"Habis ini mau kemana lagi?"
Pertanyaan Joe—atau yang biasa dipanggil Jojo—itu sama sekali tidak digubris oleh Anata. Mata Jojo melirik ke arah spion, memperhatikan wajah Anata yang menghadap ke samping kanan dengan ekspresi datar dan matanya pun kosong.
"Na?" Panggil Jojo memastikan gadisnya itu bisa mendengarnya atau tidak, "kamu ngantuk?"
Anata akhirnya menoleh lalu menatap ke arah spion, butuh waktu beberapa detik sebelum akhirnya menggeleng dan menjawab, "pulang aja, mau hujan."
Dahi Jojo mengerut, ia pun mendongak menatap langit yang memang berwarna hitam kemerahan. Lelaki itu akhirnya mengangguk dan mengantarkan gadis itu pulang ke Rumahnya.
Tak seperti biasanya, Anata terlihat lebih diam malam ini, sejak keluar dari Restoran sampai singgah di alun-alun sebentar untuk sekedar bercerita sembari ditemani tahu telor kesukaan Anata. Padahal saat mau pulang tadi, Anata masih haha hihi berpamitan dengan rekan-rekan shift malam. Tapi waktu sampai di parkiran, Jojo memang sudah merasakan aura yang berbeda dari Anata, aura-aura mau ngambek.
Di Alun-alun, hanya Jojo yang terus-menerus melempar pertanyaan. Mulai dari yang ada kaitannya dengan Anata, sampai menanyakan parfum Anata hari ini yang memang harumnya berbeda. Mengharapkan reaksi Anata yang akhirnya ternotice namun rupanya respon gadis itu tetap sama. Datar.
Menghabiskan waktu 25 menit, motor Vixion hitam milik Jojo itu pun terparkir di depan rumah Anata.
"Kamu kenapa diem aja daritadi? Aku ada salah?" Tanya Jojo pada akhirnya sambil membukakan kunci helm yang dikenakan Anata.
"Nggak."
Mata Jojo menyipit, tak percaya dengan semua tingkah Anata yang berkata sebaliknya, "yakin?"
"Iya," Anata akhirnya menatap mata Jojo, namun itu hanya bertahan beberapa detik sebelum matanya menatap ke arah bawah, "gak mood."
"Kok gak bilang? Tau gitu mampir bentar buat beli es krim."
"Kamu mau aku dikepret sama Mama gara-gara makan es krim malem-malem?"
Jojo terkekeh, "ya gapapa, kan, makannya diluar. Cuma aku doang yang tau."
"Terus kalo aku pilek?"
"Berarti kamu lemah," Jojo mengacungkan jempol lalu membaliknya ke bawah, "payah, masa pilek gara-gara es krim."
"Dih."
Pemuda itu tertawa puas lalu kembali mengucap, "yaudah besok aku beliin es krim, biar kerjanya gak lemes."
"Aku besok shift siang, emangnya es krimnya gak leleh?"
"Di taruh freezer dong, sayang."
Anata menahan senyumnya lalu mengalihkan wajah. Melihat itu, Jojo pun terkekeh sambil mencubit pipi gadisnya gemas, "lemah, digituin doang salting."
"Makanya panggil nama aja."
Jojo menggelengkan kepalanya, baru kali ini menemukan gadis unik seperti Anata yang tidak mau dipanggil sayang oleh pacarnya hanya karena tidak mau salah tingkah. Padahal serunya disitu menurut Jojo.
"Yayaya,"
Tapi pada akhirnya Jojo hanya menuruti apa kata Anata saja. Walaupun kadang suka keceplosan kayak tadi.
"Sana cepet masuk, langsung tidur, nanti aku aja yang chat, gausah kamu bales," lanjut Jojo sambil mengusap kepala Anata sekilas.
Sudah menjadi kebiasaan sampai Anata sendiri yang awalnya memprotes lama-lama malah mempersilakan Jojo untuk mengacak rambutnya itu.
"Iyaa, hati-hati."
Jojo menutup kaca helmnya dan perlahan mulai menghilang dari pandangan Anata. Membuat gadis itu yang awalnya tersenyum pun menjadi datar.
Pikirannya kini kembali berkecamuk, banyak sekali pertanyaan di kepalanya, namun untuk sekedar menanyakannya Anata belum bisa. Lebih tepatnya Anata takut yang ia dengar tadi adalah sebuah kebenaran.
Walaupun member di Kitchen sulit dipercaya, tetapi Anata terkadang masih mempercayai apa kata mereka. Contohnya tadi, saat ia dan Jojo pamit pulang, ia mendengar samar-samar percakapan Jojo dan Ruli yang jaraknya agak jauh darinya.
"Si Jasmin gak lo anterin pulang, Jo?"
Singkat namun mampu membuat mood Anata langsung berubah drastis dari yang awalnya senang jadi kepikiran. Awalnya Anata memilih untuk mengabaikan saja, namun ketika di pos satpam dan berpapasan dengan Jasmin yang mau masuk ke Restoran, Anata memang bisa melihat tatapan Jasmin yang agak tidak enak padanya lalu menyapa Jojo.
Hubungannya dengan Jasmin memang tidak terlalu dekat, tetapi ... Ah, entahlah, Anata tidak mau berprasangka dulu.
Mungkin untuk saat ini Anata cukup memperhatikan gerak-gerik Jojo dan Jasmin ketika bersama.
•
Anata (from Joe POV)
Joe (from Anata POV)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sabotase Rasa
FanfictionSetia pada satu perempuan kau tak pandai, menyabotase perasaan kau paling lihai. © goldenjun, 2024