Dua Puluh Tujuh

2.6K 296 18
                                    

Jam menunjukan sudah pukul 7 malam. Pekerjaan mendadak Daffin pun akhirnya selesai.

Jam 5 sore tadi, ketika semua nya sedang siap siap pulang. Tiba tiba malah ada email masuk untuk memperbaiki rancangan produk segera karena akan dikirim.

Akhirnya Daffin harus kembali menyalakan pc nya dan melakukan kerjaannya hingga sekarang.

Daffin merapihkan barangnya di meja, dan siap siap untuk pulang.

Ia berdiri dan melihat keruangan Dio yang masih menyala. Kaca ruangan Dio pun masih menampakkan sosok Dio yang fokus pada pekerjaannya.

Sudah pasti pekerjaan Dio bertambah, karena beberapa berkas penting nya ketumpahan kopi tadi siang.

Daffin berjalan mendekat dan mengetuk ruangan Dio.

"Bang, gue pulang duluan" Ucap Daffin.

Dio hanya melirik dan mengangguk.

Daffin pun pergi keluar ruangan dan masuk ke lift. Turun ke parkiran.

Daffin diam karena sekarang ia merasa perutnya tidak nyaman.

Ia meremas perutnya yang semakin tidak nyaman.

"Apa gara gara minum kopi ya?" Gumam Daffin pelan.

Pintu lift terbuka tepat di parkiran.

Ia pun segera ke mobilnya. Tapi perutnya semakin sakit dan perih.

Daffin mengernyitkan dahi menahan sakit. Tanganya dengan cepat bertempu pada pintu mobil nya. Sedangkan tangan satunya membuka pintu mobil.

BUGG!!

Pukulan keras tepat mengenai wajah Daffin hingga membuatnya tersungkur ke lantai.

Daffin bangkit dan melihat wajah Reza yang kini menatapnya tajam dan penuh emosi.

Daffin bukan orang yang akan menerima pukulan begitu saja.

Ia dengan cepat membalas pukulan Reza dan balik meninjunya.

"Ternyata, lo lebih dari berani!!" Marah Reza lalu menendang perut Daffin hingga Daffin terdorong keras ke mobilnya.

Daffin meringis tapi dengan cepat ia kembali bangkit dan menghindar dari amukan Reza.

"Kenapa bisa orang kaya lo jadi kepala kantor ya, gue heran!" Ketus Daffin.

Reza mencengkram kerah Daffin kuat.

"Sekali lagi lo ikut campur urusan gue sama Dio. Lo target gue selanjutnya!" Ancam Reza.

Daffin terkekeh.

"Orang yang takut gelap kaya lo bisa ngancem juga?!" Sarkas Daffin.

Reza yang tersulut emosi, menarik Daffin dan mendorongnya kencang ke lantai. Punggung Daffin tepat mengenai trotoar parkiran keras.

Daffin meringis dan tak bisa bangkit.

Reza mendekat dan berjongkok.

"Inget, gue kepala kantor. Lo bisa gue pecat kapanpun!" Ancam nya lalu pergi meninggalkan Daffin yang meringkuk di lantai sebelah mobilnya sendiri.

Daffin terkekeh geli mengingat ucapan Reza tadi.

Rasanya ia ingin mengatakan. 'Gue anak yang punya, gimana dong?'

Tapi rasa sakit dipunggung nya membuatnya tak bisa berkutik. Apalagi perih di perutnya belum hilang.

Daffin berusaha bangkit dengan susah payah. Ia bertumpu dengan pintu mobil dan berdiri sekuat tenaga. Lalu masuk ke dalam mobilnya.

Seperti KeluargaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang