5

793 166 14
                                    

_OBSESI_

Malam hari, Marsha mengendarai mobil sendirian, membelah jalanan yang ramai dengan kendaraan lain. Tujuannya kali ini adalah tempat pembelanjaan. Marsha ingin membeli sebuah sepatu untuk dia bawa saat shoting minggu depan di luar kota. Sebenarnya sepatunya sangatlah banyak, tapi Marsha memang tipe yang suka mengkoleksi barang-barang.

Marsha memarkirkan mobilnya di parkiran Mall dan mematikan mesinnya. Dia merapikan barang dan juga penampilan. Tak lupa Marsha mengenakan masker untuk menghindari para fans fanatiknya. Kalau biasanya ada Ashel yang menemaninya, tapi kali ini berbeda, maka dari itu Marsha harus lebih berhati-hati lagi karena tak ada yang membantunya untuk menjaga diri.

Sudah biasa kalau di mall pasti banyak pengunjung. Marsha berjalan sambil memperhatikan sekitar, melihat toko-toko mencari yang bisa membuatnya tertarik. Sesekali dia membalas sapaan fans yang masih bisa mengenalinya. Langkah kaki Marsha membawanya ke toko sepatu yang menjadi tujuan Marsha.

Marsha melihat bermacam-macam sepatu yang menarik, tapi dia belum menemukan sepatu yang cocok untuk dirinya beli. Dia harus membeli dengan memperhatikan bahan dan kualitas sepatu agar tidak cepat rusak. Marsha memperhatikan deretan sepatu sambil mengetuk-ngetuk dagunya di balik masker dengan jarinya sembari berpikir. Merasa belum ada yang cocok Marsha beralih ke rak sepatu lainnya.

Di rak selanjutnya atensi Marsha tertuju pada salah satu berwarna biru muda yang membuat dia tertarik. Marsha pun mendekat. Tangannya bergerak memegang sepatu itu, tapi secara bersamaan ada tangan lain yang juga memegang sepatu itu. Marsha menoleh, melihat pemilik tangan itu.

"ELO LAGI?!" pekik Marsha karna lagi-lagi dirinya bertemu dengan Zeran.

"Lah kenal saya? Siapa?" tanya Zeran, karena dia tidak terlalu mengenali perempuan di depannya. Sampai Marsha menurunkan maskernya yang akhirnya membuat Zeran menyadari. "Oalah kamu lagi. Dimana-mana selalu ada kamu, saya jadi mikir jangan-jangan kamu ngikutin saya ya?"

"Sembarangan! Gue di sini mau nyari sepatu dan tolong lepasin tangan lo dari sepatu ini. Gue duluan yang liat sepatu ini," jelas Marsha, lalu dia kembali menaikkan maskernya. Tangan mereka masih sama-sama memegang sepatu itu.

"Enggak, orang saya duluan yang megang," tolak Zeran.

"Gue duluan yang liat!"

"Liat doang kan? Salah siapa ga dipegang cuma diliatin?"

"Karna gue lagi mikir! Pokoknya ini punya gue. Lagian ini sepatu cewe, lo mau apa sama sepatu cewe coba?"

"Kepo amat."

Perdebatan mereka membuat pegawai yang biasa melayani pengunjung menghampiri mereka. "Permisi tolong jangan bertengkat di sini. Ada yang bisa saya bantu?"

"Mbak, saya mau beli sepatu ini!" kata Marsha cepat, karena dia tak mau kalah dengan Zeran.

"Loh kan saya duluan yang ambil," kata Zeran tak terima.

"Ngalah dong sama cewe! Lo cowo bukan?"

Zeran memandang kesal pada Marsha. Entah apa makanan yang makan Marsha bisa membuatnya menjadi menyebalkan seperti ini, padahal biasanya Marsha selalu mengalah tak mau menimbulkan keributan. Baru dengan Zeran dia memunculkan sifat seperti ini.

"Yaudah ambil sana lah! Dasar cewe nyebelin," kesal Zeran kemudian dia pergi dari sana. Marsha yang merasakan kemenangan pun tersenyum bangga, lalu dia mengurus pembayaran sepatu itu.

Merasa kesal karena tak bisa mendapatkan sepatu yang menurutnya bagus, Zeran beralih ke toko baju. Padahal sepatu itu akan dia hadiahkan pada saudara sepupu kesayangannya yang tengah berulang tahun ke 17, tapi karena Marsha, dia jadi tak bisa menghadiahi sepatu. Namun, Zeran harus mengikhlaskan dan mencari ganti dengan baju saja.

Mengapa tidak mencari sepatu lain saja? Jawabannya karena Zeran sudah terlanjur kesal dan lebih memilih ganti tempat saja.

Z

eran memilih baju yang sekiranya cocok untuk sepupunya itu. Dia memilih dress berwarna merah muda yang lucu, dia berharap sepupunya akan menyukai hadiah darinya. Setelah mendapatkan hadiah untuk saudaranya, Zeran mencari baju untuk dirinya sendiri. Mumpung di sini kan, jadi sekalian saja. Dia berjalan ke bagian sebelah yang menyediakan pakaian untuk laki-laki.

Di sisi lain, sekarang Marsha tengah berjalan cepat, sedikit berlari karena dirinya tengah diikuti fans fanatik. Marsha terus melangkahkan kakinya mencari tempat bersembunyi yang aman, agar bisa kabur dari fansnya itu. Terkadang fans yang memang terlihat menyayangi, tapi bisa nampak menyeramkan juga.

Marsha masuk ke dalam toko baju. Dia sesekali menoleh ke belakang dan masih saja mendapati seseorang yang mengikutinya, tentu hal itu membuat Marsha semakin panik. Melihat ada ruang ganti baju, Marsha reflek masuk tak peduli ada orang di dalamnya atau tidak.

"HUA!" kaget seseorang. Ternyata ruang ganti yang Marsha masuki, benar ada orang di dalamnya. "Kamu lag-" mulutnya langsung dibungkam oleh Marsha.

"Dieem," ucap Marsha. Orang yang berada di dalam kamar ganti itu adalah Zeran. Entah kebetulan macam apa lagi ini.

"Masih banyak ruang ganti, kenapa kamu harus masuk di sini yang jelas-jelas ada orangnya?" tanya Zeran dengan nada berbisik.

"Gue lagi diikutin orang, jadi ga mikir ruang ini kosong atau enggak, yang penting gue aman," jelas Marsha.

Jarak mereka yang cukup dekat bahkan berdempetan tak ada jarak, karena Marsha terlalu menempel pada Zeran dan juga tangan yang tanpa sadar bertengger di bahu dan dada Zeran, membuat Zeran yang menyadari merasakan debaran yang asing. Keduanya hanya diam, hembusan napas yang terdengar. Marsha yang merasakan debaran jantung Zeran sontak perlahan mengangkat pandangannya ke arah Zeran.

Dan! Tatapan mereka bertemu. Mereka masih sama-sama terdiam dengan pikirannya yang sama. Sama-sama teringat tentang ciuman tempo hari di bar waktu itu. Hingga, tatapan Marsha beralih pada bibir Zeran. Tanpa sadar dirinya lebih dulu mendekatkan diri dan menempelkan bibir pada bibir Zeran. Sensasi panas dan gerah di dalam ruang ganti membuat mereka mengikuti insting untuk menggerakan bibir mereka menjadi lumatan yang lembut.

Entah berapa lama mereka saling melumat, Marsha yang lebih dulu sadar. Dia mendorong Zeran dan memberi jarak. Zeran menelan ludahnya susah payah merasa gugup dan tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Sementara Marsha kini meremas rambutnya seakan frustasi.

"Kok kita ciuman lagi sih?!"

"Kan kamu yang mulai duluan," jawab Zeran.

"Ck, awas aja kalau sampai sekali lagi kita ciuman, gue bakal minta pertanggung jawaban lo," kata Marsha terdengar serius.

"Lah kok? Kamu yang memulai dulu. Saya ga mau tanggung jawab, kan kamu bilang kamu ga mau sama saya," bela Zeran.

"Gue gamau tau!"

"Awh!" Zeran memekik sakit karena mendapatkan cubitan diperut yang Marsha lakukan. Kemudian sang pelaku keluar dari ruang ganti, meninggalkan Zeran yang mengusap bekas cubitan itu.













Marsha termasuk cewe yang susah ditebak.

Dah maap buat typo.

OBSESITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang