak

29 9 0
                                    

Perdebatan Anata dan Jojo berakhir dalam waktu yang cukup singkat, membuat mereka kini malah terjebak hujan di depan teras sebuah warung yang tutup. Beruntung di depan warung itu ada bangku yang cukup panjang, sehingga ketika Anata memutuskan untuk duduk di sana, Jojo dengan sifat serakahnya itu justru mengambil posisi tidur dengan menumpukan kepalanya pada paha Anata.

Kurang serakah apa coba?

Sedangkan si gadis pun hanya mendengus pada awalnya namun kini beralih memainkan rambut halus milik Jojo.

"Na,"

Anata yang tadinya memperhatikan sekitar pun menunduk sekilas lalu berdehem. Membuat Jojo yang tadinya memejamkan mata pun membuka matanya lalu menatap Anata lamat-lamat, "kalo aku juga cemburu sama kamu, apa yang bakal kamu lakuin biar bikin aku nggak kepikiran lagi?"

"Emang aku pernah bikin cemburu?"

Jojo mengalihkan pandangannya lalu mengangguk pelan, "kadang."

Anata lantas menautkan kedua alisnya, walaupun masih bingung namun ia tetap menjawab pertanyaan awal milik Jojo, "ya, tinggal aku jelasin."

Seketika atensi Anata yang tadinya sibuk memandangi jalan dan area sekitar kini tertarik dengan mimik wajah Jojo yang mencurigakan. Apalagi dengan pertanyaan Jojo barusan, mencurigakan sekali. Memangnya kapan dirinya itu buat Jojo cemburu? Bergaul dengan lelaki saja hanya pada karyawan di Restoran.

"Kalo gitu coba jelasin kenapa lusa kemaren pulangnya bukan sama ojol."

"Maksudnya?"

"Kamu pulang sama Haris, kan? Owner cafe yang kamu datengin sama Ningtyas itu," jelas Jojo dengan pandangan tidak sukanya.

Anata yang mendengarnya pun cukup terkejut, tetapi hanya sebentar, setelah itu segera mengubah ekspresinya menjadi biasa saja. Kenapa dia kemarin nggak kepikiran, ya, kalau Haris bisa memberitahukan hal ini pada Jojo. Padahal maksud Anata hanya memanfaatkan Haris saja sebagai pengantar pulangnya, nggak ada maksud lain.

Gadis itu pun mau tak mau mengangguk, "iya, tapi itu terpaksa."

"Yakin?"

"Waktu itu hpku nggak bisa buat download aplikasinya terus orangnya dateng, tanya-tanya habis itu nawarin nganter pulang soalnya pas itu hujannya deras lagi. Aku ngeiyain soalnya udah mau malem juga, takutnya hpku malah gak bisa buat pesen, malah gak bisa pulang gimana?"

"Kan, bisa pinjem aplikasi punya Haris aja, harus dianter pulang sama dia emang?"

Anata terdiam lalu bersuara setelahnya, "iya juga, ya."

"Kan," Jojo bangun dari posisi tidurnya dan duduk memunggungi Anata, "auk ah, ngambek aku."

Si gadis sontak mengeluarkan cengirannya lalu menarik lengan Jojo, "tapi aku, kan, cuma menganggap itu rejeki aku doang. Lumayan uangnya gak jadi kepake buat ojol, aku bisa nabung. Ambil sisi positifnya aja."

Itu dari sudut pandang Anata, yang tentunya sangat ditentang oleh Jojo, "kamu tau gak sisi negatifnya apa?"

"Apa emang?"

Jojo pun mengubah posisinya jadi menghadap Anata lalu menjulurkan telunjuknya ke depan dahi Anata lalu mendorongnya pelan, "kamu tuh secara gak langsung ngasih dia harapan."

Alis Anata terangkat sebelah, tak mengerti apa yang dibicarakan Jojo. Ngasih harapan gimana, deh? Dia aja nggak ngapa-ngapain, cuma ngobrol biasa.

"Ngasih harapan apa coba? Aku aja cuma diem."

Jojo menghela nafas, "aku tanya, deh. Kamu sadar gak kalo dia itu lagi coba pendekatan sama kamu?"

"... Sadar, sih."

Sabotase Rasa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang