_OBSESI_
Sore hari Zeran termenung sendiri di atas ayunan sambil memakan sisa jagung rebus tadi pagi. Di kepalanya terbayang bagaimana dia dengan bodohnya berbicara tak sopan pada Marsha. Sumpah demi apa pun Zeran tak bermaksud dan juga tak sadar jika perkataan bodoh itu bisa keluar dengan mudahnya. Dia merasa bersalah, apalagi mengingat bagaimana wajah Marsha yang memerah, Zeran pikir Marsha pasti marah. Padahal tak tau saja kalau Marsha disitu malu.
"Apa gua harus minta maaf ya ke Marsha?" Monolognya. Zeran mengerang frustasi, tapi tetap memakan jagung sampai habis.
Aldo yang keluar dari Villa ingin mencari udara segar, kini melihat keberadaan Zeran yang terduduk sendiri, lantas dia pun menghampiri lalu duduk di ayunan sebelah Zeran. "Muka lo kenapa Zee? Kusut banget dilihat-lihat," celetuk Aldo.
Zeran kini berpikir, apa dia mencoba berbagi cerita saja kepada Aldo? Agar sedikit beban di pikiran tentang Marsha itu berkurang, syukur-syukur kalau dapat saran. "Gua lagi ngerasa ga enak sama seseorang," ungkap Zeran.
Aldo yang mendengarnya pun mengernyit heran, "Lo ngrasa ga enak sama siapa?"
"Sama Marsha."
"Ha?! Marsha?! Sejak kapan lo deket sama Marsha? Bukannya kalian gelud mulu kalau ketemu?" heran Aldo terkaget-kaget.
"Ck, gua sama dia enggak deket. Bener apa yang lo bilang kalau kita selalu gelud, lebih tepatnya dia sih yang sensian padahal gua ga ngapa-ngapain."
"Terus penyebab lo ngerasa ga enak apa?" tanya Aldo yang merasa ingin tau.
"Gua tadi kan sempet sepedaan di sekitar sini, terus ga sengaja ketemu sama Marsha yang lagi diganggu sama orang iseng. Jiwa menolong gua langsung tergugah dong dan gua ngebantu dia. Abis itu kita baliknya bareng, tapi abis itu gua ngomong hal yang ga sopan ke Marsha."
"Lo ngomong apa?" tanya Aldo yang semakin kepo, dia nampak mendengarkan dengan serius.
"Gue ngomong mau bantuin dia elus pantat."
Plak!
"Bodoh!" umpat Aldo setelah menggeplak belakang kepala Zeran yang membuat Zeran meringis. "Mulut lo anyink bisa-bisanya bilang gitu!"
"Gua ga sadar sumpah," ucap Zeran sebagai pembelaan.
"Ya, tapi... astaga Zeran goblok!" Aldo tak habis pikir dengan apa yang Zeran lakukan itu. "Lo harus minta maaf sih ke Marsha. Coba lo bayangin aja kalau tiba-tiba Marsha laporin lo ke polisi cuma perkara itu yang dibuat sebagai kasus pelecehan, apalagi Marsha artiskan, mampus lo Ze!" kata Aldo menakut-nakuti Zeran.
Zeran jadi terbayang bagaimana itu betulan terjadi dan nanti dia akan memakai baju oren di balik sel tahanan lalu bertemu dengan nara pidana lainnya, kalau dia tak berani akan babak belur digebuki oleh para senior. Zeran bergidik sendiri membayangkan hal itu, dia tak mau itu terjadi. "Do bantuin gua dong, gua ga mau dipenjara," ungkap Zeran.
"Gampang lo tinggal minta maaf. Memang setelah lo ngomong kayak gitu ke Marsha, reaksi dia gimana?"
"Dia cuma bilang gua mesum terus langsung masuh gitu aja," jawab Zeran.
"Hayolo itu pasti marah. Gua ga mau ikut-ikutan ya kalau ntar lo didatengin Polisi," kata Aldo yang membuat Zeran semakin ketakutan.
"Ah lo mah jangan gitu," ucap Zeran sambil menampol lengan Aldo. "Gua harus minta maaf kayak gimana?" tanya Zeran kemudian. Sepertinya dia harus menurunkan sedikit egonya agar bisa terbebas dari laporan Polisi yang bisa saja terjadi.
"Datengin ke Villanya terus tinggal minta maaf, segampang itu masa lo ga bisa?"
"Bisa! Tapi dia ngeselin, belom tentu dia bisa langsung maafin gua. Kodamnya aja udah kayak Macan tantrum gitu."
"Makanya dicoba dulu, biar keliatan serius lo mau minta maaf coba lo bawa apa gitu, martabak kek, kuaci kek, atau apalah," saran Aldo. Zeran jadi berpikir sekiranya barang apa yang bisa membuat Marsha luluh dan mudah didapat.
"Di sini penjual martabak terdekat dimana ya? Gua mau beliin martabak aja buat Marsha," pikir Zeran.
"Gua kemarin lihat diujung jalan raya deket toko elektro ada," sahut Aldo.
"Jauh banget gila. Bisa gempor kalau gua pakek sepeda ke sana," celetuk Zeran. Pasalnya jalan raya saja bisa dikatakan cukup jauh dari sini, kalau naik sepeda mungkin sekitar lima belas menitan, kalau jalannya bagus mah trabas aja, tapi masalahnya jalannya membuat orang mengelus dada.
"Lo bisa pinjem motor penjaga Villa, tapi harus ganti bensin. Masa lo udah minjem, tapi ga tanggung jawab buat balikin bensin?" saran Aldo lagi.
"Bener juga. Penjaga Villanya dimana? Gua mau keluar cepet," tanya Zeran.
"Tadi lagi keluar beli bubuk kopi. Tunggu sebentar lagi pasti balik," jawab Aldo.
Setelah kembalinya penjaga Villa, Zeran langsung berangkat mencari penjual martabak. Bermodalkan google maps dia akhirnya bisa menemukan penjual martabak. Dia memesan martabak rasa kacang dan juga martabak telur untuk para temannya.
"Semoga Marsha suka sama martabak yang gua kasih," monolog Zeran penuh harap. Dia duduk sambil mengusap lengannya karena hawa dingin yang dirasakan. Harusnya dia tadi mengenakan jaket.
Tak menunggu lama pesanan Zeran selesai dibuat. Zeran membayar dia langsung pulang. Tak lupa juga dia mampir untuk membeli bensin mengganti bensin yang telah dia gunakan. Setelahnya barulah dia pulang ke Villa. Zeran masuk ke dalam Villa memberikan martabak telur pada temannya yang tengah berkumpul.
"Wedehh tumbenan banget Ze?" celetuk temannya.
"Martabak yang itu buat siapa?" tanya teman lainnya.
"Ada pesenan orang," jawab Zeran. "Gua keluar bentar ya," lanjutnya tak mau membuat temennya tambah bertanya.
Zeran melangkahkan kakinya pergi ke Villa yang Marsha tempati. Dia dengan ragu mengetuk pintu villa, tapi tak ada jawaban. Melihat ada bel di sisi pintu, Zeran lantas menekannya. Kemudian tak lama pintu terbuka menampilkan seseorang yang Zeran cari.
"Mau apa lo?" tanya Marsha jutek. Zeran meneguk ludahnya sendiri merasa gugup. "Saya ke sini mau kasih kamu martabak. Saya ga tau kamu sukanya rasa apa, jadi saya belika rasa kacang," ungkap Zeran.
Marsha memperhatikan kresek putih yang Zeran bawa dengan alis menukik seakan tak suka. Zeran yang menyadari itu semakin takut tentunya. "Lo mau bikin gue mati?!" Zeran tersentak mendengar apa yang Marsha katakan.
"M-maksud kamu apa? Saya enggak bermaksud gitu, saya cuma mau minta maaf atas perkataan sayang yang ga sopan tadi," jelas Zeran.
"Gue alergi kacang!" ungkap Marsha lalu dia berbalik masuk kembali, tapi ternyata ada Ashel yang baru saja muncul. Marsha membiarkan pintu terbuka sementara dia pegi ke kamarnya.
Ashel yang tak paham apa yang baru saja terjadi pun menghampiri Zeran yang masih terdiam di ambang pintu. "Marsha kenapa?" tanya Ashel.
"Saya cuma bermaksud ngasih martabak buat minta maaf ke Marsha, tapi katanya Marsha alergi kacang. Saya ga tau sumpah kalau dia punya alergi," jelas Zeran.
"Marsha memang punya alergi. Kenapa lo tiba-tiba mau ngasih martabak?" kepo Ashel.
"Sebagai tanda permintaan maaf. Tadi ga sengaja bikin Marsha kesel," jawab Zeran.
"Oh, kalau lo mau minta maaf coba lo bawain dia buah pisang. Dia tuh suka sama pisang," saran Ashel.
Sekarang Zeran berpikir, dimana dia harus mencari buah pisang? Apalagi Marsha semakin marah dengannya. Dia harus segera mendapatkan buah pisang agar Marsha bisa memaafkannya. Dia tak mau kalau sampai di penjara.
Dah maap buat typo.
KAMU SEDANG MEMBACA
OBSESI
FanfictionSeorang Model sekaligus Artis yang terobsesi pada seorang Fotografer. Dengan ide gila agar bisa memiliki Fotografer itu, sang Artis menyekapnya entah sampai kapan. Start : 6 Oktober 2024 End :