13

1.2K 221 16
                                    

_OBSESI_

Suasana di pegunungan sangat beda dengan di kota. Pagi ini udara terasa lebih segar dengan orang-orang yang pagi ini terlihat ramai melewati jalan villa untuk berangkat bekerja. Zeran bersama temannya yang lain sedang berada di teras menikmati secangkir kopi hitam untuk memulai hari. Leoze duduk di lantai sambil memakan roti tawar dengan selai coklat di atasnya. Sementara Aldo terlihat fokus bermain catur melawan temannya.

"Seger banget ya udara di sini, kayak lebih fresh gitu," celetuk salah satu teman mereka.

"Iyalah di kota sama di sini beda Bro," sahut Aldo seraya menggerakkan bidaknya.

"Kita nanti mulai pengambilan foto dimana?" Celetuk Leoze.

"Haiss santai dulu lah, kita mulai pemotretan besok. Modelnya juga datengnya besok," sahut Aldo lagi. Terkadang Aldo heran dengan temannya satu itu, sangat suka sekali bekerja seperti tak kenal lelah.  "Hari ini kita masih bisa santai, nanti agak siangan kita pergi ke kepala Desa buat minta perizinan. Paling ga kita ambil spot foto di tengah kebun teh sana," jelas Aldo selanjutnya.

"Jagung rebus jagung rebus~"

"Jagung rebus~"

"Wih jagung tuh, gua mau bali siapa yang mau nitip?" tanya Zeran. Lagipula cocok pagi-pagi yang segar ini menikmati jagung rebus yang pastinya masih hangat. "Beliin semua aja Ze," sahit temannya. Zeran memasukkan roti suapan terakhir lalu bangkit dan melangkahkan kaki mendekati penjual jagung bakar yang menggunakan sepeda untuk berjualan.

"Ibuk beli jagung," panggil Zeran. Penjual jagung itupun berhenti di depan Zeran. Ia membuka plastik bakul yang menutupi jagung itu. "Beli berapa Den?" tanya Ibu penjual.

"Satunya berapa buk?"

"Tiga ribu," jawabnya.

"Kasih sepuluh buk," pinta Zeran. Kemudian dia merogoh saku celananya mengeluarkan uang lima puluh ribu. Zeran menyerahkan uang itu untuk membayar dan langsung diberi kembalian. "Makasih ya den, kasep pisan aden ini," puji Ibu itu.

"Ibu bisa aja, makasih ya Bu," balas Zeran.

Ibu itu kembali menutup plastiknya dan beranjak dari sana. Zeran tersenyum saat mencium harum jagung manis yang menggiurkan. Saat ingin berbalik, dirinya terhenti karena melihat keberadaan Marsha di balik pagar yang menatapnya dengan kesal. Zeran pun bingung dengan Marsha, memang apa dia kembali melakukan kesalahan? Dengan isengnya Zeran menjulurkan lidahnya dan meletakkan satu tangan di udara, mengejek.

Marsha yang melihat itu lantas mengacungkan jari tengah lalu berbalik masuk ke dalam Villa. Padahal niat awak Marsha keluar juga ingin membeli jagung, tapi karna melihat adanya Zeran membuatnya kesal duluan. Apalagi mengingat kejadian kemarin disaat dirinya dibentak oleh Zeran, dia merasa masih sakit hati.

"Loh Sha, mana jagungnya? Padahal gue udah ambilin uang," kata Ashel. Mereka berdua tadi memang berada di teras, saat mendengar adanya penjual jagung rebus Marsha yang diperintahkan untuk menghampiri terlebih dahulu sementara Ashel masuk untuk mengambil uang. Namun, kenapa Marsha seduah kembali sekarang dan mana jagungnya?

"Tadi bukan jagung rebus, tapi jagung bakar," elak Marsha. Dia menjatuhkan dirinya di atas sofa dengan malas.

"Ha? Bukannya tadi katanya jagung rebus?" heran Ashel, dia tak mungkin salah dengar.

"Cuma prank. Sudahlah lupakan jagung itu, lagipula penjaga villa sudah menyiapkan sarapan, lebih baik kita makan," kata Marsha, dia kembali bangkit dan pergi ke meja makan diikuti oleh Ashel. Mereka mengisi piring masing-masing dengan makanan yang sudah disediakan. "Gue pengen keliling setelah ini," ungkap Marsha.

OBSESITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang