Chapter 15

433 30 5
                                    

Berjalan secara mondar-mandir menunggu kedatangan putranya di teras Mansion Parvez. "Dimana anak itu? Sudah waktunya jam pulang, masih belum juga datang," Alina menunggu dengan raut wajah yang kesal.

Alina memang masih mengkhawatirkan putranya, apalagi Xaver telah membuat masalah yang terbilang cukup besar. Dirinya memutuskan mulai sekarang untuk mengawasi putranya lebih dari biasanya. Mungkin Alina juga akan meminta Xaver sementara tinggal bersama mereka, dari pada membiarkan putranya itu berkeliaran.

Suara panggilan dari seseorang saja, bahkan tidak berhasil membuatnya mengalihkan pandanganya dari depan untuk menunggu.

"Sayang.... sayang....," Zafran mencari kesana kemari keberadaan istrinya. Namun nihil istrinya tidak ada.

Wajahnya langsung terlihat masam, saat menemukan keberadaan istrinya, yang ternyata sedang mondar-mandir menunggu kepulangan putra mereka, beserta raut wajah yang kesal dan khawatir secara bersamaan.

"Sayang....," Zafran meraih pinggang Alina memeluknya dari belakang. "Putra kita sudah besar, jangan menunggu nya seperti ini," bisik Zafran sambil mengecup kecil bahu Alina, cemburu tentu saja. Terkadang Alina terlalu mementingkan putranya dari pada dirinya.

"Hatiku gelisah, rasanya jauh sekali dari kata nyaman," adu Alina menyentuh tangan Zafran yang melingkar di pinggangnya.

Zafran tidak menjawab, sebaliknya dirinya menyembunyikan kepalnya di lipatan leher istrinya. Mereka tetap diam bersama, menikamati sejuknya angin yang berhembus.

Hingga kepala pelayan memanggil namanya. "Tuan maaf, tapi ada pesan dari asisten Roy untuk anda," ucap Willy memberikan handphone milik tuannya yang sedari tadi berbunyi.

"Oh benarkah, terimakasih Willy," Zafran mengambil handphone itu, dan membukanya. "Hah.... Xaver dan Quella akan menikah," Zafran terkejut dengan apa yang dibacanya, beserta rentetan foto dan pesan dari Xaver.

"Apa?!!!" Alina tentu ikut terkejut dengan apa yang dikatakan suaminya.

"Lihatlah ini," Zafran memberikan handphone nya, dan membiarkan Alina membacanya sendiri.

Menutup mulutnya karena membaca pesan itu, sudut bibirnya ikut tersenyum kecil saat melihat ekspresi bahagia Xaver di dalam foto itu. "Sudah lama sekali, Xaver tidak seterang-terang ini menunjukkan ekspresi bahagianya," gumam Alina pada beberapa foto yang secara sembunyi-sembunyi memotret Xaver dan Quella.

Zafran memperhatikan wajah Alina yang terlihat ikut berseri. "Jadi sekarang, bagaimana keputusan istri yang cantikku ini?" Zafran bertanya, karena keputusannya tergantung pada Alina juga.

"Yah sepertinya....," Alina berpikir sejenak. "Kita harus ikut membantu Xaver menyiapkan pernikahan yang begitu mendadak ini," ucap Alina semangat, sambil tersenyum menunjukkan deretan giginya.

"Ayo Willy, ada agenda besar yang harus kita kerjakan," Alina berjalan masuk, dirinya langsung bersemangat untuk mempersiapkan pesta pernikahan putranya ini.

"Baik nyonya," Willy mengikuti langkah kaki nyonyanya dari belakang.

Zafran yang menyaksikan istrinya begitu bersemangat menggeleng-gelengkan kepalanya pelan. "Istriku memang selalu saja membuat ku jatuh cinta berkali-kali," gumam Zafran, saat tadi senyuman manis Alina membuat hatinya menghangat.

"Xaver apa ini yang bener-bener kamu cari?" Zafran bertanya pada dirinya sendiri, sebari memandangi foto Xaver dan Quella di layar handphonenya.

°°°°°

Memandangi matahari yang terbenam, Owira duduk di taman rumah sakit bersama dengan Yuren yang menemaninya. Awalnya dokter melarangnya, tapi ia memaksa merasa bahwa jika berlama-lama di ruangan inapnya, membuatkannya terasa tertekan setiap menitnya, dan akhirnya dokter setuju, dengan syarat hanya sebentar saja.

THE MAIN CHARACTER IS ME Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang