Kejaran

29 1 0
                                    

Rendi langsung lari secepat mungkin. Langkah para anjing semakin cepat, mau tak mau Rendi harus melawannya lagi. Kali ini ia menggunakan kapak, dan langsung mengayunkan kapaknya ke arah anjing itu . Kapaknya berhasil mengenai kepalanya hingga putus.

"Rasakan itu!" teriak Rendi

Namun, masih banyak segerombolan anjing mengejar Rendi, sekitar dua ekor mengejarnya.

Dika yang lari paling depan dari teman-temannya melihat ke arah belakang. Ia melihat Rendi yang sedang kesulitan, ia memelankan larinya dan langsung membantu Rendi.

"Gilang....mau ngapain kamu!" Teriak Jefri

"Aku mau bantu Rendi, kalian lari terus jangan berhenti"

Jefri dan teman-temannya terus berlari. Jarak dari Perumahan menuju Balai Kota sekitar 1 Km, butuh 17 menit agar sampai ke Balai Kota.

Gilang mengambil senjatanya, yaitu linggis dan langsung menikam ke arah anjing itu hingga ia meraung kesakitan.

"Ren....ayo cepat" Gilang dan Rendi terus berlari.

Tiba-tiba, handphone Rendi berdering dan ia langsung mengambil handphonenya di saku jaketnya, ia melihat nama yang meneleponnya. Ternyata, Bang Rama menelepon. Rendi langsung mengangkat teleponnya.

"Ren...., Abang bakal jemput kamu"

"Jangan ke perumahan bang, di sana sudah dipenuhi mayat hidup. Rendi sama teman-teman sedang menuju ke Balai Kota, Abang langsung aja ke Balai Kota" teriak Rendi

"Yaudah....Abang langsung ke sana, 20 menit lagi Abang akan sampai"

Rendi langsung menutup teleponnya. Ia terus berlari meskipun napasnya sudah mulai sesak.

"Lang.... kamu bisa pakai pistol!" teriak Rendi

"Aku belum pernah megang pistol" jawab Dika

"Kamu pegang senjata hand gunnya, terus arahkan ke para anjing" perintah Rendi

Rendi memberikan hand gunnya kepada Gilang. Dan ia langsung mencoba menembak. Ia memfokuskan arahnya agar dapat mengenai para anjing yang terus berlari mengejar mereka.

"Tembak!" teriak Rendi

Satu peluru mengenai kepala anjing hingga meledak, ia berhasil menembak meskipun Gilang belum pernah menembak seumur hidupnya. Tapi, belum selesai. Tinggal satu anjing lagi mengejarnya, ia langsung menembak dan ternyata tidak mengenai sasaran. Dika terus menerus menembak dan akhirnya mengenai kepala anjing itu hingga tersungkur.

Gilang dan Rendi langsung memelankan larinya dan mengatur napasnya sejenak. Mereka langsung melanjutkan perjalanan dengan berjalan.

Gilang yang terus berlari melihat ke arah belakang.

"Sepertinya para anjing itu sudah tidak ada"

Jefri dan yang lainnya memelankan larinya dan melihat Rendi dan Dika sedang menyusul mereka.

***********

Jam 14.23

Hari yang tadinya cerah mendadak menjadi mendung dan sepertinya akan turun hujan. Rendi dan teman-temannya melanjutkan perjalanan mereka sebelum hujan turun.

Setelah lama berjalan Rendi melihat seperti gedung, ternyata itu Balai Kota. Mereka langsung mempercepat jalannya.

Mereka sampai di sebuah taman Balai Kota. Terlihat banyaknya mayat hidup berjalan, di setiap jalan dipenuhi oleh mayat hidup. Rendi dan lainnya bersembunyi diantara mobil yang parkir di pinggir trotoar, mereka mengendap-endap menuju tempat yang sudah direncanakan. Mereka bersembunyi di truk kontainer yang dekat dengan gedung Balai Kota.

Rendi langsung mengambil handphonenya dan mencoba menelpon Bang Rama.

"Tut.....Tut......Tut....halo Abang" jawab Rendi dengan suara pelan

Ternyata Bang Rama tidak menjawab. Rendi semakin khawatir ia langsung melihat sekelilingnya, berharap sebuah mobil melintas.

Dari kejauhan terdengar seperti suara mobil melaju. Rendi mencari sumber suaranya. Ia melihat sepintas seperti mobil Van yang sedang menabrak mayat hidup yang melintasinya.

Ia melihat mobil itu seperti mobil Bang Rama dengan warna putihnya yang terkena darah dari mayat hidup. Ia yakin sekali mobil itu adalah punya Bang Rama.

Rendi langsung mengajak teman-temannya untuk keluar dari persembunyian, Rendi mengayunkan tangannya agar mobil itu menyadarinya.

Mobil itu pun langsung mengarah Rendi dan teman-temannya, mobil itu berhenti dan pintu mobil terbuka.

"Semuanya cepat masuk!" teriak Bang Rama melihat di belakang sudah ada mayat hidup mengejarnya.

Rendi dan teman-temannya memasuki mobil Van itu. Rendi duduk paling depan sedangkan Tasha, Adira, Kayla, Abel, Dika, Gilang, dan Jefri berada di belakang. Bang Rama langsung menancapkan gas membuat mobil itu melaju kencang. Para mayat langsung tertinggal di belakang.

Bersambung..............

World Z ( On Going )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang