6

568 165 10
                                    

_OBSESI_

Hari berikutnya, ini adalah hari terakhir pemotretan bagi Marsha sebelum dia cuti dan akan bekerja lagi di luar kota nantinya. Entah mengapa pikiran Marsha sekarang tertuju pada seseorang. Sejak dia masuk ke tempat pemotretan netranya menyapu ke setiap sudut dan memperhatikan orang-orang. Keningnya berkerut saat tak mendapati seseorang yang dia cari. Padahal biasanya lelaki itu akan sibuk menyiapkan kamera bersama rekannya yang lain.

"Awas Sha!" Ashel menarik tangan Marsha sebelum perempuan itu menabrak lighting yang diam berdiri di depannya. Marsha mengerjab kaget dan baru menyadari kalau di depannya ada lighting. "Kalau jalan yang fokus. Lo lagi mikirin apa sih? Sampe lighting aja mau lo tabrak."

"Ga papa, lagi ada pikiran aja," jawab Marsha.

"Apa yang jadi beban pikiran lo? Bilang ke gue, jangan sampai lo nanti waktu foto ga fokus," kata Ashel.

"Enggak papa kok, ga penting juga," elak Marsha.

"Beneran ya?" Marsha mengangguk menanggapi. "Yaudah, ayo ke ruang ganti," ajak Ashel.

Marsha menghela napas dalam diam dan memukul kepalanya pelan, merutuki dirinya sendiri mengapa tiba-tiba dia jadi kepikiran dan sampai mencari keberadaan Zeran, lelaki yang baginya menyebalkan itu?

Selesai menyiapkan diri, Marsha langsung menuju tempat pemotretan yang telah disiapkan. Dia nampak terkejut melihat Aldo yang sekarang memegang kamera bukan lagi Zeran seperti hari-hari sebelumnya. "Loh kok yang megang kamera elo?" celetuk Marsha.

"Kan emang gua yang jadi fotografernya Sha. Biasanya gimana, Lo lupa ya?" Balas Aldo, fotografer yang sudah biasa bekerja sama dengan Marsha.

"Kemarin kan ga elo."

"Iya kemarin bukan gua karena ada acara, tapi sekarang sudah selesai dan gua balik kerja lagi lah," jelas Aldo. Salah satu tangannya bertengger di pinggang dan tangan satunya memegang kamera. "Emangnya kenapa Sha?"

"Terus Zeran lo kemanain?" tanya Marsha.

"Dia ada kerjaan sama model lain. Foto Brand celana dalam wanita. Menang banyak tuh orang," jelas Aldo. Beberapa rekan lainnya yang mendengar itu terkekeh ambigu.

"HA APA? CELANA DALAM WANITA?!" kaget Marsha. Aldo reflek memegang dadanya terkejut mendengar Marsha yang tiba-tiba memekik. Celana dalam wanita berarti yang jadi model wanita dong? Kalau dia fotografernya, berarti...DIA BAKALAN LIAT LEKUK TUBUH WANITA ITU GITU?! Monolog Marsha dalam hati. Entah mengapa perasaan aneh menjalar, dia seperti tak suka mendengar hal itu. Dia tak bisa membayangkan kalau Zeran mengarah pada seorang model dengan keadaan setengah telanjang.

"Memangnya kenapa Sha? Kemarin aja saat ada Zeran, lo keliatan kesel gitu. Sekarang udah ga ada lo cariin. Lo naksir ya?" Celetuk Ashel sambil menunjukkan ekspresi menggoda.

Tersadar akan itu, Marsha langsung menunjukkan ekspresi galaknya. "Sembarangan! Sudahlah mulai saja fotonya," kata Marsha. Tiba-tiba moodnya sekarang menjadi buruk dan Marsha menjadi bingung dengan dirinya sendiri. Buat apa gue peduli? Biarin aja lah, toh kita enggak saling kenal. Batin Marsha. Dia melupakan pikirannya yang tertuju pada Zeran dan mulai bergaya di depan kamera.

_OBSESI_

Sementara di tempat lain, Zeran memang benar tengah melakukan pekerjaan memfoto model pakaian dalam. Entah sudah berapa kali dia membatin di dalam hati dan berharap pemotretan ini segera selesai. Entah mengapa harus dia yang mengambil foto yang seharusnya menjadi privasi wanitakan? Kenapa tidak perempuan saja yang mengambil foto? Padahal rekan kerja yang lain para wanita yang dipilih, hanya dia sebagai fotografer yang laki-laki. Namun, karena gaji yang menggiurkan itulah yang membuat Zeran menerima pekerjaan ini, toh lumayan.

Mendengar sedikit gosip-gosip, model yang tengah difoto oleh Zeran itu memiliki rasa pada Zeran. Mereka memang sudah sering bertemu dalam pekerjaan seperti ini, karena tampang Zeran yang memang tampan banyak dipuja kaum wanita yang membuat model cantik berenama, Kathrina itu menjadi salah satunya. Entah ini salah satu cara agar menarik perhatian Zeran atau apa, kita tidak tau. Zeran menganggap itu hanya gosip biasa dan bersikap profesional bekerja.

"Oke pemotretan kali ini selesai," intruksi Zeran setelah mengambil jepretan terakhir. Model bernama Kathrin itu langsung diberi jubah untuk menutupi tubuhnya, lalu dia pergi ke ruang ganti. Sementara Zeran mulai melihat-lihat lagi hasil foto tadi.

Sibuk-sibuknya memilah hasil foto Kathrin yang selesai berganti baju kini menghampiri Zeran dengan alibi ingin melihat hasil foto. "Hei," sapa Kathrin, dia duduk di kursi kosong samping Zeran dengan senyuman yang terus terparti.

"Oh hai," sapa Zeran dengan canggung. Kini dia merasa malu, karena harus memilih foto orang setengah telanjang dengan posisi ada orang aslinya di sebelahnya. "Izin milihin foto ini ya," ucap Zeran kemudian. Dia takut kalau dicap tidak sopan, tapi mau gimana? Ini pekerjaanya dan sang model seperti tidak mempermasalahkan.

"Iya gapapa aku paham, lanjutin aja. Gimana hasil fotonya bagus-bagus nggak?" tanya Kathrin.

"Bagus kok," jawab Zeran. Dia mendapati cara pandang Kathrin yang agak berbeda seperti gimana gitu, hal itu membuat Zeran semakin canggung.

"Udah jam makan siang nih, mau nggak makan bersama di luar?" tanya Kathrin.

"Eee... sorry nih saya enggak bisa, karena udah ada janji sama temen juga. Ga enak kalau tiba-tiba dibatalin," jawab Zeran. Bohong! Sebenarnya itu hanya alasan saja agar dia tak makan bersama Kathrin. Ayolah Zeran mengakui kalau Kathrin cantik, tapi karena setelah pemotretan ini entah mengapa dia menjadi malu sendiri dan juga canggung. Sepertinya cukup sekali ini saja Zeran menerima job ini.

"Yah gitu ya?" Terdengar jawaban kekecewaan dari Kathrin. Namun, sepretinya perempuan itu tak gentar. "Eh, boleh ga kalau ada waktu kosong kita keluar bareng?" tanya Kathrin. Dia seperti tipe orang yang tidak malu menunjukkan secara langsung rasa sukanya.

"Ee.. boleh, tapi saya tidak berjanji, karna ya sibuk kerja," jawab Zeran. Tak enak rasanya kalau rerus-terusan menolak.

"Yess. Boleh isi nomor kamu di sini?" Kathrin memberikan ponselnya tanpa ragu, dan Zeran menerima dengan segera mengisikan nomornya di sana. "Terima kasih, nanti aku hubungin," kata Kathrin dan Zeran menangguk saja.

"Tin ayo, kita masih ada jadwal syuting setelah ini," kata sang Manager Kathrin.

"Oke. Aku pergi dulu ya. Makasih atas kerja samanya hari ini," pamit Kathrin.

"Sama-sama. Hati-hati di jalan," jawab Zeran. Mereka saling berjabat tangan sebelum berpisah. Melihat kepergian Kathrin kini Zeran bisa bernapas lega.












Sorry baru up, gw sibuk banget akhir" ini sama tugas sekolah. Sampai akhirnya tumbang, gw sakit dan skrang izin ga masuk, jadi gw sempetin up deh.

Dah maap buat typo.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 3 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

OBSESITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang