Happy reading
***
"Ini tidak benar! Ada yg salah dengan Jenderal?" Kolonel Tang Yan tiba-tiba bicara di sela-sela makannya.
"Apanya yg salah?" Wenhan menoleh ke arahnya dengan raut wajah penuh tanda tanya.
"Akhir-akhir ini Jenderal tidak pernah terlihat di kafetaria. Apa jenderal sakit? Biasanya Jenderal tidak pernah sedikitpun melewatkan waktu makannya kecuali dalam kondisi darurat." Tang Yan menarik kesimpulan sepihak.
"Tidak perlu memikirkan tentang makan sang Jenderal. Dan jangan pernah berharap kalo Jenderal akan kembali muncul di kafetaria." Wenhan kembali melanjutkan sarapannya. Ia kira kenapa, tidak tahunya hanya masalah itu. Untuk apa Jenderal perlu repot-repot datang ke kafetaria untuk mencari makan, kalo di dalam rumahnya sudah ada seseorang yg akan selalu menyiapkan berbagai makanan untuknya secara pribadi.
"Kenapa begitu? Apa Jenderal sedang melakukan diet? Tapi itu tidak akan mungkin. Dari yg aku perhatikan, Jenderal tidak kelihatan seperti orang yg kehilangan berat badannya. Jenderal justru terlihat lebih berisi. Walopun tidak terlihat gemuk, tapi itu terlihat dari bagian pipinya yg semakin berisi." Kolonel Tang Yan mulai mengghibahi sang jenderal dengan analisisnya yg sangat tepat.
"Jelas saja semakin begitu, karena kini, jenderal sudah memiliki pasangan, dan kau tahu? Pasangannya itu sungguh sempurna. Dia terlihat masih sangat muda, dan juga sangat rupawan, tapi itu bukan point utamanya, karena yg lebih mengagumkan ialah dia juga pandai mengurus rumah. Kau tahu bagaimana Jenderal kita itu kan? Bibi Ma saja hanya bisa menghela nafas saat bertugas merapikan rumah jenderal. Tapi sekarang, bibi Ma sudah jarang datang. Terakhir aku menanyainya ia bilang jenderal sudah tidak memerlukannya lagi. Semua tugas bibi Ma sudah di ambil alih oleh pasangannya itu. Dan yg lebih membuatku iri ialah, istrinya itu sangat pandai memuaskan indera perasa sang jenderal." Wenhan sangat mengingat bagaimana rasa es mangga yg di berikan oleh istri jenderal pada saat itu. Itu sungguh enak dan membuatnya ketagihan. Tapi, ia malu untuk memintanya lagi.
Setiap pagi Wenhan yg biasanya selalu berolahraga pagi dengan mengelilingi sekitar lingkungan komplek kini lebih memilih melakukan gerakan olahraga ringan di halaman rumahnya, berharap istri sang jenderal akan datang untuk meminta bantuannya untuk mengantar ke pasar, jadi dengan hal tersebut ia bisa bergurau untuk meminta imbalan sepiring kudapan yg dimasak olehnya. Tapi, beberapa hari ia menunggu istri jenderalnya itu tidak pernah lagi datang mengetuk pintu rumahnya, dan harapannya itupun pupus dengan begitu saja. Memikirkan kehidupan sang jenderal yg kini begitu terjaga dan sangat terjamin membuatnya ingin cepat-cepat untuk menikah juga.
Oh tulang rusukku yg hilang, dimanakah kau berada? Aku sudah tidak tahan hidup kesepian seperti ini...
Wenhan meraung pilu dalam benaknya.
Brakk!!
Kolonel Tang Yan tiba-tiba menggebrak meja dengan keras. Dan itu membuat Wenhan tersadar dari lamunannya.
"Kolonel, ada apa denganmu? Apa makanannya tidak enak?" Wenhan bingung dengan sikap sang kolonel yg mendadak seperti ini.
"Bukan makanannya yg tidak enak. Tapi perasaanku." Wajah sang kolonel kini terlihat sedih dan kecewa.
"Kenapa?"
"Kau masih bisa bertanya kenapa padaku? Kau-..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Wife. (End In Pdf.)
FanfictionWang Yibo memfokuskan jiwa dan raganya hanya pada militer. dalam benaknya, tidak ada sedikitpun keinginan untuk mencari pasangan apalagi untuk menikah dan memiliki keluarga. akan tetapi, orang tuanya tentu mencemaskan tentang kehidupan sang putra. m...