03-Tangan-Tangan Baik

1.9K 222 32
                                    

Suasana ruang keluarga masih ramai meski waktu sudah beranjak malam. Diketuai oleh Aidan, anak-anak sedang membuat rencana untuk mengisi waktu liburan mereka. Para orang tua mengawasi mereka sembari menonton tayangan televisi dan berbincang ringan. Kecuali Zafran dan Kaivan yang sedang berada di tempat lain.

Aidan memimpin diskusi itu dengan sangat bersemangat. Ia memegang sebuah papan tulis yang biasa digunakan Aisha dan Aira untuk belajar. "Masih ada usulan lain nggak? Ayok setor!" ucap Aidan pada keempat saudaranya. Mereka sedang menuliskan daftar tempat liburan yang bisa dikunjungi.

Nizar mendengarkan adik-adiknya dengan sisa-sisa energi yang ia punya. Lelaki itu duduk di atas karpet, punggungnya sudah bersandar lelah pada kaki sofa. Kegiatan hari ini terlalu menguras energinya sebab ia harus bertemu dengan banyak orang. Tapi meski lelah, ia tak ingin melewatkan waktu untuk mengobrol dengan adik-adiknya, membuat rencana-rencana gila yang sekaligus menyenangkan.

Laksa juga menjadi penyimak, tapi sesekali masih ikut berbicara. Ia begitu nyaman tengkurap di atas sofa, memperhatian Aidan, Aisha, dan Aira yang energinya seolah masih 100%. Entahlah jiwa mereka yang terlalu berapi-api, atau ia dan Nizar yang memang cerminan remaja jompo.

"Bang Nizar belum kasih usulan nih, Abang mau usul liburan ke mana?" tanya Aidan seraya menatap abangnya.

Nizar tampak berpikir, kemudian mengacungkan tangan. Kata Aisha, yang akan memberi usulan harus mengangkat tangan lebih dulu. "Abang usul liburan ke Dufan, tiketnya dibayarin Laksa."

"Yee, babi!" Laksa sengaja mengangkat betisnya yang sedang dijadikan sandaran kepala oleh Nizar.

"Heh, Bang Laksa ngomong kasar. Penalty 3 menit, Abang dilarang ngomong!" Aira si pengendali waktu segera memberikan sanksi pada Laksa. Di awal, mereka memang sepakat untuk berdiskusi dengan bahasa yang baik dan tidak boleh bertengkar.

"Usulan diterima. Tulis usulannya Bang Nizar, Sha," pinta Aidan pada Aisha yang kini menjadi sekretarisnya. "Oke, sodara-sodaraku yang kucintai, kita udah punya beberapa usulan. Sekarang kita pilih satu atau dua yang terbaik. Mulai dari yang pertama, liburan ke Jepang. Setuju nggak?"

Nizar segera mengangkat tangan. "Kurang setuju, Dek, itu bakal boros banget."

"Ihh, tapi seru loh, Bang." Aisha menyela, berusaha mempertahankan usulannya. "Kita bisa ke Disneyland Tokyo."

Laksa mengode pada Aira, bertanya apakah ia sudah boleh bicara. Tapi persetan dengan itu, ia tetap saja buka mulut. "Nggak setuju juga, banyak yang harus diurus. Kita libur cuma dua minggu, Dek, lain kali aja ke Disneyland. Kalian juga mau masuk SMP, banyak yang harus disiapin. Dapet capeknya doang ntar."

Aidan memberi jempol pada kedua abangnya. "Oke, aku juga kurang setuju. Btw, kita nggak usah nanya pendapat para bapak-bapak yang entah di mana. Mereka pasti setuju. Karena udah tiga no, Aisha coret nomor 1," ucap Aidan, dituruti oleh Aisha meski gadis itu sedikit tak rela. "Yuk lanjut pilihan ke dua, piknik di pantai. Setuju nggak nih?"

"Setujuuu." Aira dan Aisha dengan semangat menyetujuinya. Begitu pula dengan Nizar dan Laksa. Melihat itu, Aidan pun memilih opsi tersebut sebagai salah satu rencana yang akan mereka lakukan.

Voting kembali berlanjut dan selama itu, Nizar sudah menguap berkali-kali. Adu argumen di antara adik-adiknya bagaikan tontonan pengantar tidur.

Melihat Nizar yang mengantuk, Laksa mengubah posisi menjadi duduk. Ia lantas menepuk pundak Nizar. "Mau gantian tiduran nggak?"

"Boleh?" Begitu mendapat anggukan dari Laksa, Nizar naik ke sofa dan langsung merebahkan tubuh di sana. Punggungnya terasa lega begitu bersinggungan dengan empuknya sofa. "Yuk dilanjut, Dek, udah pada ngantuk kan?"

Selaksa Kasih✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang