12

1.2K 204 3
                                    

_OBSESI_

Jalan yang mobil Zeran lalui tidak begitu bagus, jalannya tidak rata dan banyak yang berlubang. Membuat mobilnya bergoyang-goyang saat melintas. Marsha sedari tadi sudah mendengus kesal karena mobil yang bergoyang-goyang dan tak kunjung sampai. Punggungnya sudah lelah ingin ditidurkan.

"Ini masih lama ga sih? Gue udah cape," keluh Marsha.

"Sabar Marsha, sebentar lagi juga sampai kok. Ya kan Zee?" kata Ashel menenangkan.

"Iya sebentar lagi sampai," jawab Zeran yang fokus menyetir. Namun, itu tak lama karena beberapa saat kemudian ada seekor ayam yang tanpa aturan menyebrangi jalanan membuat Zeran reflek menginjak rem mobil. Marsha yang duduk di bangku belakang Zeran tersungkur ke depan hingga jidatnya terbentur sandaran kursi yang Zeran duduki.

"Sorry-sorry guys ga sengaja, ada ayam lewat untung ga ketabrak," jelas Zeran menangkan temannya yang sudah tantrum karena apa yang baru saja Zeran lakukan.

"Aduhh jidat gue!" karena kesal, dari belakang Marsha menarik rambut Zeran. "Lo bisa nyetir ga sih! Jidat gue nih jadi korban!" kesal Marsha. Memang jidat Marsha kini terlihat merah karena benturan yang terjadi.

"Aduh aduh maaf! Kan ga sengaja, barusan ada ayam!" jelas Zeran lagi sembari mencoba menyingkirkan tangan Marsha dari rambutnya. Ashel pun juga ikutan panik karena apa yang Marsha lakukan, dia menenangkan Marsha dan meminta Marsha menghentikan perlakuannya. Hingga akhirnya jambakan itu terlepas. Zeran meringis sambil mengusap kepalanya yang terasa panas. "Kamu kalau ga bisa diem mending turun deh!" kesal Zeran yang tanpa sadar meninggikan suaranya.

"Sstt! Zee!" tegur teman yang duduk di sebelahnya. Mengkode kalau yang barusan Zeran lakukan keterlaluan karena meninggikan nada suara itu. Namun, Zeran tetap diam mengontrol rasa kesalnya, dia masih enggan meminta maaf dan lebih memilih melajukan mobilnya kembali.

Sementara keadaan Marsha sekarang akhirnya terdiam. Hatinya terasa berdenyut karena sedikit bentakan yang Zeran lakukan padanya. Dia menyandarkan punggungnya sambil bersedekap dada dan wajahnya dia palingkan ke arah luar jendela. Keadaan sekarang cukup akward.

"Cukup diam jangan bertingkah Marsha," bisik Ashel pada Marsha. Tak tau saja kalau mata Marsha sekarang sudah berkaca-kaca seperti siap untuk menumpahkan air matanya, tetapi masih dia tahan karena malu kalau ketauan menangis.

Keadaan dalam mobil kini hening. Sampai mobil Zeran berhenti di tepi jalan yang sekitarnya sudah ada beberapa Villa. "Kita sudah sampai," kata Zeran.

Tanpa basa-basi lagi Marsha keluar dari dalam mobil dan dengan sengaja menutup pintu dengan keras. Dia berjalan cepat menuju Villa, tapi melihat itu Ashel buru-buru membuka pintu mobil dan berteriak ke arah Marsha yang hendak membuka gerbang Villa, "Marsha! Villa kita bukan yang itu, tapi yang depan ini," ungkap Ashel.

Gerakan tangan Marsha mengambang di udara saat akan membuka gerbang. Malu? Tentu saja! Mau ditaruh mana muka dia sekarang. Apa lagi mendengar tawa puas yang Zeran hasilkan membuat wajah Marsha mendadak memerah karena malunya kebangetan. Dengan segera Marsha memutar arah dan berjalan ke arah Villa yang Ashel maksud.

Ashel meringis dan menggelengkan kepala melihat tingkah Marsha. "Ee... makasih ya udah ngasih kita tumpangan. Kalau ga ada kalian, mungkin gue sama Marsha masih stay di sana sama mobil kempes itu," ungkap Ashel. Tak enak rasanya kalau tidak berterima kasih sama seseorang yang sudah menolong. Sekecil apa pun itu, kita jangan lupa untuk mengucapkan terima kasih dan jika membutuhkan pertolongan jangan malu untuk mengatakan tolong.

"Sama-sama," jawab Zeran mewakili.

"Oke kalau gitu gue nyusul Marsha ya," pamit Ashel. Zeran dan yang lain mempersilahkan kepergian Ashel. Kemudian mereka mulai mengangkuti barang untuk dibawa masuk ke dalam Villa yang akan mereka tempati beberapa hari.

Di dalam kamar yang akan Marsha tempati, Marsha menutup wajahnya sendiri dengan bantal dan berteriak malu akan apa yang telah terjadi tadi. Sumpah demi apa pun Marsha masih sangat malu, apa lagi tawa mengejek Zeran yang terngiang jelas diingatannya. Dia semakin tambah kesal dengan lelaki fotografer itu.

"Awas aja Gue rusakin kamera lo mampus!" geram Marsha. Beberapa detik kemudian raut wajahnya berubah sedih saat mengingat Zeran sempat membentaknya tadi. Percayalah meskipun sikap Marsha terlihat seperti angkuh, galak dan apalah itu, di dalam dirinya sebenarnya hanya seperti kerupuk yang kalau disiram air akan melempem. Namun, itu hanya berlaku untuk orang tertenti. Kalau Marsha sudah benar-benar kesal, langit pun bisa saja dia lipat untuk melampiaskan kekesalannya itu.

Tok tok tok~

Pintu kamar Marsha diketuk yang sudah dia ketahui siapa pelakunya. "Masuk aja Shel," balasnya. Mendapat persetujuan Ashel masuk dan Marsha langsung mengubah posisinya menjadi duduk.

"Nih gue bawain jus jeruk buat lo, biar seger. Biar lo ga tantrum mulu. Lama-lama khodam lo ga akan betah kalau lo tantrum mulu," kata Ashel. Marsha menerima segelas jus jeruk dingin itu dan berterima kasih. "Sha dengerin ya, gue ga bermaksud gimana-gimana, tapi sikap lo tadi ke Zeran itu ga patut. Dia udah baik hati ngasih kita tumpangan, tapi lo ngeluh mulu. Ga enak juga sama temen-temennya yang lain. Kalau tadi kita diturunin di jalan beneran gimana?" kata Ashel. Sesekali dia memang harus dan wajib menceramahi artisnya.

"Tapi dia ngeselin Shel. Dia itu adalah cowo terngeselin yang gue jumpai!"

"Ngeselin gimana? Emangnya dia udah ngapain elo? Lo punya masalah sama dia?"

"Dia itu udah ngambil first kiss gue, Shel! Dia—" perkataan Marsha terhenti saat sadar kalau dia keceplosan membongkar rahasianya sendiri. Lihatlah ekspresi Ashel sekarang, mulutnya terbuka lebar dengan mata yang melotot kaget. "APA LO BILANG TADI?! DIA UDAH AMBIL FIRST KISS LO? KOK BISA!" 

Kesalahan kalau Marsha bercerita pada Ashel. Pasti Ashel tidak ada habisnya bertanya sebelum rasa keponya itu tertuntaskan. "E-enggak. Gue salah ngomong," elak Marsha.

"Cih! Ga usah ngelak lo sekarang. Cerita!" pinta Ashel tanpa bisa diganggu gugat. Marsha menghela napas pelan dan akhirnya menceritakan semua yang sudah terjadi antara dirinya dengan Zeran. "Jadi gitu ceritanya," akhir Marsha.

"OMG! MARSHA!" Ashel memijat keningnya sendiri seakan pening dengan apa yang dialami Marsha. "Setelah ini lo jangam mabuk lagi deh. Gue jadi takut lo diapa-apin sama orang lain," ungkap Ashel.

"Tapi gue udah diapa-apain sama orang lain Shel. Dan orang lain itu Zeran! Gue niat awal liburan ke sini mau coba lupain jauh-jauh nama Zeran, eh malah dunia seakan tak memihak."

"Setidaknya lo baru dicipok aja Sha dan untungnya itu Zeran ganteng, bukan om-om tua bangkotan. Ngeri ga bisa ngebayangin gue," balas Ashel. Mendengar reaksi Ashel, Marsha reflek menggebukkan bantal yang dia pegang pada Ashel.

"Ngeselin lo! Terus gimana dong. Gue males kalau ketemu Zeran lagi nantinya," ungkap Marsha. Bisa-bisa liburannya kali ini tidak tenang.

"Yakin nih ga mau ketemu Zeran?" Lihatlah sekarang, Ashel malah dengan jahilnya menggoda Marsha.

"Y-yakin lah." Dan kenapa Marsha harus gugup sekarang?

"Gampang Sha. Lagian tujuan kalian berdua kan beda. Lo fokus aja sama liburan, sementara dia di sinikan kerja, kemungkinan buat kalian ketemu tuh kecil. Jadi tenang aja," kata Ashel.

"Iya juga sih," pikir Marsha. Di dalam hati Marsha tetap berharap kalau selama liburan jangan sampai dia bertemu dengan Zeran yang menyebalkan itu. Haisss malas sekali. Batin Marsha.














Dah maap buat typo, gw mo bobok duluan.

OBSESITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang