Dika pasrah dengan keadaannya yang buruk, mungkinkah ini akhir hidupnya, ia memejamkan matanya.
Dan tak disangka, seseorang memegang bahunya, Dika membuka matanya dan melihat seseorang itu, Rendi? Tidak mungkin, bagaimana ia bisa tau posisi Dika, padahal mereka berada di tempat yang berbeda dan jauh.
"Cepat bangun, mau dimakan kah sama monster itu?!" desak Rendi sambil menggotong Dika.
Mereka berdua bangkit dan segera berlari, Rendi memegang erat tubuh Dika agar seimbang, langkah makhluk besar di belakang kian mendekat. Lorong mall tersebut mulai nampak terlihat oleh lampu. Mereka berdua mulai ngos-ngosan, tak ada cara lain, Rendi meminta Dika memberikan kapaknya. Dika memberikan dan langkah mereka terhenti.
"Rasakan ini monster sialan!"
Rendi melempar kapaknya dengan kekuatan penuh, kapak terlempar sangat kencang dan menancap ke kepala makhluk besar itu membuatnya meraung keras.
"Bagus, itu dapat membantu kita untuk melarikan diri dengan sementara" deru Rendi
Mereka berdua kembali berlari meninggalkan makhluk besar itu, kini mereka sampai ke tempat berupa restoran China, mereka masuk kedalam dan bersembunyi dibawah meja kasir.
Rendi mengambil walkie-talkie dari saku bajunya.
"Tolong, kami butuh bantuan ada yang terluka, ganti" desak Rendi.
"Apa yang terjadi di sana Rendi?" ucap seseorang
"Dika terluka, kakinya terkilir, ada makhluk besar yang mengejar kami, ia sangat ganas dan kuat!"
"Di mana posisi kalian?"
"Di lantai sepuluh"
"Itu sangat jauh, usahakan kalian turun ke lantai delapan, ada pasukan Paman Rudi yang sedang berkeliling di sana"
"Baik, tolong beritahu mereka" panggilan berakhir.
Rendi dan Dika masih bersembunyi di tempat. Rendi mengecek keadaan di balik celah-celah meja, tak ada seorangpun. Tapi, itu dia, makhluk besar sedang berjalan. Tampaknya ia sedang mencari sesuatu, makhluk itu mulai meninggalkan tempat restoran dan menghilang.
Rendi bergegas menggotong kembali Dika, berusaha untuk bergerak lagi, keringat mulai membasahi tubuh mereka, Dika tampak mulai lemas karena ia harus memikul tas yang cukup besar, tetapi ia masih memaksakan tubuhnya, Rendi dengan sekuat tenaga, berlari hingga akhirnya bertemu dengan sebuah pintu darurat menuju ke lantai bawah.
Mereka masuk ke dalam, segera menuruni tangga dengan hati-hati. Hawa panas menimpa mereka berdua, keringat semakin membanjiri pakainya yang dikenakannya. Satu persatu anak tangga mereka pijak hingga sampai ke lantai sembilan dan bergerak lagi hingga menuju lantai delapan.
Mereka segera keluar, melihat sekitar dan mencari pasukan Paman Rudi, mereka berada di tempat elektronik rumah tangga, sangat besar dan luas sekali, terdapat kulkas, televisi, mesin cuci dan sebagian alat elektronik lainnya.
Mereka berhenti sejenak di sebelah kulkas dua pintu berwarna hitam. Dika menyenderkan tubuhnya ke pintu kulkas, Rendi yang duduk sambil merenggangkan kedua kakinya agar tidak keram.
"Itu gila banget, hampir aja kena muntahannya" lega Dika
"Lagian kamu mau kemana sih, sampai jauh gitu, untung aja pas aku mau ke lantai bawah, liat kamu lagi ngejar sama makhluk itu. Kalo gak, kamu udah jadi bagian mereka tuh" ledek Rendi
"Sebenarnya aku lagi nyari barang, gak terlalu penting amat sih" ucap Dika sembari memijat kakinya.
"Barang apaan?" penasaran Rendi
"Rahasia" sambil tersenyum meledek Dika
Rendi hanya bisa membalas senyuman sahabatnya, Dika merupakan salah satu sahabat Rendi selain Gilang dan Jefri, namun Rendi lebih dekat dengan Dika karena di manapun ia berada pasti selalu bersama sampai kapanpun, Rendi menganggap Dika sudah seperti saudaranya.
Pernah sesekali Dika membantu saat Rendi mengalami kesulitan, hati tulus yang dimilikinya membuat ikatan persahabatan mereka kuat. Mau senang ataupun susah mereka lalui bersama, meski tidak tau bagaimana nasib mereka berdua selanjutnya, yang harus bertahan di saat dunia sedang hancur akibat wabah yang mematikan, itu tidak membuat menggoyangkan persahabatan mereka.
"Omong-omong, kamu udah hubungi orang tua mu?" tanya Rendi.
"Udah, cuma gak ada jawaban, kalaupun mereka udah gak ada, aku udah rela kok" pasrah Dika
"Kenapa harus gitu?"
"Ya, kau tau kan aku jarang banget ngobrol sama mereka, berinteraksi dengannya pun kayaknya udah lama banget, ya gitu deh kalo punya family issue" Dika terdiam sejenak.
"Aku tau kok rasanya, gak ada peran orang tua tuh rasanya hampa dan hilang arah rasanya" tubuh Rendi ikut menyenderkan ke belakang kulkas di sebelah Dika. "Sama seperti orang tuaku, semenjak ibu pisah sama bapak, rasanya terpukul, apalagi ibu harus merawat Abang, aku dan Abel. Hingga pada akhirnya saat ibu menelepon beberapa hari lalu, suaranya seperti menahan sakit yang hebat, padahal sebelumnya dia baik-baik saja tidak memiliki penyakit apapun, dan aku yakin semuanya berawal dari wabah ini" lanjutnya.
Rendi menahan air matanya dengan pakaian, rasa sedih kehilangan seseorang di hidupnya, membuat ia merasa frustasi, Dika yang di sebelahnya menepuk punggungnya dan memberikan sebuah semangat.
"Ibumu pasti bangga, gak seperti ibuku yang dingin" ucap Dika sambil tersenyum meledek.
"Udahlah, seenggaknya ibumu masih ada, jangan bikin konflik diantara kamu sama keluargamu, itu yang bisa bikin down. Udah ah, malah saling curhat njir" Rendi tertawa.
"Biar gak terlalu tegang" Dika ikut tertawa.
*********
Pukul 15.23
Rendi dan Dika berjalan di lorong yang remang-remang, hawa panas kembali menyelimuti tubuh mereka, rasa lelah tubuh yang seharian karena berlari membuat tubuh merasa sakit.
Jauh dari sepuluh meter mereka melihat seseorang yang berjalan di depan, berpikir itu adalah pasukan Paman Rudi, mereka mempercepat langkahnya.
Tapi sebentar, ini sangat aneh, saat Rendi dan Dika mendekati orang itu, gerakannya aneh, kaku dan meraung. Semakin yakin, itu bukan manusia melainkan mayat hidup, mereka segera menjauh ketempat lain.
Mereka terus berjalan tanpa henti, berharap ada seseorang yang membantu mereka, namun selalu saja ada halangan.
Heiiiii..........
Terdengar suara teriakan terdengar, Rendi dan Dika menghampiri suara itu, syukurlah ternyata suara itu berasal dari pasukan Paman Rudi, mereka ada di seberang lantai utama, segera Rendi dan Dika berlari menghampiri, Namun.
"Awas.......!!!"
Crangg...!!!!!!!
Bersambung...........
KAMU SEDANG MEMBACA
World Z ( On Going )
HorrorRabies bermutasi?, terdengar seperti mimpi buruk. Tapi ini nyata. Media dihebohkan oleh adanya virus yang mematikan yang berasal dari air liur hewan, siapapun yang terkena virus ini akan berubah menjadi makhluk agresif. Dan yang paling menyeramkan v...