11 | The Tragedy

187 23 2
                                        

Tepat pada pukul 7.15 setelah adzan Isya berkumandang, mereka berangkat meninggalkan rumah kecil tersebut menggunakan mobil Jeep hitam milik Shayne.

Anne yang duduk di belakang terlihat gembira, tanpa tahu jika ada kekhawatiran yang besar dalam benak kedua orang tuanya. Dengan polos dia bertanya, “Kita mau ke mana, Yah?”

Shayne mencoba untuk tersenyum dan menatap putri kecilnya itu dari arah kaca spion atas. “Kita mau pergi main, Sayang.”

“Main? Ke mana? Sama siapa?” tanyanya antusias.

“Iya, kita bertiga bakal main ke pantai.” Kali ini yang jawab Mina.

Mata gadis kecil itu tiba-tiba langsung berbinar. “Pantai?!”

Mina ikut tersenyum. Walau dia tahu, tangannya tidak bisa berhenti meremas lututnya karena takut, khawatir dan panik bercampur aduk. “Iya, Sayang. Makanya jangan nakal ya? Kalo ngantuk, kamu tidur aja, lepas dulu sepatunya. Nanti kalau udah sampe, Ibu bangunin.”

Anne pun mengangguk, dia melepas sepatunya dan berbaring di kursi belakang. Sekarang situasi begitu hening. Mobil terus berjalan menuju pelabuhan dengan kondisi yang begitu menegangkan. Nyaris baru berjalan selama 3 jam, Shayne tersadar ada gerak gerik tidak wajar dari mobil yang ada di belakang mereka. Padahal Shayne sudah memberi sen untuk membiarkan mobil itu mendahuluinya.

Perasaan buruk Shayne mulai merebak ke mana-mana. Dan hal tersebut juga terasa oleh Mina. “Yah, semuanya baik-baik aja kan?”

“...”

“Shayne—”

“Pakai sabuk pengaman!”

Detik itu, Mina tahu jika ke depannya semuanya akan berakhir buruk. Ketika Shayne menginjak gas dalam-dalam, menjauh dari kejaran mobil putih di belakang. Mina tidak kuasa untuk melihat ke depan, wanita itu mencoba memejamkan matanya sembari melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an di dalam benaknya.

“ASTAGFIRULLAH!! AYAH AWAS DI DEPAN!!”

BRAK!!

Mobil Jeep itu nyaris menabrak truk pada tikungan tajam di depan. Beruntung hanya mengenai body samping mobil meskipun benturan tersebut berhasil membuat Anne terbangun.

“Ibu ...”

“Sa—sayang! Pakai sabuk pengamannya!”

Anne terlalu bingung untuk mencerna situasi yang tengah terjadi. Sedangkan Shayne terlalu fokus memutar otak untuk menghindar dari kejaran mobil di belakang. Alhasil Mina melepas sabuk pengamannya dan mencoba untuk pindah ke belakang.

BRAK!!

Shayne tiba-tiba membelokkan setir begitu tajam menuju jalan tikus. Hal tersebut membuat Mina tersungkur dan tidak sempat untuk menahan perutnya agar tidak terbentur.

“Ibu!” pekik Anne, yang membuat Shayne menoleh terkejut.

“Mina!” panggilnya.

“Aku nggak apa-apa! Fokus ke jalan!” ucap Mina.

Wanita itu mati-matian menahan rasa sakit yang mendadak muncul di perutnya, dan memaksakan dirinya untuk segera duduk di samping Anne, lalu dengan cepat dia memasangkan sabuk pengaman untuk mereka berdua. Shayne pun kembali fokus menyetir, menaikkan kecepatan laju mobil dan kembali membelokkan setir saat tiba di jalan utama.

“Mereka udah nggak ngejar!” Mina menoleh ke belakang. Mendapati hanya ada kendaraan umum dan motor-motor di sana.

Shayne mengangguk dan menghela napas panjang. “Kamu beneran gak apa-apa? Nggak sakit?” tanyanya.

Dum Spiro, SperoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang