Chapter 07

91 22 0
                                    

Malam pun kembali datang.

Dan [Name] kini sedang dalam perjalanan ke suatu tempat dengan mengikuti Ah-Ro yang dia tahu akan pergi kemana temannya itu.

Tiba di tujuan keduanya pun melangkah masuk dengan seorang wanita menuntun mereka ke dalam.

Namun ketika sedikit lagi hampir masuk ke dalam (Okta) sebuah suara yang terdengar memanggil seseorang pun membuat mereka menoleh ke belakang dan melihat seorang pemuda berdiri dibawah sana tengah mencoba untuk masuk juga.

[Name] yang tahu itu siapun hanya diam dan segera melangkah masuk mengikuti Ah-Ro dan wanita tadi.

'Maaf, untuk hal ini aku tak bisa merubahnya.'

'Sekalipun aku menginginkannya.'

Beberapa saat kemudian...

Entah bagaimana jadinya... [Name] saat ini tengah duduk di atas panggung dengan sebuah alat musik modern di tangannya.

Wanita tadi, yang entah siapa namanya itu. Secara tiba-tiba meminta dirinya untuk menyajikan satu lagu untuk menghibur orang-orang yang ada di Okta, sedangkan Ah-Ro? Tentunya gadis itu tengah melakukan pekerjaannya seperti biasa─mendongengkan sebuah cerita romantis yang kadang kali memasukkan bagian-bagian erotis yang membuat para pendengarnya kesenangan.

Wanita itu rupanya pernah menyaksikannya kala di tempat pertunjukan musik tempo hari dan merasa tertarik untuk mempekerjakannya sebagai penghibur disana.

[Name] jelas menolak, dirinya ini adalah seorang Kesatria sekarang. Jadi mana mungkin secara tiba-tiba malah beralih profesi menjadi seorang penghibur? Terlebih untuk anak-anak bau kencur seperti mereka.

Heol... [Name] tidak akan pernah mau.

Tapi untuk kali ini saja gadis itu mau menyanggupi, tapi bukan setuju untuk bekerja disana. Dia hanya setuju untuk sekali pertunjukan dan tidak untuk hari lainnya.

{Ini kesempatan untuk membuat mereka jatuh ke dalam pesona nona}

{Jangan dilewatkan}

[Name] sontak mendelik mendengarnya, Zero pikir dia ini perempuan seperti apa? Sampai-sampai dia bisa berkata begitu.

Sudah dibilang dia hanya ingin memikat satu orang saja dan bukan beberapa orang, sebab jika banyak orang yang suka itu akan merepotkan.

Dan dia sangat tak suka hal yang merepotkan seperti itu.

"Segeralah mulai." Ucap si wanita yang tadi sempat memaksa [Name] untuk bekerja dengannya, panggil saja dia dulu dengan nama Haeju.

"Ya." [Name] menyahut dengan datar dan mengkode Haeju -dengan kibasan tangannya- untuk segera pergi dari sisinya, sebab dia merasa semakin gatal melihatnya─dalam artian [Name] ingin sekali menyingkirkan wanita itu.

Haeju yang paham pun lekas beranjak pergi walau hati sedikit dongkol dengan sikap dingin [Name] kepadanya, sungguh berbeda sekali dengan sikap gadis itu kepada Ah-Ro yang sempat dia saksikan beberapa saat yang lalu.

[Name] menarik nafas sejenak sebelum kemudian mulai memainkan alat musik ditangannya yang berupa sebuah gitar -lagi- yang tentunya diberikan oleh Zero.

'Aku bersyukur karena gadis ini juga memiliki suara yang bagus sepertiku.'

Dengan mengabaikan keributan di bawah sana yang terjadi karena kedatangan para pemuda tampan yang membuat hati para gadis disana meleleh bak lilin, gadis itu dengan mata yang terpejam dari balik penutup matanya pun mulai memfokuskan diri pada permainan musiknya.

Hwarang X ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang