8

35 10 0
                                    

[💕HAPPY READING 💕]
[✨Jangan lupa untuk berikan vote dan juga comment✨]

Pagi itu cerah, langit biru tak berawan, angin pantai berhembus sejuk, dan ombak yang tenang memberikan kesan damai. Saka sedang mengemudi, sementara Rion duduk di sebelahnya, asyik memilih lagu untuk diputar di mobil. Di kursi belakang, Yosan duduk di pojok sambil menatap keluar jendela dengan wajah datar. Di tengah, Satya dan Jevan duduk berdampingan, Satya sibuk melihat pemandangan lewat jendela dengan mata berbinar-binar. Di sebelah mereka, Rio terlihat fokus membaca buku.

"Aku nggak sabar banget, Kak!" seru Satya dengan senyum lebar. "Kita bisa main pasir, terus berenang, kan?"

Saka menoleh sejenak dari kaca spion, tersenyum kecil. "Iya, Satya. Kita bakal main sepuasnya. Tapi ingat, harus hati-hati di air, oke?"

"Oke, Kak!" balas Satya semangat, wajahnya penuh antusiasme.

Rion yang sedang memilih lagu tiba-tiba bicara, "Eh, ini pantai yang dulu sering kita kunjungi, kan?"

Saka mengangguk. "Iya, yang kita datengin waktu masih kecil dulu sama Mama Papa."

Suasana di mobil mendadak jadi hening sesaat. Kenangan tentang orang tua mereka seolah membayangi mereka semua, terutama Yosan yang tiba-tiba menggigit bibirnya, menahan emosi yang mungkin siap meledak.

"Ya... Aku inget dulu Mama sama Papa suka ajak kita kesini tiap liburan," gumam Jevan sambil tersenyum kecil, mencoba mengalihkan suasana.

Satya mengangguk dengan semangat. "Aku kangen sama Mama Papa..." bisiknya pelan, wajahnya tiba-tiba berubah sendu.

Rion yang mendengar itu, mencoba mencairkan suasana. "Hey, hey, kita ke sini buat seneng-seneng, bukan buat sedih-sedih. Kita harus bikin kenangan baru. Setuju?"

"Setuju!" seru Jevan dan Satya bersamaan, sementara yang lainnya tersenyum tipis.

Setelah beberapa jam perjalanan, akhirnya mereka tiba di pantai. Hamparan pasir putih menyambut mereka, ombak yang menggulung perlahan terlihat menenangkan. Semua segera turun dari mobil dengan semangat, terutama Satya yang langsung berlari ke arah air.

“Satya, jangan lari terlalu jauh!” seru Saka dari belakang, melepaskan sandal dan mulai berjalan ke arah pantai.

“Iya, Kak!” teriak Satya sambil melambai ke belakang.

Jevan dan Rio langsung mengambil bola untuk bermain, sementara Yosan hanya duduk di bawah payung, melihat ke arah laut tanpa ekspresi.

Rion melihat Yosan yang diam, lalu mendekatinya. "San, lo nggak mau ikut main?"

Yosan menggeleng pelan. “Nggak, aku di sini aja.”

Rion tahu, mungkin butuh waktu lebih lama bagi Yosan untuk bisa benar-benar menikmati momen ini. Tapi dia nggak mau memaksa. "Oke, tapi kalau kamu berubah pikiran, tau kan kita di mana."

Yosan hanya mengangguk tanpa melihat Rion. Dia masih terlarut dalam pikirannya sendiri, kenangan masa kecil bersama kedua orang tua mereka yang kini hanya tinggal ingatan.

Sementara itu, di tepi pantai, Satya sedang asyik bermain air, menendang-nendang ombak kecil yang datang. Jevan mendekatinya sambil membawa bola, “Satya, mau main bola sama aku nggak?”

Satya mengangguk antusias. “Mau! Kita main di pasir, ya!”

Mereka mulai bermain bola, tertawa dan bersenang-senang. Rio yang awalnya duduk sambil membaca buku, akhirnya bergabung juga, mencoba mencuri bola dari Jevan dengan tertawa keras. Di kejauhan, Saka duduk mengawasi mereka semua, merasa lega bahwa untuk sementara, keluarga mereka bisa merasakan kebahagiaan lagi.

𝐃𝐢 𝐁𝐚𝐥𝐢𝐤 𝐏𝐢𝐧𝐭𝐮 𝐑𝐮𝐦𝐚𝐡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang