Malam ini Kareela benar-benar tidak bisa tidur. Mungkin karena selama di perjalanan dia sering tertidur setiap beberapa jam sekali, dan sekarang dia bingung mau ngapain. Ditengok ayahnya sudah terlelap begitu pulas, menyisakan dirinya yang termenung menatap langit-langit kamar hotel.
Gadis itu membalik tubuhnya menghadap ayahnya yang tertidur di ranjang sebelah. Mereka memesan kamar hotel dengan 2 single bed. Malam begitu sunyi, hanya terdengar suara kendaraan dari arah jendela dan juga deru napas ayahnya yang terdengar begitu berat. Kareela menatap wajah pria itu lekat-lekat dari posisinya. Ayah terlihat sangat lelah. Lagi-lagi dia dibuat bertanya-tanya; pekerjaan apa yang sudah Ayah lakukan? Pengorbanan apa yang sudah dia berikan? Pasti Ayah sudah sering terluka.
Tch! Pemikiran konyol macam apa itu?
Kareela mendengkus dan membalikkan tubuhnya kembali terlentang menghadap langit-langit. Apapun yang sudah ayahnya lakukan di masa lalu itu bukan urusannya. Kareela tidak tahu, dan dia tidak mau tahu. Walau lagi-lagi kepalanya membayangkan bagaimana menjadi salah satu agen intelijen negara yang hidupnya penuh dengan misteri. Siapapun yang mendengar kata intel saja pasti sudah menimbulkan banyak persepsi sana sini.
Kalau dari yang pernah Kareela baca, dan dia lihat tentang Badan Intelijen Negara, mereka dikenal dengan motto; berhasil tidak dipuji, gagal dicaci maki, hilang tidak dicari, mati tidak akui.
Hanya orang bodoh yang mau menggadaikan nyawanya begitu saja untuk negara para bedebah ini. Sialnya, orang bodoh itu adalah ayahnya.
Hela napas kasar lolos dari mulut Kareela untuk yang kesekian kalinya. Matanya benar-benar masih fresh. Sama sekali tidak bisa tertutup. Biasanya kalau seperti ini, dia akan mendengar podcast horor atau menonton YouTube cerita seram sebagai pengantar tidur.
Kruuuk~~
Baiklah. Sekarang dia lapar. Perpaduan yang sangat pas! Gadis itu tidak punya banyak pilihan, akhirnya memilih bangkit dari ranjangnya dan menghampiri pojok ruangan tempat di mana tasnya tersimpan. Kareela ingat, dia masih menyimpan roti sobek dan kukis Oreo di dalam. Mungkin makan beberapa potong cukup untuk mengganjal perutnya.
Tok tok tok!
Baru saja ingin menggigit sepotong roti, kepalanya langsung menoleh ke arah pintu. Kareela menguyah rotinya perlahan dan menelannya.
Siapa? Malam-malam begini?
Suara ketukan kembali terdengar. Kali ini ketukannya terdengar sedikit lebih kencang, seakan-akan orang di luar sana sedang terburu-buru. Alhasil Kareela dengan langkah pelan berjalan mendekati pintu, berniat untuk membukanya. Namun sayangnya tangannya langsung ditahan oleh Shayne yang tiba-tiba saja sudah terbangun dengan wajah yang begitu tegang.
“It—”
“Sshh!” Shayne langsung meminta gadis itu untuk diam dan menutup mulutnya rapat-rapat. “Ke pinggir dan jaga tas!” perintahnya.
Entah kenapa suasana tiba-tiba terasa berbeda. Tubuh Kareela secara otomatis mengikuti perintah pria itu. Dia mengunci mulutnya rapat-rapat, mengenakan tasnya dan berjongkok di sudut ruangan sembari mendekap tas ransel besar milik ayahnya.
Shayne mengeluarkan sebuah pistol dari saku celananya. Dengan langkah senyap dia berjalan mendekati pintu.
TOK TOK TOK!
Pintu kembali diketuk. Kali ini begitu kasar. Bisa ditebak jika orang di balik pintu tengah emosi.
“Ya? Siapa?” sahut Shayne. Pria itu berlahan berjongkok.
“Petugas hotel, Pak!” sahut dari luar.
Kening Shayne mengernyit. “Ada keperluan apa ya, Pak?”
![](https://img.wattpad.com/cover/376983120-288-k396287.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dum Spiro, Spero
General Fiction[BUKU KE-1] Tentang seorang pria yang mencintainya seluas semesta, menariknya untuk selalu berlindung di balik punggungnya yang kokoh. Tentang seorang bocah yang tidak tahu apapun tentang buruknya dunia di luar sana, terpaksa terjun melihat busukny...