mulai nyaman

68 7 0
                                    

Dua mangkuk indomie rebus dengan toping telur dan sawi sudah tersaji dihadapanku. Kepulan asapnya menguar, menusuk indra penciumanku.

Wanginya begitu menggoda, tadi setelah mengganti pakaian dengan pakaian milik adiknya aku bergegas menyajikan makan malam sederhana yang ada di dapur kecil ini sembari menunggu Jingga selesai mandi.

"Makan malam sudah siap, ayo makan" seruku mengintrupsi Jingga yang baru saja keluar dari kamar dengan pakaian bersihnya.

Jingga mengangguk antusias, mendekat ke arahku. Tapi tunggu ... Ini aroma bumbu mie yang menggoda kenapa bisa hilang di gantikan dengan bau yang lain. Ah, selera makanku kayaknya bakalan hilang setelah ini.

"Wah, dari tampilan dan aromanya menggoda sekali kang. Jingga cobain ya," ujarnya meraih satu mangkuk indomie rebus dihadapanku ini.

"Tunggu," cegahku segera menariknya pergi memasuki kamar.

"Loh, akang ngapain malah bawa jingga ke kamar? Gak tahan ya lihat Jingga dengan pakaian seksi ini?" tanyanya dengan memegang baju tidur lengan pendek dan celana senada di atas lututnya berwana merah marun.

Aku menggeleng, meraih parfum yang selalu ku bawa di saku jaket milikku yang tergantung di kapstok kamar ini.

"Biasakan kalau sudah mandi itu pakai parfum, biar wangi. Body lotion juga biar kulitnya lembab, apalagi aktivitas kamu itu kebanyakan diluar. Kulit wajah kamu juga kusam, pake skincare apa kamu?" omel ku dengan memakaikan lebih banyak parfum ke tubuhnya, tak apalah biarkan parfum ku habis dari pada aku sesak nafas menahan bau tak sedap di tubuhnya.

"Aku gak pernah pakai skincare kang, cuma pakai pelembab sama bedak aja udah hehe" jawabnya.

Aku mendengus, memperhatikan wajahnya sekilas. Gak pernah pakai skincare tapi kok wajahnya mulus ya, gak berjerawat cuma kusam aja. "Terus skincare yang akang kasih pas nikahan kamu kemanain?" tanyaku heran. Perasaan emak pernah beliin skincare mahal deh buat seserahan.

Lagi cengiran khas Jingga tampakan kearah ku. "Di pake sama Mayang, katanya aku gak bakalan cocok kalau pake itu. Maaf ya kang" jawabnya.

Aku menggeleng tak habis pikir. "Kamu itu kaya loh, masa buat beli skincare aja gak mampu tapi beliin motor buat akang mampu. Cash lagi, lagian itu si mayang kenapa berani pake barang pribadi kamu? Dia kan juga pasti mampu beli, ayahnya gak hanya numpang sama kamu tapi juga kuasai semua harta kamu. Serakah banget ya keluarga paman kamu itu," kesalku.

Jingga hanya tersenyum tak menanggapi. Ia malah menarikku keluar kamar, "indomienya keburu dingin kang, sebaiknya kita makan sekarang" ajaknya.

Dengan dongkol aku mengiyakan, kami menikmati semangkuk indomie di tengah cuaca hujan deras malam ini.

"Huh ... Hah ... Huh ... Hah. Panas, pedas, air ... Air" pinta Jingga dengan tangan mengibas-ngibas, wajahnya memerah kepedasan.

Aku terkikik geli, buru-buru memberinya segelas air yang segera Jingga terima dengan meneguk cepat air tersebut.

"Pelan-pelan, nanti tersedak" peringatku.

"Pedas kang, minta air lagi" ujarnya menyodorkan gelas kosong ketanganku. Aku mengangguk, mengisi gelas itu dengan air sampai penuh.

"Makannya gak usah jadi jagoan. Udah dibilangin cukup satu aja cabe rawitnya malah di tambahin dua biji. Kepedesan kan lu," omelku dengan menyodorkan kembali segelas air yang sudah terisi penuh.

"Tapi ini enak, segar plus jadi hangat juga. Cobain deh,"

"Ogah," tolakku mentah-mentah.

"Ayo dong, Kang! Gak percaya sama kata-kata aku?" desaknya sambil tertawa, bibirnya masih merah karena pedas.

Istriku Juragan JinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang