Chapter 14

365 19 0
                                    

Bergegas turun dari lantai kamarnya, Xaver melupakan bahwa ada sebuah rapat penting yang harus dilaksanakan pada siang hari ini. Jas dan tasnya dirinya tenteng. Dalam kepanikan, Xaver mencari-cari kunci mobilnya di meja ruang tamu, saat tadi mengobrol dengan kedua orangtua. "Sial dimana aku menyimpannya," gerutu Xaver yang sama sekali tidak menemukan kunci itu.

Keringat mulai membasahi dahinya, sementara dia terus mengutuk dalam hati. Dengan setelan kemeja yang sudah tidak terkancing bagian atasnya, Xaver bahkan tidak memperdulikan penampilannya.

"Xaver ingin kemana?" tanya Alina saat melihat Xaver yang begitu tergesa-gesa.

"Ibu aku harus ke kantor, ada jadwal rapat penting yang aku lupakan," ucap Xaver dengan tergesa-gesa, mengecup pipi ibunya dan berlalu pergi.

"Dasar anak itu," Alina geleng-geleng kepala, atas tingkah Xaver yang tidak biasanya sekali pelupa.

Xaver melangkah gontai ke garasi, dirinya mungkin akan memakai mobil lain saja. Hembusan nafasnya terdengar berat, tanda jelas dari rasa jengkel pada dirinya sendiri, karena bisa-bisa melupakan rapat penting itu.

"Mengapa harus hari ini!" gerutunya sambil mengecek jam tangan yang sudah menunjukkan bahwa ia hampir terlambat. Xaver dengan tergesa-gesa memasuki mobil dan menyalakan mesin.

Perjalanan ke kantor terasa sangat lama. Setiap lampu merah terasa seperti penghalang yang tidak kunjung berakhir. Setibanya di kantor, Xaver bergegas menuju ruang rapat dengan langkah cepat yang nyaris menjadi lari. Setiap kali lift terbuka, ia hanya menemukan dirinya semakin terlambat.

"Tuan muda, selamat datang," ucap Jad yang sudah berdiri di depan pintu ruang rapat, untuk menunggu kedatangan tuannya. Dirinya mengerutkan dahinya saat penampilan tuannya sedikit tidak rapih, bahkan jas dan dasinya tidak terpasang.

Mengabaikan sapaan dari Jad, Xaver akhirnya memasuki ruang rapat. Semua mata tertuju padanya, terlihat jelas tatapan aneh dari mereka karena penampilannya yang tidak seperti biasanya.

"Maaf, terjadi sedikit kendala," ucapnya dengan suara yang serak, Xaver memang sangat mengharapkan waktu. Jadi dirinya sangat merasa bersalah.

Semua orang tidak ada yang berani menjawab, mereka melirik jam yang ternyata hanya satu menit lebih dari waktu yang ditentukan.

"Jad mulai rapatnya," ucap Xaver pada Jad, yang malah diam saja. Bukannya langsung memulai rapat mereka.

"Baik tuan," Jad tentu ikut terdiam, karena sebenarnya tuannya hanya telat satu menit. Bahkan para pekerja juga merasa sama dengannya. Ceo mereka memang sangatlah perfeksionis sekali, sehingga kesalahan kecil begini saja merasa telah melakukan kesalahan besar.

Menit demi menit berlalu, rapat berjalan tanpa ada sebuah kendala sedikitpun. Hingga Jad merasa handphone bergetar, ternyata sebuah telepon dari pihak resepsionis.

°°°°°

Kakinya berdiri tegak, Quella melangkah dengan percaya diri menuju pintu masuk gedung Parvez Company yang menjulang tinggi, rasa benci dan keberanian terpatri di matanya. Saat melewati pintu, dia berdecak kesal karena terpesona oleh kilauan marmer dan deretan lampu gantung yang mewah. Langkahnya semakin dibuat penasaran, saat melihat sekeliling dan menyaksikan betapa megahnya interior gedung tersebut.

Dengan langkah kakinya yang pelan, dia mendekati meja resepsionis yang terbuat dari kayu mahoni berlapis kaca. Di balik meja, seorang laki-laki muda dengan seragam rapi menatapnya dengan senyuman ramah.

"Saya ingin bertemu dengan Parvez. Apakah dia ada di kantor hari ini?" tanya Quella dengan nada yang memberikan perintah, dan tidak ada kesopanan di dalamnya.

THE MAIN CHARACTER IS ME Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang