Dua Puluh Lima

3.5K 320 5
                                    

Daffin duduk di kursi taman rooftop kantornya. Ia menikmati angin yang berhembus bebas tanpa rasa sakit atau perih.

Daffin meraba dadanya. Walau hanya dari luar kemeja. Garis panjang terasa begitu jelas ketika ia raba.

Daffin menghela nafas panjang. Ia mengingat kembali mimpinya ketika ia sedang operasi panjang terakhir bulan lalu. Daffin melihat semua anggota keluarga Gilangtara menangis dan sangat terpukul mendengar kematian Daffin.

Daffin berpikir, bagaimana jika hari itu Daffin benar benar pergi. Apakah keluarga Gilang akan terus berlarut dalam sedih atau sudah mulai bangkit.

Daffin melihat hp nya yang terus bergetar.

"Iya bang, gue balik nih" Balas Daffin setelah mendengar Reno menyuruhnya balik ke ruangan karena akan menyambut kepala kantor baru.

Daffin masuk ke dalam lift untuk turun ke lantai 3 tempat ruang aula pertemuan seluruh pegawai.

Rooftop berada di lantai 10. Lantai 2 sampai 6 adalah ruangan masing masing seksi. Ruangan Daffin di Lantai 5. Dan ruangan kepala kantor berada di lantai 7. Lantai 8 adalah ruang direktur utama dan dewan direksi. Sedangkan lantai 9 adalah aula makan.

Lift berhenti di lantai 8. Pintu pun mulai terbuka.

Seorang pria berusia 28 tahun, berparas menawan, rapi dan tulang rahang yang tegas itu terlihat jelas. Setelan jas dari designer terkenal pun mudah dikenali.

Pria itu masuk ke dalam lift dan memencet tombol 3.

'Gue ga pernah liat. Kayaknya dia kepala kantor baru. Ckck. Kak Adrian suka banget rekrut kepala kantor masih muda'

BRAAAKK!!

Tiba tiba lift terguncang keras.

Daffin yang sedang melamun memperhatikan orang di depannya pun terpental ke pojok lift.

Sedangkan lelaki itu berdiri kokong berpegang pada besi penyangga didalam lift.

"Duh.. Pake rusak segala nih lift pas gue naikin!" Gerutu pelan Daffin.

Lelaki itu menengok sedikit ke arah Daffin.

Walaupun suara Daffin sudah pelan, tapi karena hanya mereka berdua di lift. Sudah jelas gerutuan Daffin terdengar jelas oleh nya.

Menyadari itu, Daffin segera merapatkan kedua bibirnya karena malu. Apalagi kalau benar dia adalah kepala kantor baru.

Lelaki itu memencet tombol darurat di dalam lift.

"Selamat siang, kami dari pusat bantuan. Ada yang bisa kami bantu?"

Daffin segera mendekat ke depan lift dan sumber suara.

"Lift nya tiba tiba berhenti. Tolong di cek ya" Ucap Daffin cepat. Tak sadar dia sudah mendorong laki laki tinggi itu mundur ke belakang.

"Baik. Mohon ditunggu"

"Iya iya. Cepet ya!!" Ucap Daffin.

"Ekhem!" Lelaki itu berdeham karena tak nyaman melihat sikap Daffin.

Daffin tersentak. Dia baru sadar ada orang itu.

"Maaf pak" Ucap Daffin sopan lalu mundur ke belakang.

Beberapa saat kemudian, suara teknisi mesin datang berteriak tentang keadaan didalam lift. Daffin segera berteriak membalas kalau semua baik baik saja. Para teknisi pun segera mencari sumber masalah nya dan memperbaikinya.

Tapi seketika lampu lift mati.

"Pak!! Listriknya mati!!" Teriak Daffin memberi tahu para teknisi lift diluar.

Seperti KeluargaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang