Dua Puluh Delapan

4.2K 378 47
                                    

Dio mengetuk pintu apartemen didepan nya dengan keras dan berkali kali.

Membuat sang empu pemilik kamar apartemen itu keluar dengan marah.

Pintu apartemen terbuka dan memperlihatkan Reza yang berantakan memakai pakaian sederhana dirumah.

Ujung bibir Reza terlihat jelas ada memar.

Dio mendorong Reza masuk dan memukulnya dengan cepat. Lagi dan lagi tanpa memberikan Reza jeda.

Hingga Reza tak berkutik dan terbaring meringis sakit.

"Gue ngalah selama ini biar lo puas lampiasin marah lo ke gue. Tapi sekarang gue sadar, lo bukan lagi lampiasin marah lo. Tapi lo emang ga pernah suka gue dari dulu."

"Cih" Reza meludahkan darah yang ada dimulutnya.

Tatapannya tajam.

"Dan lo salah nyari masalah sama Daffin kemaren. Urusan lo sama gue. Bukan ANAK BUNGSU KELURGA GILANGTARA" senyum dingin Dio setelah ucapan tajam nya.

Dio berbalik dan beranjak keluar dari apartemen Reza.

Prangg

Gelas pecah tepat di belakang kepala Dio. Dio merasakan cairan hangat mengalir ke lehernya.

Dio berbalik menatap tajam Reza.

Mendorongnya keras ke tembok dan memukulnya kembali hingga tersungkur.

"Mulai sekarang. Lo, orang asing bagi gue. Dan gue ga akan lagi peduli sama lo"

Dio pun keluar dari apartemen Reza, melajukan mobil nya ke rumah sakit. Untuk mengobati lukanya.

★★★★★★★

Rafin mendapat kiriman cctv pagi ini dari Dio. Cctv diparkiran yang memperlihatkan Reza menyerang Daffin tiba tiba.

Rafan mengepalkan tangan nya kuat. Rafan sudah tau pasti ada yang tidak beres dengan luka Daffin. Walaupun Daffin hanya menceritakan kepala kantor tiba tiba menyerangnya. Daffin tidak menceritakan penyebab nya.

Setelah tau ada hubungannya dengan Dio. Rafan menjadi naik darah dan beranjak dengan marah.

"Mau kemana Fan?"

"Kasih pelajaran ke sahabat lo tersayang itu!"

"Kalo Daffin tau, dia bakal marah sama lo"

Rafan menghela nafas kasar.

"Lagian, Dio juga korban" Ucap Rafin.

Rafan tak mendengar kan Rafin dan berjalan ke arah kamar Daffin.

Hari ini, Daffin tidak diperbolehkan ke kantor sama Gilang. Dan Gilang dengan cepat menyuruh bawahannya memproses pemecatan Reza.

Daffin sedang bermain poselnya di kasur.

Rafan mendekat.

"Maaf ya kakak ga angkat telpon lo. Kemaren gue ada operasi"

Daffin mengangguk mengerti.

Ponsel nya bergetar tanda telepon masuk.

Melihat nama Dio di layar, Daffin langsung mengangkat nya.

"Bang! Lo dimana?"

Tak lama kemudian Daffin menutup telepon nya. Lalu beranjak pergi. Tapi ditahan oleh Rafan.

"Lo lupa ada gue disini?"

"Kak, gue ke RS dulu. Bang Dio--"

"Dio aja terus! Gara gara dia lo dipukulin kemaren!" Potong Rafan.

Seperti KeluargaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang