“Naurah?!”
Jelas, Shayne kaget bukan main. Dia melihat gadis itu yang juga sama-sama menyadari kehadirannya. Bukannya balas menyapa, gadis Melayu itu justru berbalik dan kabur turun dari bus. Bagaikan gerak refleks, Shayne buru-buru mengenakan tasnya dan ikut berlari menyusul Naura.
Karena langkah Shayne yang lebar dan cepat, membuatnya berhasil mendekat dan menahan tangannya. Sontak gadis itu berbalik, langkahnya terhenti, membuat selendang yang menutupi kepalanya terjatuh. Menampilkan wajahnya yang sembab dan ...
“Naurah apa yang terjadi sama kamu?!” tanya Shayne spontan saat melihat ada lebam di sekitar pipi dan mata kanannya.
Naurah mengalihkan wajahnya dan mencoba melepaskan tangannya dari Shayne. Tapi lagi-lagi tenaga pria itu lebih kuat, berakhir dirinya meringis kesakitan.
Shayne terkejut, lantas melonggarkan cengkraman di pergelangan tangannya. Namun hal tersebut justru membuat pria itu semakin terbelalak saat melihat banyak luka seperti bekas pecutan di sekitar lengannya. Shayne kembali menatap Naurah dengan terbelalak.
“Siapa yang melakukan ini?!” tanyanya. Kembali mencengkram tangannya agar tidak lepas darinya. “Jawab, Naurah!”
“Lepas ... LEPASIN!” teriak Naurah.
Akhirnya Shayne pun mengalah. Pria itu melepaskannya. Menatap nanar gadis itu yang sekarang terisak. Naurah meraih selendangnya yang terjatuh di tanah dan segera mengenakannya kembali. Dengan takut-takut dia menatap pria di hadapannya ini.
Tiba-tiba banyak sekali pertanyaan yang muncul di kepala Shayne. “Kenapa kamu ada di sini? Ada urusan apa kamu di Jakarta? Di mana suami—”
“Aku gak jadi nikah!” Naurah lebih dulu memotong kalimatnya. Gadis itu mengusap air matanya dan menatap Shayne lekat-lekat. “Kamu bilang ke aku buat ikut saja alurnya, nyatanya alur yang tersedia untukku itu menyakitkan!”
“...”
“Papa menyiksaku bahkan sampai tega ingin membunuhku karena menolak pernikahan di depan keluarga mempelai yang menginginkanku sebagai istri kedua!” lanjutnya. Mata yang selalu terlihat sebening kaca itu, entah kenapa malam ini terlihat hancur. Shayne dibuat membisu, lidahnya terasa kelu. “Kamu bilang Papa tahu apa yang aku butuhkan? Apakah menginjak harga diriku adalah salah satunya?! Aku lebih baik kabur dari pada harus terjebak dalam sangkar emas yang begitu menyiksa!”
“Naurah ...”
Tangis Naurah semakin deras. Dia mundur beberapa langkah untuk menjauh dari Shayne. Namun pria itu tidak mau menyerah untuk kedua kalinya, lantas berjalan mendekat meraih kedua lengan Naurah walau gadis itu terus memberontak. Hingga saat Shayne berhasil menggenggamnya, dia langsung menariknya dalam pelukannya. Kedua tangannya mendekap tubuh tersebut. Seketika perasaan yang beberapa bulan lalu telah menghilang dan terlupakan, mendadak muncul kembali. Perasaan bersalah yang tidak pernah dia bayangkan akan hadir memenuhi benaknya.
Apa yang sudah Shayne lakukan?
“Lepas!” Naurah masih terus memberontak walau tubuhnya tidak demikian. Bukannya mendorong Shayne, alih-alih gadis itu justru mencengkram erat baju bagian depan pria itu seakan-akan sedang melampiaskan kekesalannya yang tidak ingin menolongnya saat itu.
“Aku minta maaf, Naurah.” Shayne mengelus punggung gadis itu, dan dengan lancang mencuri kecupan singkat pada pucuk kepalanya. “Aku benar-benar minta maaf.”
* * *
5 tahun kemudian ...
Maret, 2013
Shayne tidak tahu apakah tindakannya ini benar atau tidak. Dengan segala kesadarannya, dia memutuskan untuk membawa Naurah mengasingkan diri dari keluarga besarnya ke daerah Sampit, Kalimantan Tengah. Mengubah nama dan identitas gadis tersebut menjadi Mina Humairah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Green Wave
FanfictionTentang seorang pria yang mencintainya seluas semesta, menariknya untuk selalu berlindung di balik punggungnya yang kokoh. Tentang seorang bocah yang tidak tahu apapun tentang buruknya dunia di luar sana, terpaksa terjun melihat busuknya orang-oran...