Dua Puluh Satu

3.5K 309 10
                                    

Liana adalah nama asli perempuan yang melahirkan Daffin. Entah apa alasan nya meninggalkan Daffin yang masih bayi dengan paru paru yang belum sempurna itu.

Tidak ada yang tau kemana dan apa yanh dilakukan Liana setelah itu. Ia seperti hilang begitu saja.

10 tahun lalu, Gilang akhirnya menemukan petunjuk dimana perempuan itu. Tapi, tidak lama. Gilang kembali kehilangan perempuan itu.

Sampai 3 tahun lalu. Ternyata Liana masuk rumah sakit jiwa milik pemerintah. Sepertinya ia sudah lama hidup tak terarah dijalanan.

Awalnya, Gilang tidak ingin bertemu dengan perempuan itu. Tapi kemarin setelah melihat kondisi Daffin. Daffin butuh donor paru paru segera, sebelum Daffin drop kembali.

Karena tidak ada pilihan lain. Mungkin perempuan itu setidaknya dapat membalas semua kesalahannya dengan bersedia mendonorkan organ nya.

Gilang berjalan menyusuri rumah sakit jiwa itu.

Ia menghampiri adik perempuannya yang sudah menunggunya di lobbi.

"Gimana mas? Dia bisa diajak ngobrol? Kata perawat disini, sejak dia masuk sini, dia ga pernah ngomong apa apa kecuali butuh"

"Mas udah taro surat persetujuan donor. Walaupun dia ga jawab. Dia pasti masih mengingat anaknya. Mata nya berubah pas mas sebut nama Daffin."

"Dengan dia ganti nama jadi Dafina, itu berarti dia masih mikirin anaknya. Kan dia yang kasih nama anaknya jadi Daffin" Balas adik Gilang

Gilang mengangguk. Masih ingat jelas bahagianya Deandreas waktu anaknya itu lahir. Hingga semua baju bayi yang dibelinya ia bordir dengan nama Daffin.

Mungkin karena itulah ibu panti tetap memberi nama Daffin, karena Daffin bayi ketika itu menggunakan baju bernama Daffin ketika ditemukan.

Tapi siapa yang akan mengira kalau Daffin akan ditinggalkan begitu saja. Selama ini keluarga Deandreas mencari Liana kemana mana. Karena mereka berpikir bayi nya terus bersama Liana. Ternyata tidak.

★★★★★★★

"Daffin mana?" Tanya Rafan yang baru saja masuk ruangan Daffin.

"Keluar sama Dio"

"Dio lagi. Dio lagi. Dah lupa kali Daffin ma gue" Ketus Rafan.

Rafin melanjutkan memejamkan matanya.

"Lo kenapa?" Tanya Rafan lagi.

"Ngantuk"

Rafan mendekat tak yakin.

"Lo sakit?"

"Ngantuuk Rafaaan" Gerutu Rafin membalikkan badannya memunggungi Rafan.

Rafan menarik Rafin kuat hingga membuat Rafin duduk.

"Astaga Rafaan! Kesel banget gue. Nih pegang nih. Kagak sakitt!!"

Rafan memegang dahi Rafin. Dan benar Rafin tidak demam. Rafan bernafas lega.

"Kalo gaenak badan bilang lo! " Ketus Rafan.

"Iya bapak dokter galak!"

"Daffin sama si kepiting kemana?"

"Pameran buku kesukaan Daffin" Jawab Rafin mengantuk

"Hah?! Daffin baru operasi belum seminggu. Gabisa rame rame begituu!!"

"Dokternya ngebolehin. Katanya asalkan ga cape cape. Dan ga terlalu lama di kerumunan. Lo tau sendiri, Daffin suka banget acara begituan."

"Dimana tempatnya? Gue susul!"

Seperti KeluargaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang