01 | Robber

236 31 0
                                    

Ruang kelas itu terlihat berantakan. Kursi tertata tidak beraturan, papan tulis penuh dengan coretan. Satu-satunya hal yang normal di ruangan itu hanya kipas angin yang masih berputar di atas langit-langit sejak pagi tadi.

Di pojok ruangan terdapat seorang gadis yang masih duduk santai seraya meng-scrolling ponselnya. Matanya sesekali menoleh ke arah layar laptop yang sedang mengunduh beberapa video drama korea dari situs ilegal. Sembari menunggu, dirinya sibuk melihat media sosial untuk keperluan up to date. Yeah, sekedar refreshing dan pelarian semata sebab dirinya tidak akan pernah bisa sekeren orang-orang di Instagram atau TikTok itu.

Beberapa temannya kompak setuju jika penampilan Kareela lebih dari cukup untuk ikut audisi casting figuran FTV atau iklan. Kulitnya yang putih, serta warna mata dan rambutnya yang sama-sama cokelat terang. Tapi sayang sekali, menjadi pelakon hiburan di ranah entertainment bukanlah tujuannya. Dia hanya ingin cepat-cepat lulus dan ikut tetangganya kerja di pabrik sosis dengan gaji 4 juta sebulan. Dengan uang segitu saja sudah cukup baginya untuk menafkahi dirinya sendiri tanpa ada bantuan dari Ayahnya.

Di saat teman-temannya beramai-ramai menyebutkan tujuan universitas mana yang ingin mereka daftar setelah lulus sekolah, Kareela hanya bisa terus terang kalau dia tidak ingin kuliah. Beberapa guru ada yang memaklumi, namun ada juga yang langsung menceramahinya. Seharusnya dia masuk SMK saja. Tapi lokasi sekolahnya yang sekarang ini paling dekat dari rumahnya. Hanya berjarak 700 meter. Kareela tidak perlu naik angkutan umum untuk berangkat sekolah.

Ting!

Ada notifikasi masuk di ponselnya. Notif pop up-nya cukup menganggu layar, sehingga Kareela langsung menggesernya saja tanpa membaca dari siapa dan apa isi pesannya.

Ting!

Notif pop up itu muncul lagi. Kali ini atensi Kareela tertuju padanya dan keningnya seketika mengernyit saat mendapati pesan tersebut berasal dari ayahnya. Biar dia ulangi sekali lagi. Pesan. Dari. Ayahnya.

Ayah 👎🏽
|Kareela.
|Di mana?

Apa ini? Kenapa tiba-tiba sekali pria itu mengirim pesan? Ayahnya hanya akan mengirim pesan berupa bukti transfer uang bulanan tanpa mengatakan keterangan apapun. Lihat saja isi room chat-nya, apakah ada bubble chat di sana? Tidak ada.

Ting!

Ayah 👎🏽
|Kalau masih di sekolah, jangan dulu pulang.
|Mampir dulu aja di rumah temen kamu.
|Nanti Ayah jemput.

Sepertinya ada yang tidak beres dengan ayahnya. Tapi siapa yang peduli? Mau dia pulang atau tidak, pria itu tidak akan pernah peduli. Lalu tadi apa dia bilang? ‘Nanti Ayah jemput?’—pasti pria itu mabuk, sehingga bisa mengirim pesan aneh seperti itu.

Akhirnya Kareela tidak membalasnya. Dia membiarkan saja pesan itu dan lanjut berselancar di media sosial. Hingga jam di dinding menunjukkan pukul 3 lewat, hasil download file drama koreanya pun sudah rampung dan selesai. Kareela segera beres-beres dan meninggalkan kelas. Sekolah sudah sepi—tentu saja, hanya ada beberapa kelas yang dipakai oleh klub eskul serta lapangan yang digunakan oleh tim paskibra latihan.

Semuanya tampak normal. Kareela sengaja menyumpal kedua telinganya dengan headset dan menyalakan musik untuk menemani perjalannya pulang. Suasana hatinya sangat bagus sebab dia bisa membayangkan malam ini hingga Minggu malam besok bisa menikmati salah satu drama yang masuk dalam rekomendasi terbaik di tahun ini. Semoga saja ayahnya tidak ada di rumah, sehingga dia tidak perlu merasa canggung saat berpapasan di ruang tengah ataupun di dapur.

* * *

“Eh, Ela!”

Langkah Kareela terhenti saat seorang ibu-ibu pemilik warteg memanggilnya. Buru-buru gadis itu melepas salah satu headset-nya dan mendekat.

Green WaveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang