Chapter 09

115 28 0
                                    

Kesisi Mak Moon.

Tampaklah pemuda malang itu yang masih berada di bawah kuasa Kang Sung yang sekarang telah menarik pedangnya keluar dari sarungnya dan orang-orang pun mulai berkumpul di sekitar mereka.

"Ban Ryu, dia tidak memiliki izin masuk." Kata Kang Sung sambil menginjak kepala Mak Moon dengan pedang yang dia arahkan ke leher Mak Moon yang terkulai lemas di lantai.

"Ini bukankah merupakan tindak pidana, untuk membunuh seorang pria tanpa izin masuk."

"Jadi bisakah aku membunuh tikus ini, kan?" Kata Kang Sung lagi sambil melihat pada Ban Ryu.

Ban Ryu pun hanya diam dengan Soo Ho yang terlihat tidak tega melihat apa yang telah menimpa Mak Moon.

"Kau tidak menghormati pangeran, dan berani merangkak disini?" Ujar si Kang Sung sambil menguatkan injakan kakinya pada kepala Mak Moon.

"Tikus seperti kau... Harus mati seperti tikus."

Kang Sung pun tertawa bak orang gila yang ingin sekali kucekik sampai dia sekarat dan mati perlahan-lahan.

"Selamat tinggal."

Kang Sung lantas kemudian mengangkat pedangnya dan hendak melukai Mak Moon dengan itu namun sebelum dia sempat melakukannya sebuah dadu tiba-tiba saja mendarat telak di jidatnya hingga dia sontak termundur kaget.

"Akh!"

"Mengapa kau...! Siapa itu?!"

Dan sosok Moo Myung pun muncul disana dengan kerennya.

_o0o_

Ke sisi MC.

Terlihatlah kini [Name] yang sedang duduk berhadapan dengan Raja Jinheung usai sebelumnya pemuda itu sedikit mengejutkannya dengan permintaan dia yang agak aneh.

Meminta [Name] untuk menyanyikan sebuah lagu agar dia bisa tertidur dengan nyaman, persis seperti di dalam dramanya ketika Raja Jinheung yang meminta Ah-Ro untuk bercerita agar pemuda itu bisa tidur.

Dan tampaknya kini [Name]-lah yang sudah mengambil alih peran tersebut, ah apakah niatnya untuk memikat sang Raja sudah mengalami kemajuan sekarang?

"Bagaimana bisa kau ingin tidur, saat keributan diluar sana saja terdengar hingga ke tempat ini?" Heran [Name] sambil bersedekap dada. 'Berarti Moo Myung sudah muncul untuk menolong Mak Moon, sial aku jadi ingin melihat adegan keren itu secara langsung.' Lanjutnya membatin.

"Dan lagi pula mana mungkin kau bisa tertidur hanya dengan mendengarkan aku bernyanyi? Itu terdengar tidak masuk akal." Lanjut kata [Name] lagi seraya beranjak berdiri dan hendak melangkah pergi.

Namun sang Raja dengan lekas meraih tangannya lalu mengangkat tubuh gadis itu hingga terduduk ke atas meja yang tadinya menjadi penghalang ketika mereka berdua duduk berhadapan.

[Name] sontak terkesiap kaget akan tindakan tiba-tiba itu. "A-apa yang─" Ucapnya segera terhenti kala mendapati wajah keduanya yang terlampau dekat sekarang ini, bahkan dapat ia rasakan hembusan nafas hangat Raja Jinheung yang menyentuh halus kulit wajahnya.

"Memangnya kenapa dengan keributan diluar sana? Lagi pula apakah ada seseorang yang tahu bahwa kau sekarang ada disini?" Kata Raja Jinheung sambil mengapit dagu [Name] dengan jemari jempol dan telunjuknya, lalu mengarahkan kembali wajah gadis itu yang tadinya beralih ke arah lain menjadi ke arahnya lagi.

"Sekarang kau mengancamku?" Balas [Name] dingin dan menepis kasar jemari Raja Jinheung yang mengapit dagunya.

'Hiks, aku baru saja bersikap kasar padanya.'

"Tidak, tapi jika kau merasa begitu. Maka anggap saja aku sedang mengancammu,"

"Dan tak ingatkah kau bahwa disini hanya ada kita berdua? Jikalau pun kau benar-benar mati disini, takkan ada yang tahu siapa pelakunya." Sambung Raja Jinheung dengan suara rendahnya yang seksi, hampir membuat [Name] menjerit di tempat jikalau tak ingat keadaan dan sandiwaranya.

"..." [Name] lantas terdiam dan menunduk sejenak sebelum kemudian kembali mendongak dan menatap Raja Jinheung dari balik kain penutup matanya. "Baiklah, akan kulakukan." Katanya mengalah membuat senyuman sang Raja pun seketika terbit dan menyerang kembali jantung sang gadis yang sejak tadi sudah berdebar dengan cepat.

'Terlalu tampan! Kyaaaaaa!!'

Tolong ingatkan [Name] untuk tidak kelepasan menculik Raja Jinheung sekarang juga.

"Tenang saja, aku pasti akan membayarmu untuk itu." Ucap Raja Jinheung seraya kemudian memegang pinggang [Name] dan membawa turun gadis itu dari atas meja, tentunya hampir membuat sang empunya terpekik kaget karena lagi-lagi mendapatkan sentuhan tiba-tiba dari pemuda tersebut.

'Gila, satu sentuhan darinya membuat aku benar-benar tremor hiks! Apa jadinya nanti kalau aku beneran berhasil bikin dia jadi milik─Kyaaaa!'

Oke, [Name] sudah mencapai batasnya. Jika lebih dari ini, bisa-bisa sang Raja-lah yang 'diapa-apain' oleh dia dan bukannya pemuda itu yang 'ngapa-ngapain' dia.

_o0o_

Kembali ke Moo Myung.

"Sebuah topi alang?" Gumam Soo Ho, terlihat tertarik akan kehadiran Moo Myung disana.

Sedangkan Moo Myung sendiri pun lantas mengambil kembali dadunya yang jatuh di lantai usai tadi mengenai telak jidat Kang Sung.

"Aku percaya bahwa hidup adalah tentang keberuntungan," Ucapnya sambil melempar ke atas dadunya dan menangkapnya dengan tepat seraya mereka yang disana memandangnya heran.

Moo Myung mengangkat sedikit topi alang yang dia pakai dan menatap Kang Sung di depan. "Tapi kau... Beruntung hari ini." Ujarnya.

"Kau," Tunjuk Kang Sung dengan pedangnya. "Kau siapa?!" Tanyanya.

"Aih.. Kau seperti pengganggu." Gumam Moo Myung sambil menatap Mak Moon di bawahnya.

"Aku bertanya siapa kau?!"

Moo Myung mengibaskan tangannya acuh. "Bukan urusanmu." Balasnya.

"Apakah kau baik-baik saja?" Tanya Moo Myung pada Mak Moon. "Iya." Jawabnya.

Moo Myung kembali memandang Kang Sung. "Aku tidak apa-apa." Katanya pelan dengan kalimat tersirat.

"Kurang ajar kau...!" Marah Kang Sung seraya menyerang Moo Myung namun si pemuda bertopi alang tersebut dapat dengan cepat menghindar dan melawannya seraya kemudian merebut pedang Kang Sung dan mendorong Kang Sung dengan kaki kanannya hingga dia jatuh tersungkur ke belakang.

Para wanita berteriak histeris dan Soo Ho tampak berdecak kagum. "Tidak buruk." Pujinya pelan.

Moo Myung disana pun lekas menggunakan pedang di tangannya untuk membuat sebuah lingkaran cukup besar di lantai hingga mengelilinginya dengan dirinya sebagai pusatnya.

Kang Sung yang tadi terjatuh pun lekas berdiri dan membenahi pakaiannya dengan kesal.

"Jika hukummu adalah untuk membunuh orang-orang yang masuk ibukota," Kata Moo Myung. "Maka hukumku adalah untuk memukuli bangsawan yang melewati batas ini." Tambahnya menunjuk pada lingkaran bulat di sekelilingnya.

Mereka yang disana pun menatap lingkaran tersebut dan Ban Ryu memandang Moo Myung dengan ekspresinya yang sentiasa datar seperti talenan.

"Jika kau ingin mati, lewati batas."

"Aku akan mengambil semua milikmu." Ujar Moo Myung sebelum kemudian tersenyum dengan tampannya.

Hwarang X ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang