Ekspedisi (2)

6 0 0
                                    

Di lorong yang gelap tanpa cahaya sedikitpun, Dika berjalan menggunakan senter yang ditempelkan di bajunya agar bisa melihat sekelilingnya, ia berjalan dengan memegang kapak yang dibawanya, keadaan yang lembab dan dingin membuat Dika sedikit menggigil meskipun ia mengenakan pakaian tertutup, tapi masih bisa merasakan hawa dingin yang masuk ke tubuhnya.

Ia berjalan, terus memantau kondisi di setiap lorong, kini ia berada di sebuah tempat pakaian, di sana sangat kacau, barang-barang tergeletak begitu saja di lantai, entah itu pakaian, celana atupun sepatu.

Dika melihat sebuah pakaian yang cocok untuk ukuran tubuhnya, sebuah kaos hitam dengan motif bergambar sebuah naga, ia mengambilnya dan memasukkannya ke dalam tas ransel, tak lupa juga dengan celana panjang jeans, ia mengambil beberapa sebagian untuk teman-temannya.

Setelah selesai, ia melanjutkan perjalanan. Dika memeriksa di setiap lorong, tempat tersebut sangat luas di setiap ia berjalan, terdapat puluhan ruko. Namun, sebagian dari ruko tersebut sudah mengalami kerusakan parah, seperti kaca etalase yang pecah, barang-barang di dalamnya berantakan tak terurus, dan seperti biasa terdapat bercak-bercak merah yang sudah pasti sebuah darah.

Dika tampak serius melihat sekeliling, dari sepuluh langkah mulailah terlihat sebuah potongan tubuh seperti tangan dan kaki, cairan yang menyebar disekitarnya mengeluarkan bau busuk, untungnya Dika menggunakan masker anti gas beracun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dika tampak serius melihat sekeliling, dari sepuluh langkah mulailah terlihat sebuah potongan tubuh seperti tangan dan kaki, cairan yang menyebar disekitarnya mengeluarkan bau busuk, untungnya Dika menggunakan masker anti gas beracun.

Ekspresi wajahnya tampak sudah tidak tahan lagi melihat setidaknya empat sampai tujuh potongan tubuh yang tergeletak di sepanjang jalan, ia terus melanjutkan langkahnya tanpa mempedulikan sekitar.

Langkah demi langkah ia tempuh, masih belum menemukan barang yang diperlukannya, sudah sekitar dua puluh lima menit ia mencari, akhirnya ia duduk sebentar disekitar area elevator yang sudah tidak berjalan lagi, kakinya pegal dan mulai meregangkan otot-otot di tubuhnya.

"Tumben banget gak ada makhluk hidup itu"

Dika menghela nafas panjang, berdiam beberapa saat, ia mengambil ponselnya, membuka nomor ibunya dan memulai panggilan, suara dering terus terdengar di telinganya, tak ada pun panggilan terjawab, Dika mengulang secara terus menerus menelpon ibunya, yang terdengar hanya deringan.

Ia mulai putus asa, tubuhnya meringkuk sambil memejamkan matanya, berfikir sejenak dengan keadaan. Hanya kesunyian yang ia rasakan, tempat yang gelap tanpa cahaya membuat dadanya sesak.

Waktu terus berjalan, tetapi Dika masih belum berniat untuk melanjutkan perjalanannya, terdengar suara dari arah saku celananya.

Ternyata suara itu berasal dari walkie-talkie, ia menekan tombol di pinggir dan mulai berbicara.

"Halo?" Terdengar suara

"Hei Dik, kamu udah cari barangnya kan?, Kalau udah nanti ketemu di sebuah air pancuran dekat tengah-tengah lantai tiga"

"Iya nanti ke sana, cuma masih belum nyari barangnya, susah banget, secepatnya deh"

"Oke, hati-hati"

Panggilan berakhir, yang ditelepon ternyata Gilang, nampaknya waktu sudah berjalan lama. Pukul setengah dua siang terlihat di jam analog yang dipakai Dika, ia mulai terbangun dari duduknya dan berjalan kembali menelusuri lorong mall.

**********

Lima menit berlalu, suasana mall semakin mencekam, daerah lorong dilewati oleh Dika tidak dapat masuk oleh sedikitpun cahaya matahari, karena posisinya berada di dekat area aula kosong, di sana sangat gelap, bahkan lebih tidak dapat terlihat oleh mata, ia mulai menyalakan kembali senternya dan terus bergerak.

"Kuharap mayat itu tidak menampakkan dirinya" pikirnya.

Dua menit ia berada ditempat itu, Dika masih belum menemukan barang yang ia inginkan. Karena sudah pusing mencari dan terus mencari, ia berputar arah menuju ke tempat yang Gilang katakan.

Namun, karena tempat tersebut sangat gelap, Dika tidak menyadari, sebuah sosok besar tak sengaja ia tabrak. Makhluk itu mulai menyadari dan membalikkan badan.

Betapa terkejutnya Dika, melihat makhluk itu memiliki tubuh yang sangat besar, terdapat puluhan benjolan yang menutupi tubuhnya, dan paling tercengang bagian bawah tubuhnya berupa perut, terlihat sedikit bercahaya, seperti terdapat berupa cairan yang ada didalam tubuh makhluk itu.

Dika mulai berjalan mundur dengan tubuh sedikit kejang, mukanya mulai pucat dan matanya sedikit melotot. Ia mengambil kapaknya dan memegangnya secara erat, makhluk itu mulai terdistraksi, dengan sekejap makhluk itu memuntahkan berupa cairan terang ke arah Dika, dengan instingnya ia dapat menghindari cairan itu, kemudian lari sekuat tenaga, menjauh dari makhluk itu.

Nafasnya memburu hebat, Dika berlari tanpa melihat ke belakang. Namun sialnya, suara hentakan larinya membuat semua mayat hidup yang berada di sana menampakkan dirinya.

"Ah anjir, kenapa mereka muncul" kesal Dika

Dika melihat satu mayat menghampiri dia, Dika mengacungkan kapaknya dan mengenai kepala mayat itu dan kemudian jatuh tersungkur, ia melihat lagi dua mayat, dan kali ini ia melempar berupa pisau kecil dan mengenai mata salah satu mayat itu. Ia melambungkan kapak dan menebas kepala mayat itu hingga lepas dari tubuhnya, darahnya muncrat ke arah Dika, ia tidak mempedulikannya dan kembali menebas satu mayat hidup itu lagi ke arah kepalanya.

Ia lari lagi meninggalkan tempat itu, saat Dika melihat ke arah belakang, makhluk besar itu berlari ke arahnya,  dengan tubuhnya menabrak puluhan mayat yang tubuhnya kecil, sangat jelas makhluk besar itu sangat kuat, bahkan mayat hidup yang tubuhnya kecil pun dapat ia lawan.

Karena Dika terlalu fokus ke arah makhluk itu, ia terpeleset mengenai sebuah potongan kulit di depannya, ia tersungkur dan membuat kakinya terkilir. Ia kesakitan dan mencoba bergerak, namun sia-sia kakinya tidak dapat menahan tubuhnya. Ia berjalan mundur dengan keadaan duduk.

"Arghh...bangsat inikah akhir hidup"

Makhluk besar itu mulai mendekat dan semakin mendekat ke arahnya, Dika tampak mulai menyerah untuk bergerak lagi dan hanya pasrah. Ia mulai memejamkan matanya, dan...

Bersambung.......



World Z ( On Going )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang