Chapter 13 - IGD

17 4 0
                                    

Semester genap sudah tinggal beberapa minggu saja. Tapi kesibukan Daniela tidak pernah ada habisnya. Daniela menyeka sisa keringat di wajahnya saat Andika mengajaknya pulang setelah latihan dance. Tanpa menunggu, Daniela membawa tasnya pergi dari sana dan menuju motor Andika.

"Aku gak bisa lama-lama, ya. Anak-anak masih ngerjain tugas bareng. Aku dapet tugas beliin makan sekalian," ujar Andika saat mereka sudah sampai di depan kost Daniela.

"Iya, gak apa-apa. Kan aku udah sampe kost dengan selamat," jawab Daniela sambil memasang senyum lebarnya.

"Ya udah. Masuk sana. Aku balik duluan ya, sayang."

Daniela memastikan motor Andika sudah berlalu sebelum menutup pintu pagar. Tapi langkahnya terhenti saat ada panggilan ke ponsel ya.

Mas Mikael is calling.

"Iya, Mas?"

Namun bukan suara Mikael yang menyapanya dari seberang.

"Maaf, Mbak. Ini saya telepon emergency number dari hp mas nya. Mas nya sekarang di IGD, Mbak. Habis dipukuli orang. Apa Mbaknya bisa ke sini?" suara dari seberang membuat otak Daniela berhenti bekerja.

Mikael dipukul? IGD? Apa-apaan ini?

Sebelum Daniela bisa mengumpulkan pikirannya untuk menjawab, Arjuna membuka pintu kost dan mengeluarkan motornya. Arjuna yang menyadari ada yang salah dengan Daniela langsung menghampirinya.

"Kenapa, Dan?"

"Mas Mika. IGD." Bahkan Daniela tidak bisa menjelaskan dengan benar dan hanya mengulurkan ponselnya ke Arjuna.

Arjuna melirik nomor penelpon lalu meletakkan ponsel Daniela di telinganya.

"Halo, Mbak? Halo?" Arjuna mendengar suara orang asing di seberang.

"Gimana tadi, Pak?

"Rumah sakit mana?

"Baik, Pak. Terima kasih. Saya segera ke sana."

Arjuna lalu menutup sambungan telepon itu dan mengembalikannya ke Daniela.

"Tas kamu taruh dulu di kamar. Bawa dompet, hp, sama jaket aja. Ayo aku anterin," ujarnya pelan.

"Mas Mika gak apa-apa, kan, Mas?" Arjuna bisa melihat air mata sudah mulai menggenangi pelupuk mata Daniela.

"Kita gak tau. Makanya kita kudu segera ke sana. Apa aku aja? Kamu tunggu di sini, nanti aku kabarin terus. Gimana?" tawar Arjuna yang tidak yakin Daniela masih baik-baik saja.

Daniela menggeleng, "Aku ikut, Mas. Bentar."

Tidak sampai lima menit mereka berdua sudah berada di atas motor Arjuna membelah keheningan malam Kota Malang yang sudah semakin larut.

Arjuna dan Daniela sampai di rumah sakit dalam lima belas menit. Mereka segera menuju IGD dan diarahkan oleh perawat ke salah satu ranjang pasien.

Saat tirai dibuka, Daniela bisa melihat kakaknya terbaring dengan luka jahitan yang sudah ditutup perban di kepala, dahi, dan tangannya. Beberapa lebam terlihat jelas di kulitnya yang tidak tertutup baju termasuk wajahnya. Lelaki itu menutup matanya tertidur, tidak sadar ada Daniela dan Arjuna di sana. Daniela duduk di kursi di sebelah ranjang dan menggenggam tangan Mikael. Arjuna meninggalkan Daniela dan menuju ke tempat perawat untuk mengurus administrasi.

"Mas ini ngapain sih? Pake acara berantem segala," suara Daniela setelah beberapa saat diam membangunkan Mikael. Lelaki itu membuka matanya dan pandangan mereka bersirobok. Saat itulah tanpa sadar air mata Daniela mengalir.

Kost BiruWhere stories live. Discover now