Daffin membuka matanya. Ruangan nuansa modern minimalis persis seperti kamar inap nya.
Ia sudah tidak memakai masker oksigen. Tetapi hanya selang nebula dihidungnya.
Daffin merasakan tangan nya tercengkram kuat. Ia menengok ke arah tangannya kanan nya. Teryata, Rafan yang tertidur lelap di sampingnya sambil menggenggam tangan Daffin kuat.
Rafan terlihat tidur dengan tidak tenang. Keringat mengucur dari pelipis Rafan. Dahinya berkerut.
Daffin mencoba untuk duduk. Tapi badannya terasa sangat sakit untuk bergerak sedikit pun. Ia menggunakan tangan satunya untuk meraba dadanya.
Perban panjang dan besar terbalut rapi di dadanya. Ah, ternyata ia baru saja selesai operasi lagi. Tapi, Daffin tak tahu operasi apa kali ini.
"Ennggg.. Daf..fin.. " Gumam Rafan gelisah dalam tidurnya.
Daffin kini balik menengok kepada Rafan.
"Kak... " Panggil Daffin mencoba membangunkan Rafan yang sepertinya sedang mimpi buruk.
Tapi Rafan makin gelisah dalam tidurnya.
Pintu kamar Daffin terbuka, Rafin masuk dan mendekat cepat.
"Daffin udah bangun? Kakak panggil dokter dulu"
"Kak.. Kak Rafan.. " Tahan Daffin menghentikan Rafin.
Rafin melihat Rafan gelisah dalam tidur di sebelah Daffin mengenggam tangan Daffin kuat.
Rafin mendekat dan memegang pundak Rafan pelan.
"Rafan... Rafann.. "
"DAFFIN!!" teriak Rafan yang terbangun kaget.
Rafan menatap mata Rafin nanar.
"Fin.. " Suara Rafan bergetar memegang Rafin kuat.
"Kak.. " Panggil Daffin pelan.
Rafan membeku. Ia menatap Rafin kaget dan bingung. Rafan duduk membelakangi Daffin.
"Daffin udah sadar, Fan.. " Ucap lembut Rafin.
Rafan berbalik cepat.
Mata mereka bertemu. Daffin menatap mata kakak nya yang sudah berair itu dalam. Dan tersenyum.
"Lo mimpi buruk.. kak?" Ucap Daffin masih lemas.
Rafan tak bisa lagi membendung air matanya yang terlanjur jatuh. Ia langsung memeluk Daffin.
Daffin mengenyirtkan dahi menahan sakit karena pelukan Rafan yang tiba tiba.
"Rafan, pelan pelan. Daffin abis operasi" Rafin mengingatkan.
Rafan tersadar dan segera melepaskan pelukannya.
"Kakak panggil dokter dulu" Ucap Rafin lalu keluar lagi.
"Makasih Daffin.. Makasih... " Ucap Rafan tertunduk ke tangan Daffin.
Daffin tau, Rafan sedang mencoba menyembunyikan isaknya.
"Kakak mimpi apa?"
Rafan menggeleng kencang. Ia menolak mengingat hal buruk di mimpinya itu. Ia tidak mau menceritakan nya.
"Daffin pergi ya?" Lirih Daffin bergetar.
Rafan mengangkat kepalanya. Menatap Daffin lekat.
"Nggak! Kakak tau, lo ga akan tinggalin kakak! Ya kan?" Paksa Rafan dengan mata panik nya.
Daffin tersenyum dan mengangguk.
Rafan memegang wajah Daffin dengan kedua tangannya.
"Janji sama kakak. Setelah ini, Daffin bakal terus sehat, kuat. Kakak janji, kakak bakal ajak Daffin kemana aja. Main apa aja juga boleh. Semuanya boleh. Tapi jangan sakit lagi... "
KAMU SEDANG MEMBACA
Seperti Keluarga
Random-- ____________________________ Daffin sudah diadopsi 17 kali dan selalu dikembalikan ke Panti tidak sampai setahun setelah diadopsi. Kali ini ia diadopsi yang ke 18 kali dengan menutupi sakitnya, ia berharap ia tidak lagi di kembalikan. Karena ia...