1. Neraka Berkedok Rumah

74 8 2
                                    

HAIII SEMUAAA!!
Sebelum itu aku mau ucapin makasihh buat yang udah mampir ke book akuu 😆🫶🏼🫶🏼

Kalian baca jam berapa sih? Pagi, siang, sore, atau malem??
Oh iya, tau book ini dari manaa??

Yuk sebelum baca vote duluu biar Nesha semangat nulisnyaa. Makasih reader's 🤍

Ide ini berasal dari imajinasi penulis. Jika terdapat beberapa kesamaan kata itu murni ketidaksengajaan.

_____________________________

"Keluarga, orang-orang bilang keluarga adalah rumah ternyaman yang pernah ada. Lantas mengapa aku tak pernah merasakan kenyamanan di dalamnya?"

-Arsen Brahmantara Mahendra.

_____________________________

1. Neraka Berkedok Rumah.

HAPPY READING•

*****

Sudah siap dengan seragam lengkap, Arsen bersiap menuruni tangga. Seperti biasa, semua anggota keluarga sudah sibuk dengan makanannya masing-masing. Hal itu merupakan keseharian yang wajar bagi keluarga mereka.

"Bang, makan dulu," ucap Assenna pada sang kakak.

Arsen tak menjawab dan langsung melenggang melewati mereka menuju pintu keluar.

"Kurang ajar! Adik kamu sudah sangat baik menawarkan makan!" sarkas Hendry—Ayah Arsen.

Menghela nafas lalu memberanikan diri menatap sang Ayah, "Buru-buru, yah."

"Dasar anak zaman sekarang tidak tahu sopan santun! Kamu sebagai kakak harus bisa menjadi contoh yang baik untuk adik-adik mu! Memalukan, lakukan hal yang bermanfaat baru Ayah mau menganggapmu anak, bukan malah seperti anak tidak di didik seperti ini!"

Arsen tersenyum miris menatap sendu sang Ayah, "Emang nggak pernah di didik, kan?" cicitnya dalam hati berusaha menetralkan perasaan campur aduknya.

Tak mau berdebat lebih lama lagi, ia lebih memilih keluar dari neraka berkedok rumah itu.

***

Dalam perjalanan hanya terdengar suara mesin kendaraan dan hembusan angin sepoi-sepoi yang menyapu wajah kusut Arsen.

Tepat pukul enam pagi Arsen sudah memasuki wilayah parkiran motor bagi para siswa-siswi yang bersekolah di SMA Garuda.

Ia merupakan murid kelas 12 IPA 1 di SMA Garuda.

Tentu saja tidak ingin terus berdiam diri di rumah, walau di sekolah pun belum tentu ia bernasib baik. Seolah-olah dunia memang melarangnya untuk tenang walaupun hanya sekejap.

Perlahan ia mulai memarkirkan motor kesayangannya. Setelah itu beranjak lah keluar area parkiran menuju kelas.

Saat sedang asyik berjalan di lorong menuju kelas ternyata sudah ada sekelompok "pembully", atau lebih tepatnya "pembully Arsen" yang sudah siap siaga di depan kelasnya.

Tak ada reaksi apapun yang terlihat dari wajah Arsen, ia hanya melewati mereka dengan santainya, "Wow, ketemu lagi kita. Nggak ada bosen-bosennya ya, lo nyari perkara sama gue?" sindirnya sambil melirik sinis Arsen.

ARSEN - On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang