Chapter 9

318 13 0
                                    

Roda mobil rolls royce berhenti di pekarangan Mension Parvez, itu juga menandakan perjalan mereka telah sampai. Tanpa ingin berlama-lama, Xaver membuka pintu keluar dari dalam mobil, tanpa mau menunggu ayahnya atau kepala pelayan membukakan pintu untuknya.

"Selamat datang Tuan muda," sambut Willy sebagai kepala pelayan yang berjaga di mansion Parvez.

"Hm," Xaver hanya membalas dengan gumaman, dan berlalu dengan cepat.

Zafran yang baru turun, disambut kembali oleh Willy. "Selamat datang Tuan," serunya sambil menundukkan kepalanya hormat.

"Hai Willy. Aku ingin sesuatu untuk kamu kerjakan," pinta Zafran yang berjalan masuk, dengan Willy yang mendengarkan apa yang diinginkan olehnya.

Melangkahkan kakinya masuk menuju mansion besar milik Parvez, satu kata yang terlintas untuk menggambarkannya adalah kemewahan. Langkah pertama Xaver membawanya ke dalam sebuah aula yang luas dengan lantai marmer yang mengkilap, refleksi cahaya yang datang dari lampu kristal gantung di langit-langit yang tinggi.

Dinding-dinding dihiasi dan terukir dengan detail, terdapat juga beberapa lukisan klasik yang terbingkai emas menghiasi setiap sudut yang tersedia.

Di salah satu sudut ruangan, terdapat perapian yang melengkapi estetika klasik yang elegan. Setiap perabot di ruangan ini tampaknya dipilih dengan cermat untuk menonjolkan kemewahan. Terdapat juga sebuah sofa yang semakin membuatnya lengkap.

Xaver menghentikan langkahnya saat melihat sosok yang membuatnya mau untuk pulang ke kediaman besar ini. "Ibu," seru Xaver, berjalan kearah ibunya yang sedang duduk di sofa sambil melihat layar televisi. Seperti biasa juga senyuman manis dari ibunya menyambut kedatangannya.

"Ibu senang sekali, kamu datang ke sini. Sudah sekitar seminggu kamu tidak pulang-pulang," ucap Alina ibu dari Xaver, walaupun umurnya tidak muda lagi, Alina masih memiliki paras yang cantik. Senyumnya terpancar cerah begitu senang mendapati kedatangan putranya ini.

"Maaf Ibu aku sedikit sibuk, jadi tidak bisa terus-menerus berkunjung," jawab Xaver sambil memeluk dan mengecup pipi ibunya.

Xaver memang lebih sering tinggal di apartemen pribadinya, alasannya karena dekat dengan kantornya bekerja. Jadi itu membuatnya terkadang jarang pulang ke mansion besar Parvez ini.

Menepuk samping tempat yang di duduknya, Alina meminta Xaver untuk menemaninya sebentar. "Duduklah dulu, di samping ibu."

Xaver menuruti permintaan ibunya, dirinya duduk diam tidak melakukan apapun. Menunggu sampai sebuah usapan tangan di wajahnya, dan suara lembut ibunya membuatnya tertegun. "Tidak ibu sangka putra ibu telah dewasa sekarang," ucap Alina pada putranya, dirinya telah melihat berita terbaru mengena Xaver tadi. "Kenapa tidak kenalkan pada ibu?"

"Maksud ibu?" Xaver sama sekali tidak mengerti, bahkan dibuat bingung.

Alina menekan tombol remot menampilkan berita akan Xaver dan Quella, terpampang jelas sebuah tulisan dan tayangan mengenai dirinya. Pewaris dari Parvez Company sedang memiliki hubungan khusus dengan pemilik Queez Hotel. Mereka terlihat menaiki taksi bersama untuk makan di sebuah restaurant, terdapat juga kata-kata yang sempat dikatakan oleh Tuan Xaver, sepertinya sebentar lagi kita akan mendapatkan berita bahagia dari mereka. Kita tunggu saja kabar dari mereka.

Seolah mengerti apa yang tadi ibunya katakan, Xaver sebenernya enggan sekali untuk menjawab, seketika ekspresi wajah tenangnya langsung berubah. Di kepalanya malah terlintas sebuah ingatan tentang Quella yang begitu mau melakukan apapun untuk Elvis.

"Xaver, ibu bertanya loh," seru Alina kembali, dirinya tau Xaver sedang dalam keadaan marah. Entah apa yang membuat putranya langsung memiliki mood buruk begini. "Ayo ceritanya pada ibu," bujuk Alina agar putranya mau mengatakan semuanya.

THE MAIN CHARACTER IS ME Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang