Chapter 15 - Tumbang

16 5 0
                                    

Daniela kira satu tahun pertamanya dia sudah sibuk dengan berbagai aktivitas kuliah, tugas, dan organisasi. Ia tidak mengira semester tiga akan membuatnya lebih gila. Waktunya habis. Benar-benar habis. Badannya bergerak seperti auto pilot. Entah itu ke kelas, ke sekretariat himpunan, ke ruang UKM, latihan dance, atau mengerjakan tugas di kamar.

Waktunya untuk bertemu Andika tersita, hanya tersisa pulang bersama setelah kegiatan UKM atau malam mingguan yang bisa dihitung jari dalam satu semester itu. Bukan saja dengan Andika. Bahkan dengan kakaknya yang satu kost pun Daniela amat sangat jarang bertemu. Mikael sudah disibukkan dengan kegiatan magang yang awalnya ia ambil di semester pendek sebelum masuk semester tujuh, tapi lelaki itu memilih untuk meneruskan kerja part time di salah satu perusahaan business consultant itu.

Hingga menjelang akhir semester tiga, beberapa minggu sebelum ujian akhir semester dilaksanakan, tubuh Daniela pun menyerah.

Sore itu Daniela baru saja membereskan barang-barangnya di sekretariat himpunan. Hanya tinggal ia sendiri karena ia baru saja mengerjakan laporan pertanggungjawaban atas program kerja yang ia mendapat tugas menjadi sekretaris. Candra, rekan himpunan yang menjadi ketua pelaksana, sudah lebih dahulu pulang beberapa menit sebelumnya setelah mendapat telepon bahwa ia harus segera bergegas.

Langit hampir gelap. Jarum jam sudah jauh melewati angka lima. Daniela yakin tidak ada orang lagi di gedung sekretariat organisasi FEB itu. Bukannya Daniela takut, ia sudah terbiasa harus tinggal lebih lama di sekretariat himpunan atau di ruang UKM sendirian. Tapi entah kenapa ia merasa ada yang aneh dengan dirinya.

Tubuhnya terasa dingin. Tapi ia dapat merasakan keringat di keningnya. Lidahnya terasa pahit. Dan rasanya Daniela ingin berbaring saja di karpet di atas lantai sekretariat himpunan. Berbaring akan lebih nyaman daripada harus berkutat dengan barang-barangnya lalu berjalan pulang ke kost.

Mungkin berbaring sebentar tidak masalah. Mungkin menunda pulang hingga hari sedikit semakin gelap tidak masalah. Daniela perlahan memejamkan matanya yang terasa sangat berat dan meletakkan kepalanya yang mulai berputar di atas tasnya yang keras penuh berisi buku dan modul kuliahnya hari itu.

Sebentar. Sebentar saja.

***

"Jadinya job yang minggu depan sama aku ya, Mas?" tanya Arjuna pada ketua divisi musik akustik di UKM nya.

"Iya. Kamu yang pegang gitar akustiknya. Kayaknya Sarah juga lebih cocok kalo kamu yang ngiringi buat akustikan, Jun. Jadi buat next job akustik bisa langsung kalian berdua aja. Nanti cajoon nya tergantung siapa yang lagi ready aja. Kita belum punya yang memang spesialisasi di cajoon juga sih. Buat minggu depan sama aku aja. Aman kan kamu masuk tim inti buat ambil job?"

Arjuna mengangguk, "Yang penting gak tiap hari aja. Toh latihan cukup seminggu sekali. Perform juga paling banyak sebulan sekali."

"Bisa lebih dari sebulan sekali kalau pas banyak event, Jun."

Arjuna mengacungkan ibu jarinya, "Bisa diatur, Mas." Arjuna memeriksa jam di tangannya yang menunjukkan jam enam kurang sepuluh menit. "Aku balik dulu ya, Mas. Mau lanjut nugas."

"Oke oke."

Arjuna keluar dari ruang UKM dan berpapasan dengan Andika.

"Jun," sapa Andika singkat.

Arjuna mengangguk balas menyapa, "Gak sama Daniela?" tanyanya.

"Katanya tadi mau nyelesein LPJ proker sama Candra. Aku juga ada latihan band habis ini. Kayaknya akhir-akhir ini kamu lebih sering ketemu pacarku daripada aku sendiri, Jun," gurau Andika.

Kost BiruWhere stories live. Discover now