The Rise Of Ning/Shou Fu Yang Cheng Shou Ce/首辅养成手册

chapter 81-82

Heppy Reading

BAB 81 Kebangkitan Ning

Di kediaman Marquis Dingbei, Marquis Fu Ping melihat Wei Ling datang pagi-pagi sekali dengan sebuah tandu dan langsung menyambutnya masuk.

Melihat ekspresi Wei Ling yang serius, Fu Ping mengira dia datang untuk membicarakan hal-hal penting. Dia membubarkan para pelayan dan mengirim seorang pelayan kepercayaannya untuk menjaga pintu masuk. Dia bahkan membawa keluar teh Da Hong Pao milik ayahnya yang masih utuh untuk diseduh bagi Adipati Ying. Baru setelah persiapan ini dia bertanya, "Apa yang membawamu ke sini? Sekarang kamu bisa berbicara dengan bebas."

Wei Ling meliriknya dan berkata dengan lesu, “Aku datang terutama untuk meminta nasihatmu tentang cara terbaik membesarkan seorang anak perempuan.”

Fu Ping hampir tersedak tehnya, terkejut mendengar kata-kata Wei Ling. “Mengapa kamu tidak mengatakannya lebih awal? Tidak ada yang perlu ditanyakan tentang itu!”

Wei Ling menjawab, “Aku ingin memberitahumu segera setelah aku tiba, tetapi kamu terus menyela.”

Fu Ping mendengus, “Lupakan saja. Mengingat kau sudah kehilangan akal sehatmu, aku tidak akan mempermasalahkannya.” Dia menyeka mulutnya dan menegakkan tubuhnya. “Bukankah keluargamu punya seorang gadis angkat bernama Zhao Mingzhu? Aku ingat dia dibawa ke rumahmu saat masih bayi dan dibesarkan sebagai gadis muda yang baik.”

Wei Ling mencibir, “Sekadar mainan yang dibawa untuk menghibur wanita tua itu tidak sebanding dengan Yining!” Dia mengutak-atik cincin di jarinya dan melanjutkan, “Aku akan mengatur agar wanita tua itu segera menikahkannya. Aku akan memberikan mas kawin dan menganggap tugasku telah terpenuhi. Ketika Yining kembali, aku ingin mengeluarkannya dari rumah tangga untuk menghindari membuat Yining kesal. Namun, mengingat kasih sayang wanita tua itu yang mendalam setelah membesarkannya selama bertahun-tahun, aku membiarkannya begitu saja. Kita lihat saja apakah dia tahu tempatnya.”

Fu Ping sekarang mengerti sikap Wei Ling terhadap putri angkatnya—dia tidak menganggapnya penting.

Dia bertanya-tanya berapa banyak kalangan bangsawan ibu kota yang benar-benar memahami situasi tersebut, dan apakah Zhao Mingzhu sendiri menyadarinya.

"Tidak ada yang perlu ditanyakan tentang membesarkan anak perempuan," kata Fu Ping dengan bingung. "Ketiga anak perempuan saya berada di bawah asuhan istri saya. Saya hanya menyediakan pakaian dan perhiasan musiman untuk mereka dan sesekali menjenguk mereka." Bagaimanapun, begitulah cara semua orang membesarkan anak perempuan. Penting untuk menjaga perbedaan antara peran laki-laki dan perempuan.

“Jika kamu merasa tidak mampu mengelolanya dengan baik, mengapa tidak mengambil istri untuk membantumu?” Fu Ping menyarankan sambil tersenyum. “Kamu telah bertempur di Mongolia bersama Jenderal Lu selama empat tahun. Bukankah sudah waktunya bagimu untuk menikah?”

Wei Ling tidak punya keinginan untuk menikah saat ini. Itu akan merepotkan, dan dia takut istri barunya akan terlalu banyak berpikir sendiri dan memperlakukan Yining dengan buruk.

Dia menggelengkan kepalanya. “Jangan bahas itu sekarang.” Wei Ling ragu-ragu sebelum melanjutkan, “Anak perempuanku sekarang berusia tiga belas tahun, hampir empat belas tahun. Terakhir kali kami makan malam bersama, aku perhatikan dia sepertinya tidak menikmati makanan yang kupilihkan untuknya. Anak perempuan berbeda dengan anak laki-laki—aku bisa mendisiplinkan Tingge dengan memukul, tetapi aku tidak berani menyentuhnya. Aku bingung bagaimana caranya agar bisa lebih dekat dengannya.”

Wei Ling teringat bahwa sejak kepulangannya, Yining tidak pernah memanggilnya “Ayah” sekali pun.

Fu Ping mengerutkan kening dan mengulang beberapa nasihat yang dibagikan istrinya: “Cukup dengan menanyakan tentang studinya setiap hari dan menyediakan waktu untuk makan malam bersamanya—kamu harus memanjakannya! Aku menghabiskan ratusan tael perak setiap tahun untuk kosmetik bagi ketiga putriku. Istriku tidak pernah ragu untuk menuruti keinginan mereka. Aku tidak yakin tentang hal-hal lain, tetapi kamu tidak akan salah dengan bersikap baik.”