14. Perkelahian

8 2 0
                                    

Kemaren aku ada bilang mau kasih kalian hadiah, tadaaaa ini diaaa aku double up uyuyyy (⁠ ⁠◜⁠‿⁠◝⁠ ⁠)

Ayo dong komennya, aku juga pengen ngerasain balesin komen kalian satu-satu 😔

*****

14. Perkelahian.

•HAPPY READING•

*****

"Lo dicari Daniel, disuruh ke rooftop."

Kening Arsen mengernyit, benar, kan? Kalau pagi ini dia tidak di ganggu bukan berarti juga dia akan selamat untuk beberapa jam kedepan, karena memang nyatanya sekarang-Daniel tengah menunggu kehadirannya di rooftop.

***

"Apa?"

Mendengar suara yang tentu sangat ia kenali, Daniel dengan cepat membalikkan badannya. Dia tatap cowok bermarga Mahendra itu sengit.

Daniel, cowok itu berjalan gontai menelisik garis wajah Arsen lamat-lamat, mendekatinya dengan seringaian kecil di ujung bibir membuat Arsen semakin bingung akan perangainya.

"Lo-"

Bugh!

"Sshh ..."

Satu, hanya satu tinjuan di pipi kanan Arsen sudah berhasil membuat si empu meringis kesakitan.

"Nggak papa, cuma lagi mood aja ngelanjutin apa yang mau gue lakuin kemaren, yang belum sempat gue lakuin gara-gara dihalangi Kaisar," jawab Daniel santai tanpa raut belas kasihan di wajahnya, bahkan rasa bersalah pun?

"Omong-omong, lo ada hubungan apa sama Kaisar sampai-sampai dia ngelarang gue buat habisin lo seolah dia ngelindungin Lo?"

Arsen membisu. Benar apa yang Daniel katakan, sedikit aneh bahkan untuk Kaisar yang notabenenya sahabat Galen dan Daniel dan tiba-tiba dia seolah melindungi Arsen saat di rooftop kemarin.

Bugh!

Bugh!

Wajahnya membiru, nafasnya tersengal-sengal. "Apa-apaan sih?!"

Seolah buta, matanya menatap tajam Arsen yang sudah berjongkok lemah dengan wajahnya yang membiru bersimbah darah.

"Nggak, cuma belum puas aja. Nanggung banget kan kalo cuma pipi kanan lo doang yang lebam?"

"Sialan lo-"

Sedikit lagi, hampir saja kepalan tangan Daniel nyaris kembali menghantam wajah Arsen. Detik itu juga, Kaisar datang mencengkram lengan Daniel membuat sang empu meringis.

"Gue bilang jangan ikut campur urusan Galen!"

"Sialan, siapa lo ngatur-ngatur gue, hah?! Ini bukan urusan dia sama Galen, tapi urusan dia sama gue!"

Mendengar jawaban sarkas Daniel membuat rahang Kaisar mengeras, ia remas pergelangan tangan Daniel tanpa belas kasihan membuat Daniel memekik kesakitan.

"Arghh ..."

Di tepisnya tangan itu bersamaan dengan kehadiran Galen di belakang dengan tampang sedikit terkejut. Sebelumnya ia melirik Arsen yang sudah duduk tak berdaya, kemudian netranya beralih menatap Kaisar dan Daniel bergantian.

"Kalian ... Ngapain?"

Cowok itu mendekat, berdiri tepat di depan kepala Arsen yang tengah menunduk berusaha mengeluarkan darah manis yang mengalir dari hidungnya. Cowok itu menggeram, dia tatap Daniel nyalang.

"Gue udah pernah bilang, kan? Jangan pernah macem-macem sebelum gue suruh!"

Nafasnya memburu, perkelahian antara dua remaja laki-laki itu tak terelakkan. Galen tidak tau, entah rasa iba, atau dia yang kepalang marah karena Daniel bersikap seenaknya di sini. Melihat Arsen yang terduduk lemas seperti habis dipukuli membuat amarahnya memuncak. Sekali lagi, dia tidak tau, antara rasa kasihan, atau karena Arsen yang jatuh bukan karena ulahnya sendiri?

Pada dasarnya, Galen tetaplah Galen. Si cowok keras kepala dan tempramental yang bisa kapan saja menghabisi siapapun yang berhasil mengganggu ketenangannya.

Kaiser? Cowok itu memilih tak acuh, membopong Arsen untuk berdiri dan menuruni tangga.

"Lo tau apa tentang dia hah?! Berapa kali gue harus bilang, jangan ikut campur urusan gue!!"

Sadar bahwa perbuatannya ini salah, gerakan Galen terhenti, di tatapnya bingung Daniel yang sudah tidak beraturan lagi wajah dan seragamnya.

Cowok yang ditatap terkekeh dan berdecih, meludahkan darah yang membasahi bibir tipisnya yang terkoyak saat menghindari serangan sahabatnya itu.

"Masalah lo sama dia apa sih? Nggak usah sok ikut campur bisa nggak?!"

Cowok itu berdecih kembali, menarik tangannya untuk menyugar surainya ke belakang. "Ngapain gue harus ngomong masalah gue, sedangkan lo aja nggak pernah cerita masalah lo ke gue. Sebenernya gue ini masih sahabat lo bukan, sih?" tanya Daniel dengan sorot mata sendu menatap orang yang selalu ia anggap sahabatnya itu.

Tak menunggu jawaban, Daniel langsung membalikkan badan menuruni tangga rooftop meninggalkan Galen yang masih terdiam di atas sana.

"Gue bukan nggak mau cerita, gue cuma belum siap. Gue takut ... Gue takut dengan gue cerita justru malah membuka luka baru buat gue ..." lirih Galen yang sudah pasti tak dapat lagi Daniel dengar.

***

Arsen masih mematung, bahkan saat ini mulutnya menganga menatap Kaisar yang duduk santai di depannya memperhatikan petugas PMR mengobati lukanya saat ini.

Hingga akhirnya selesai, semua luka sudah terbalut rapi dengan perban. Kini cowok itu ingin membuka suara namun tercela karena Kaisar sudah lebih dulu berbicara padanya.

"Gue nolongin lo bukan karena kasihan atau lampu hijau buat kita damai, tapi karena posisinya lo yang habis babak belur karena ulah Daniel yang notabenenya sahabat gue sendiri."

Usai mengucapkan kata yang bisa terbilang panjang untuk sosok Kaiser, cowok itu langsung saja berdiri meninggalkan UKS. Arsen? Tentu dia masih cengo dengan apa yang barusan ia alami, aneh sekali batinnya.

*****

Kaisar dah mulai mode waras, kira² bakalan waras terus ga yeah?

Sori sori bro, aing ketiduran tadi. Jadi up nya agak sorean :b

Voment euyy

TBC

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 2 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ARSEN - On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang