25

118 27 2
                                    


Helena menghela nafas lega saat Gwyn meminta nya untuk berpakaian rapi dan terlihat normal. Biasanya Helena akan memakai dress ketat dengan belahan dada rendah atau bagian punggung yang terekspos sempurna. Tapi kali ini dia hanya memakai dress sederhana motif bunga, flatshoes, tas selempang dan bando polos yang menghias kepalanya.

"Kita akan ke mana?" tanya Helena penasaran. Karena sudah hampir dua jam mereka masih belum berhenti di tempat tujuan.

"Ke tempat tuan baru mu," tukas Gwyn tak minat menjawab pertanyaan Helena di samping nya.

Kali ini Gwyn menyetir sendiri karena Marius sibuk dengan pekerjaan nya. Helena tiba-tiba merasa takut saat mobil memasuki area hutan. Dirinya takut akan di buang.

"Fredrika..."

Gwyn berdecak kesal. "Aku tidak akan membuang kakak!" ucap nya kesal, benar-benar kesal kenapa Helena sepenakut ini.

Mobil Helena akhirnya berhenti di depan gerbang sebuah rumah lantai dua yang berdiri kokoh di tengah rimbun nya pepohonan tinggi. Terlihat menyeramkan dan asri secara bersamaan.

Saat Gwyn menekan klakson, gerbang di buka dari dalam.

"Tuan sudah menunggu di dalam," ujar sang penjaga kepada Gwyn.

"Terimakasih," ucap Gwyn ramah. Dia menarik tangan Helena setelah keluar dari mobil, menuju dalam rumah tersebut.

"Selamat siang, Madam Gwyneth." sapa orang yang duduk di sofa single, seorang pria dewasa dengan bekas luka di pelipis nya.

"Selamat siang juga tuan Dacton." jawab Gwyn. "Sesuai janji, saya bawakan kakak saya." sambung Gwyn setelah duduk.

Helena tetap berdiri, merasa gugup karena tidak tahu harus melakukan apa di sini. Haruskah dia menyapa juga?

"Se-selamat siang t-tuan.." cicit Helena. Air matanya hampir runtuh, Helana benar-benar cengeng sekarang.

"Tidak perlu sungkan, duduk di sini."

Helena melirik ke arah Gwyn, melihat respon Gwyn yang acuh Helena mengigit bibirnya. Dengan langkah ragu dia mendekati pria itu kemudian duduk di pangkuan sesuai instruksi.

"Kau manis sekali, sama seperti dulu."

Sangat bingung dengan keadaan, Helena sekali lagi menatap Gwyn.

"Dia Callan Dacton, apa kakak lupa?" ujar Gwyn tersenyum manis. "Bukankah kalian dulu satu sekolah?" tanya Gwyn.

Helena memucat di tempat. Dia ingat siapa Callan Dacton, pria dengan luka di pelipis itu adalah kekasih Beatrice sejak masa kuliah. Helena tak terlalu dekat dengan Callan karena merasa risih akan tatapan pria itu sejak dulu.

"Ke-kenapa aku di sini?" tanya Helena.

"Tentu saja dia membeli mu, kak." jawab Gwyn.

"Tapi dia ... Dia pacar kak Beatrice!"

Callan mengelus bahu Helena pelan, "Aku sudah putus dengan nya sejak dua tahun lalu Helena. Sejak kakak mu masuk dunia permodelan, kami berpisah." ungkap Callan dengan sendu.

"Lalu kenapa kamu membeli ku, apa untuk balas dendam?!"

Gwyn berdehem, "Kak bersikap lah baik dengan tuan Dacton. Kehidupan mu tergantung sikap mu, kamu menurut maka kamu akan aman. Tapi kalau sekali saja berontak maka aku sendiri yang akan meledakkan kepala mu dengan peluru panas ku!" ancam nya dengan dingin.

"Madam tolong jangan menakuti kekasih ku," tegur Callan. Gwyn berdecih sinis, "Aku akan pulang. Ingat pesan ku tadi kakak!"

Helena menangis namun dengan cepat di tenangkan oleh Callan. "Kamu akan aman di sini, Gwyneth sudah menceritakan segalanya. Tidak ada lagi yang akan menyakiti mu entah itu Beatrice ataupun ibu mu." Callan benar-benar mengucapkan itu dengan lembut.

"Jangan anggap serius ucapan adik tiri mu Helena, dia melakukan itu karena takut kamu akan kabur dari ku lalu bertemu dengan mereka lagi. Gwyneth bilang, kakak dan ibu mu sudah menjual mu. Aku benar-benar tidak habis pikir dengan mereka, apa mereka kekurangan uang hingga harus menjual mu?"

Helena mematung. Tidak! Itu adalah kebohongan, bagaimana mungkin jadi seperti ini? Bukan kakak ataupun ibunya yang menjual dirinya tapi dia di culik oleh Gwyn―adik tirinya.

"Tuan i-ni tida―"

"Tidak apa-apa, aku bersama mu. Aku berjanji akan melindungi mu, Helena."

Di dalam dekapan Callan, Helena bungkam. Ingin mengungkapkan kebenaran nya namun lidah nya kelu juga takut akan kemarahan Gwyn nantinya.

Benarkah dia akan aman di sini? Akan kah Gwyn tidak mengganggu nya?

Melihat keterdiaman Helena membuat Callan salah paham. Pria itu berpikir kalau Helena masih lah terpukul dan takut akibat yang dia jalani sebelumnya.

"Semuanya akan baik-baik saja, tidak ada lagi yang akan menyakiti mu." bisik Callan sekali lagi.

.
.

Gwyn bersiul, bersenandung selama di perjalanan. Perkara Callan Dacton adalah ide nya yang tiba-tiba terlintas karena ingatan Gwyn muncul.

Tidak banyak, hanya nama dan segelintir kejadian sederhana. Setelah menyelidiki nya lebih jauh akhirnya Gwyn tahu di mana Callan berada dan motif gelap pria itu sejak muda.

Menurut gosip yang beredar, Callan hanyalah memanfaatkan Beatrice yang dulunya siswi terkenal di masa SMA untuk ketenaran. Lalu menjerat Beatrice dalam hubungan kekasih saat mereka kuliah. Tetapi yang kedua ini bukan untuk ketenaran melainkan sebagai batu loncatan untuk mencapai sesuatu yaitu Helena.

Ya, Callan menyukai Helena. Dan menggunakan Beatrice sebagai alat tapi sayang sekali itu ternyata tidak berguna karena Helena semakin jauh dengan Callan.

Saat mereka sudah wisuda dan memiliki pekerjaan masing-masing, saat Beatrice berada di awal karirnya yang melejit. Callan menjalankan siasat putus nya hubungan, dengan alasan bahwa Beatrice terlalu fokus pada pekerjaan nya dan mengabaikan Callan.

Mereka sempat bertengkar kemudian putus, berselang dua tahun Callan mencoba untuk mendekati Helena tapi lagi-lagi gadis itu sangat menjaga jarak dengan nya. Bahkan Helena tak mau melihat wajahnya, jadi maklum kalau Helena tak mengenal nya dengan baik saat mereka bertemu kembali.

"Sebentar lagi kalian akan hancur." gumam Gwyn. Dia menutup kaca mobilnya saat sudah masuk ke jalan raya. Dia akan kembali bekerja, menjadi model pendamping Beatrice.

***

Vote ya, hhump😾

Mrs. Pshyco Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang