10

230 27 3
                                    

Sorry banget tapi untuk adegan ++ gak aku tandai melalui chapter, sengaja untuk menghindari ke-jimplangan jumlah reader's.

***

Sesuai janji Kairos malam itu, pagi nya Gwyn di buatkan nasi goreng ekstra sosis lengkap dengan telur dadar nya. Juga segelas susu hangat rasa vanila.

"Aku akan jalan-jalan hari ini dengan Nina boleh kan, Kai?"

Nina adalah teman sekaligus pelayan yang di rekrut oleh Kairos sendiri sejak keduanya menikah.

"Osias akan menemani mu," 

Emma cemberut, "Aku hanya ingin menghabiskan waktu bersama Nina. Ini acara untuk wanita,"

Mendadak Gwyn merasa kenyang. "Osias akan menemani ku saja kalau begitu. Aku juga akan keluar, karena harus ganti perban ke rumah sakit."

Emma tergugu mendengar suara Gwyn. Dia sengaja menolak agar Kairos memaksa dirinya agar di temani oleh Osias. Emma melakukan ini karena sengaja ingin membuat Gwyn merasa kalah. Tapi dia tidak menyangka kalau Gwyn bertindak seperti itu.

"Oke, Osias hati-hati. Jangan sampai Gwyn terluka seinci pun!"

"Tentu tuan,"

"Kamu mau berangkat kan? Aku antar keluar." Emma mengangkat tas kerja milik Kairos juga menggandeng tangan Kairos. Dengan satu lirikan, Emma menatap Gwyn namun ternyata Gwyn tidak melihat ke arahnya. Gadis itu sibuk dengan makanannya membuat Emma kesal.

Gwyn yang memang mengetahui taktik Emma tidak mungkin dirinya akan langsung kalah. Saat masih menjadi Amoria, diri nya sudah banyak bertemu dengan orang yang berkarakter seperti Emma itu. Haus akan kekuasaan, harta bahkan dengan kelamin. Amoria tahu jenis-jenis manusia seperti itu.

"Nona apa ingin pergi sekarang?"

Gwyn mengangguk, "Ya, kita pergi sekarang. Karena aku juga ingin ke tempat lain selain rumah sakit."

Emma yang masih di luar mansion menatap Gwyn yang berjalan dengan anggun, di belakangnya ada Osias yang merapikan lengan kemejanya. Gwyn benar-benar terlihat seperti gadis bangsawan menurut Emma.

Dress polos nya yang mahal, hak tingginya yang berukuran 3 centi lalu tas kecil mewah yang tersampir di bahu tidak lupa anting dan kalung yang bernilai ratusan juta. Berbeda sekali dengannya yang hanya menggunakan dress hamil sederhana, sendal jepit dan perhiasan yang cuma berbahan emas.

"Emma hati-hati ya saat kamu keluar, ku dengar kamu baru pulang dari luar negeri." ucap Gwyn saat di hadapan Emma.

Emma mengangguk kaku. "Kamu juga hati-hati Gwyn, Osias jangan mengebut ya."

"Tentu nyonya,"

.
.
.

Usai mengganti perban, Gwyn langsung meminta Osias untuk ke Valegys Bar.

"Selamat datang madam!"

Gwyn tersenyum manis. Dia sungguh bahagia mendapatkan gelarnya kembali. "Terimakasih, suruh Marius untuk menemui ku." suruh Gwyn kepada penjaga.

"Osias ayok ke ruangan ku. Ah aku lupa, ini adalah bar milik ku." Gwyn menarik tangan Osias untuk turun ke lantai bawah atau ruang bawah tanah. Ruangan pribadi, yang benar-benar pribadi milik Amoria dulu. Tidak ada yang tahu kecuali satu orang yaitu anak emasnya Amoria, si Gwyneth.

"Nah, tunggu di sini sebentar. Aku harus menyelesaikan satu hal, tidak akan lama."

Osias yang di tinggalkan sendirian melihat-lihat ruangan luas itu dengan kagum. Sangat rapi dan harum. Tatapan nya jatuh kepada potret seorang wanita yang duduk dengan anggun namun ekspresi nya datar terkesan dingin. Osias sendiri agak merinding saat menatap mata wanita itu.

.
.

"Sudah ku duga!" pekik Gwyn putus asa.

Mayat Cilia membusuk bahkan air kolam itu menghitam, beberapa ular pun mengapung mati. Bau yang teramat busuk menyebar.

"Huek!"

Gwyn lekas keluar dari sana, sungguh tidak kuat menghadapi kebusukan Cilia yang mengudara. "Bersihkan dengan baik, aku tidak mau ada bau busuk yang tertinggal!" titah Gwyn kepada Marius.

"Baik madam,"

"Kalau Valegys Bar ini ada cabang nya sudah pasti akan ku bakar habis saja! Repot sekali membersihkan mayat Cilia. Bukan kah itu ide yang bagus, bakar saja lalu bangun yang baru."

"No-nona saya akan menyewa pembersih yang profesional, saya berjanji dalam waktu satu hari bau busuk itu hilang!" ujar Marius mencegah madam baru nya untuk melakukan hal gila. Di pikir membangun sebuah bangunan akan semudah itu? Terlebih sebuah bar mewah.

"Awas kalau tidak sesuai ucapan mu!" ancam Gwyn.

Dia kembali ke ruang bawah tanah untuk menemui Osias. Terlalu kasihan di tinggalkan terlalu lama oleh nya.

"Osias apa yang terjadi pada mu?!" tanya Gwyn dengan panik melihat Osias yang sudah tak memakai atasan. Tubuh berotot pria itu di penuhi keringat.

"Tidak tahu, setelah saya meminum bir yang ada di kulkas itu. Saya mendadak kepanasan," terang Osias dengan suara seraknya.

Gwyn mengusap wajahnya sendiri. Dia lupa untuk mewanti-wanti Osias agar tidak sembarang minum bir yang ada di kulkas karena sudah dirinya campurkan dengan sedikit perangsang. Biasanya dia sendiri meminum itu untuk menghangatkan tubuh, karena Gwyn bukan tapi Amoria tidak gampang terpengaruh dengan obat perangsang.

"Aku akan mengambilkan air putih tunggu sebentar,"

Hap

Saat Gwyn berbalik untuk menggapai pintu, pinggang nya di tahan oleh Osias. Pria itu melingkarkan satu tangan nya di pinggang Gwyn dan tangan lainnya memegang dagu Gwyn agar gadis itu menoleh pada Osias.

Jantung Gwyn berdebar heboh, sialan dia sudah sering bersentuhan dengan pria bahkan lebih dari ini tapi tidak sedikitpun merasa canggung dan malu-malu kucing. Tapi kenapa semenjak dia hidup lagi di raga orang lain, dia merasakan hal ini?

"Osias lepaskan aku,"

"Nona ayok kita berciuman," bisik Osias di telinga Gwyn dengan lembut nya membuat Gwyn benar-benar merinding dan semakin berdebar.

Tbc

Ngaku, pasti di antara kalian ada kan yang kebaca nama Osias jadi oasis? Haha, soal nya aku gitu hikd ༎ຶ⁠‿⁠༎ຶ

Pas ngetik nama ni anak sering typo.

Mrs. Pshyco Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang