30. Menyerah

1K 228 37
                                    

Jeffran merosotkan tubuhnya ke dinding ketika tubuh putra kelimanya kembali masuk ke dalam ruangan ICU, Jeffran sedikit menyesal menuruti keinginan Langit untuk ke taman, tapi ucapan Seran selalu terngiang ingatannya untuk menurunkan ego, Jeffran sadar tubuh putra tak akan pernah sehat lagi, ucapan Langit ditaman selalu berputar ingatannya.

"Nanti, jika suatu hari nanti Langit pergi, papa janji ya, papa harus ikhlas"

"Gimana caranya dek? Bilang sama papa?"

"Cukup ikhlas pa, anak papa nggak cuma aku, masih ada kakak dan adek Langit yang butuh bahu papa"

Ikhlas?

Tak segampang itu untuk Jeffran bisa ikhlas, butuh waktu untuk ia bisa menerima semua yang terjadi, bahkan dengan ucapan saja ia tak mampu mengucapkan kata ikhlas, semuanya terlalu menyakitkan, semuanya terlalu menyesakkan, orang tua mana yang gampang dengan kata ikhlas? Orang tua mana yang sanggup melepas kepergian putranya lebih dulu? Seharusnya ia yang lebih dulu pulang, karena ia lebih dulu lahir, tapi kematian bukan soal siapa yang dulu lahir.

Jeffran tak sanggup lagi berkata-kata, ia takut hari yang ia takutkan tiba, ia tak akan pernah siap dengan hari itu.

Jeffran merogoh ponselnya disaku celana, ia belum mengabari Dona tentang Langit yang kembali tak sadarkan diri, lama Jeffran menunggu jawaban yang tak kunjung diangkat, sampai panggilan ketiga kali, dapat Jeffran dengar suara lirih dari wanita yang amat ia cintai.

"Don..." jeffran mendongak, ia tarik nafas panjang, Jeffran menyakinkan hatinya untuk tak lemah, jika ia lemah bagaimana anak dan istrinya? "Kerumah sakit sekarang, Langit drop lagi" Dona hanya diam saja diseberang telpon, Jeffran merasa bersalah sebagai kepala keluarga ia tak bisa melakukan apa-apa, seandainya ada yang bisa Jeffran lakukan, mungkin pria itu sudah bertindak, tapi sayang seribu sayang tak ada cara lain yang bisa mereka lakukan selain berdoa dan menunggu keajaiban.

Keajaiban, kata itu yang sangat ingin Jeffran gapai tapi semuanya hanya angan semata, karena kata keajaiban untuk penyakit yang diderita Langit sangatlah mustahil, seandainya otak bisa dilakukan transpalasi mungkin Jeffran sudah mendonorkan otaknya untuk Langit, tapi kembali dengan realita, belum ada yang melakukan itu, kematian yang menjadi ujung jika otak seseorang sudah rusak.

"Papa nggak siap nak... Tolong Bertahan sekali lagi" lirih Jeffran dengan tangan bergetar, panic attack nya sedang kambuh, tak ada yang mencoba menambahkan dirinyanya, rasa takut mengambil alih jiwanya.

Reynand menghentikan mobilnya diperkarangan rumah, mereka berlima baru saja tiba karena terjebak macet, Reynand turun dan diikuti Jevano, Nathan  dan dua bungsu Cakra dan Jian, sebelum mereka masuk rumah terlihat Marvel dan Dona keluar rumah dengan wajah panik.

"Kenapa bang ma?" Tanya Jevano ketika melihat wajah panik mereka yang sangat kentara, jujur Jevano sedikit iba dengan ibunya, bibir Dona sangat pucat, Jevano yakin jika ibunya sedang tak enak badan, bagaimana tidak waktu tidur dan makan ibunya sedang tak teratur karena terlalu sibuk merawat Langit yang sakit ditambah lagi kemarin Nathan dirawat beberapa hari.

"Adek drop mas, mama takut" pecah sudah tangis Dona yang sejak ia tahan, tadinya ia ingin mencoba kuat didepan putranya, tapi rasanya ia tak kuat lagi untuk tak baik-baik saja.

"Bukannya adek tadi lagi jalan ke taman sama papa?" Tanya Nathan seingatnya Langit sedang ingin jalan-jalan ke taman.

"Barusan papa telpon, adek masuk ICU lagi" jawab Dona disela isakannya, "kalian bersih-bersih dulu, nanti nyusul aja kerumah sakit, kak tolong buatin teh jahe buat papa ya, mama takut papa sakit" pesan Dona sebelum pergi meninggalkan kelima putranya yang menatap kepergian Marvel dan Dona terdiam.

AKSENA FAMILY (Nct Dream)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang