12

234 33 1
                                    


"Apa dia sepupu mu itu Emma?"

Emma mematung, wajahnya pucat pasi karena mendapati Kairos di ambang pintu. Dengan canggung Emma bertanya, "K-kamu sudah pulang Kai, apa pekerjaan mu sudah selesai?"

Tak mendapatkan sahutan dari Kairos, Emma semakin canggung. "Y-ya, dia sepupu dari pihak ayah."

Kairos berjalan mendekati Axley yang diam saja. Pria itu juga sama kagetnya dengan Emma karena bertemu dengan Kairos secara langsung.

"Kairos Basilio, suami Emma." ucap Kairos dengan datar. Axley berdehem kemudian menyambut uluran tangan Kairos. "Axley Thiago, kakak sepupu Emma."

Ketegangan di antara mereka hilang saat ada mobil yang masuk ke pekarangan mansion. Itu adalah Osias dan Gwyn.

"Apakah kita sedang kedatangan tamu?" ucap Gwyn yang sudah turun dari mobil.

Axley benar-benar terpana melihat itu namun sebisa mungkin untuk tidak terlihat kepermukaan.

"Kairos kenapa tamunya tidak di suruh masuk?"

"Tidak perlu nona, aku hanya mengantarkan adik sepupu ku saja."

Gwyn menatap wajah Axley dengan polos. "Adik sepupu? Apakah Emma?"

"Kai ayok masuk aku merasa lelah," ajak Emma yang tidak mau ada keributan apapun hari ini karena dia tidak ingin ketahuan oleh semua orang tentang rencana terselubung nya.

"Ayok." Kairos menggandeng tangan Emma dengan lembut meninggalkan mereka yang masih berdiri di depan teras.

"Benar tidak ingin masuk? Bagaimana kalau secangkir teh atau kopi?" Gwyn menawari Axley yang nampak terlihat mencurigakan di mata nya.

"Ah maaf, nama ku Fredrika Amoria Gwyneth."

Menatap sejenak uluran tangan wanita di hadapannya, Axley mengangkat tangan nya kemudian untuk membalas jabat perkenalan itu namun tercegah karena ulah Osias.

"Nona bukan kah anda ingin langsung mandi setelah pulang?"

Gwyn menarik tangan lalu menepuk dahinya sendiri. "Aku lupa, sampai jumpa lagi!" ujar Gwyn tanpa harus repot-repot mendengarkan apa balasan Axley.

"Gwyn. Sangat cantik seperti namanya," guman Axley sambil meneguk ludah nya kasar. Dia begitu terpesona dengan paras dan tubuh Gwyn. Jujur saja wanita itu lebih cantik daripada Emma.

Saat sudah berada di kamar nya sendiri, Gwyn langsung mandi dan berganti pakaian santai. Dia terlalu lelah karena beberapa aktivitas. Setelah merebahkan tubuhnya di ranjang tanpa sadar di tertidur hingga waktu makan malam.

.
.

"Kamu tidak pernah mengatakan kalau masih ada sepupu di pihak ayah mu, sayang."

Emma yang sedang bermain ponsel karena berbalas pesan dengan Axley di buat kaget oleh suara Kairos.

"Itu sebenarnya aku juga baru tahu beberapa bulan ini. Kami baru bertemu dan saat menceritakan tentang masing-masing ternyata kami masih terikat hubungan keluarga." terang Emma dengan kebohongan nya.

"Benarkah?"

Emma mengangguk, tangan nya meraih handuk kecil milik Kairos. Mengambil alih untuk mengeringkan rambut pria itu. Inilah yang Kairos sukai dari Emma, wanita ini selalu bersikap lembut pada nya.

"Aku sangat merindukanmu," bisik Kairos.

Emma yang paham ke mana arah pembicaraan dia tersenyum manis lalu mengalungkan tangannya di leher Kairos dan memulai ciuman lebih dulu.

Sore itu hingga menjelang malam, keduanya sama-sama melepaskan dahaga nafsu terutama Kairos yang entah karena teringat akan ucapan dokter sebelumnya dia bergerak dengan sedikit berbeda dari sebelumnya dan cukup membuat Emma kelelahan.

***

"Tumben mereka tidak turun untuk makan malam?" tanya Gwyn dengan bingung karena tidak melihat Kairos dan Emma. Biasanya kedua orang itu selalu ada lebih dulu daripada dirinya.

"Selamat malam tuan," sapa Osias yang melihat Kairos datang, namun hanya sendirian. Gwyn ingin bertanya namun tak jadi karena melihat ada kiss mark di leher pria itu.

"Kalian makan lah, aku akan kembali ke kamar." ujar Kairos. Osias yang masih tidak paham akan situasi bertanya, "Apakah keadaan nyonya tidak baik? Mau saya panggil dokter Mateo, tuan?"

"Tidak perlu, dia hanya kelelahan."

Suasana meja makan sepi. Antra Gwyn maupun Osias tak berniat untuk memecahkan keheningan. Gwyn yang masih terngiang-ngiang suara Osias saat pria itu main solo dan Osias yang canggung.

Dalam hati Osias merutuki kebodohan nya siang tadi. Bagaimana mungkin dia bisa mencium Gwyn yang jelas-jelas majikan nya sendiri?

Harus kah Osias meminta maaf? Tapi bagaimana caranya, dia tidak pernah berurusan dengan wanita sebelumnya.

"Aku sudah selesai, selamat malam Osias." ucap Gwyn pelan namun karena sunyi maka Osias mendengar itu dengan jelas.

"Ya, nona. Selamat malam," sahut Osias kaku.

Karena tertinggal sendirian yang membuat Osias tak canggung lagi, dia mengeluarkan ponselnya dari saku. Membuka aplikasi peramban, mengetik di pencaharian tentang bagaimana membujuk seorang wanita.

Ada berbagai macam cara, dari yang biasa saja sampai yang agak gila. Dan Osias memilih cara yang biasa saja.

"Nona Gwyn menyukai bunga apa ya?" gumam Osias.

"Aku menyukai bunga mawar merah,"

Osias menjatuhkan ponselnya sendiri karena terkejut dengan suara Gwyn di belakang nya. "No-nona sejak kapan di situ?" tanya Osias sambil berdehem. Dia seperti tertangkap basah habis mencuri sesuatu.

Sebenarnya Gwyn memang sudah sampai tangga atas namun dia lupa membawa botol minum nya jadi dia kembali ke bawah. Seketika hati Gwyn tergelitik, rasa malu nya hilang berganti dengan rasa gemas. Gemas sampai ingin mencium Osias rasanya.

"Baru saja, kau ingin memberikan aku bunga atas dasar apa?" tanya Gwyn sambil membuka kulkas. Osias meletakkan ponselnya kembali ke dalam saku, "Karena kejadian tadi siang."

Gwyn hampir menjatuhkan botol minum nya mendengar itu, "Siang? Itu ..." Gwyn tak tahu harus mengatakan apa. Rasa malu itu kembali datang. Dalam hati, Gwyn mengutuk dirinya sendiri.

"Nona boleh saya mencium bibir anda lagi?"

"Ya?"

Tbc

Mrs. Pshyco Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang