4

678 157 3
                                    

_OBSESI_

Hari berlalu, Marsha kembali pada rutinitas seperti biasanya menjadi seorang model sebuah brand ternama. Namun, pemotretan kali ini masih dipegang oleh Zeran karena Aldo belum juga selesai dengan urusannya. Marsha masih bergaya dengan baik sambil mempamerkan tas yang menjadi brand yang dia bintangi kali ini.

"Selesai. Kita istirahat dulu," kata Zeran, selesai mengambil jepretan terakhir. Waktu pun sudah menunjukkan jam makan siang. Biarlah yang lain bisa beristirahat dan mengisi energi mereka.

Zeran membereskan barang-barangnya sebelum dia tinggal untuk mencari makan siang. Beberapa rekan Zeran mendekat, "Zee lo mau ikut kita ga? Kita mau cari makan di luar."

"Ga mau makan di depan aja?" tanya Zeran, sebab ada tempat makan di depan yang jaraknya lebih dekat, daripada harus jauh-jauh.

"Ah bosen, kita mau cari di tempat lain."

"Oh, ga dulu deh. Gua mau makan di depan aja," tolak Zeran, dia lebih memilih makan yang jaraknya dekat saja. Karena dia terlalu malas untuk pergi jauh.

"Okelah, kita duluan ya," pamit mereka. Zeran mengangguki dan mereka pun pergi meninggalkan Zeran.

Selesai merapikan barangnya, Zeran beranjak pergi untuk mencari makan. Tempat makannya cukup dekat, Zeran hanya harus menyebrangi jalan saja untuk sampai. Kemudian Zeran mulai memesan memilih menu untuk mengisi perutnya siang ini. Sambil menunggu pesananya datang, Zeran menyibukkan diri dengan bermain ponsel. Tempat ini cukup ramai siang ini, jadi tak kaget lagi jika meja sampai penuh ditempati para pengunjung.

"Duh Sha, mejanya penuh." Kebetulan sekali kali ini Ashel dan Marsha mendatangi satu tempat yang sama dengan Zeran. Namun, sialnya mereka berdua tak kebagian meja kosong, karena meja lain sudah diisi oleh orang lain.

"Cari tempat lain aja kalau gitu," jawab Marsha. Mata Ashel menelisik ke sembarang arah, berharap ada meja yang kosong untuk mereka. "Eh ga usah pindah tempat, kita duduk di sana aja." Ashel menarik tangan Marsha menuju meja di pojok ruangan.

"Hai," sapa Ashel pada seseorang yang sudah menempati meja itu.

"Hai Shel," jawab Zeran yang ternyata menempati meja tersebut.

"Kita boleh gabung ga?" tanya Ashel, "Meja yang lain udah penuh, kita udah laper kalau harus cari tempat lain," lanjutnya.

"Oh boleh, duduk aja duduk," jawab Zeran mempersilahkan. Ashel tersenyum dan menoleh pada Marsha menaikkan kedua alisnya seperti tengah memberikan sinyal, kemudian dia duduk. Marsha menghembuskan napas pelan dan dengan malas ikut duduk di kursi kosong samping Ashel.

Ashel mengangkat tangan memanggil pelayan. "Lo mau pesen apa Sha?" tanya Ashel.

"Samain aja sama punya lo," jawab Marsha malas. Dia kali ini merasakan lelaki di depannya itu sedari tadi memperhatikannya sejak dia duduk. Dengan sengaja Marsha mengangkat pandangannya dan menatap tajam pada Zeran sebagai pelaku. "Apa lo liat-liat?!" tanya Marsha terkesan galak.

"Enggak, orang saya punya mata. Ya terserah saya mau liatin ke arah mana aja," jawab Zeran mengelak.

"Sha jangan galak-galak dong ke Zeran," celetuk Ashel memperingati artisnya.

"Lagian dia nyebelin," jawab Marsha.

"Lah perasaan saya diem aja," sahut Zeran.

"Sstt diem deh lo. Jangan sampai ini hp melayang ke arah lo," ancam Marsha.

"Mau dong dilempar hp. Nanti biar saya yangkap terus saya jual," balas Zeran terdebgar menyebalkan. Marsha mendengus kesal pada Zeran yang terus saja membalas perkataanya. Sementara Ashel terkekeh merasa lucu dengan perdebatan keduanya.

"Kalian ini, hati-hati nanti jodoh lo," celetuk Ashel.

"Ha?! Jodoh?!" ucap keduanya yang tak menyangka Ashel akan berkata demikian.

"Amit-amit Shel, gue berjodoh sama dia," ungkap Marsha.

"Dih saya juga amit-amit berjodoh sama kamu. Udahlah galak, jiwa terserahnya ketara banget. Pasti frustasi kalau jadi pacar kamu," balas Zeran.

"Lo kok kayak ngeremehin gue banget sih?!" kata Marsha tak terima.

"Lah siapa yang ngeremehin? Bukannya fakta ya kan Shel?" Zeran meminta jawaban pada Ashel, tapi Marsha lebih dulu menyela, "Enggak, Ashel ada di pihak gue! Lo ga usah sokap deh!"

"Hei, hei, hei! Udah dong jangan debat gini. Ga enak diliat orang. Apalagi lo Sha, jaga sikap lo." untung ada Ashel yang menjadi penengan mereka. Marsha menyandarkan punggungnya pada sandaran dan bersedekap dada sambil menatap kesal pada Zeran.

"Apa lo liat-liat?" tanya Zeran mengikuti gestur seperti Marsha tadi.

"Itu kata-kata gue!" kata Marsha yang menyadari Zeran mengikutinya.

"Ga ada tertera hak cipta kalau kata-kata itu punya kamu," balas Zeran.

"Hissss nyebelin banget jadi cowo!" Marsha merasa geram sekali pada Zeran, apalagi muka menyebalkan itu membuat Marsha ingin sekali mencakar-cakar.

"Hati-hati kalau kamu suka saya. Saya ga akan mau tanggung jawab," celetuk Zeran.

"Dih sudi banget! Ga bakal gue suka sama lo!" balas Marsha.

Ashel? Dia hanya bisa menggelengkan kepala sambil memijit pelan keningnya yang terasa pusing mendengar perdebatan mereka.

















Sabar Shel, manding lo ikut gue aja cari es campur.

Dah maap buat typo.

OBSESITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang