25. Kecewa

1K 227 44
                                    

Langit menulis tulisan abstrak di kaca menggunakan telunjuknya, uap air hujan membuat kaca itu bisa di buat tulisan acak, kadang kala telunjuk itu menulis namanya sendiri, terus ia coret tanpa berbentuk, jujur Langit benar bosan seharian hanya duduk diam dikamar tanpa melakukan apapun, Jeffran berjanji untuk dirinya homeschooling tapi sampai sekarang belum ada guru yang mengajari dirinya, keseharian dihabiskan dengan waktu bermain, makan, tidur dan itu-itu saja sangat monoton.

"Pengen sekolah..." monolognya ketika melihat hujan makin turun lebat, saudaranya sedang berada diluar semua, mungkin mereka sedang meneduh mengingat hujan yang lebat pasti jalanan sangat macet dan terkadang banyak pohon tumbang bahkan sampai banjir.

Langit melihat seekor kucing yang berteduh dibawah pohon mangga dekat dengan ayunan kayu miliknya.

"Tolongin nggak ya?" Monolognya sembari berpikir, "pasti kucingnya kedinginan" lama ia tatap kucing yang sudah basah kuyup, Langit memutuskan untuk keluar kamar, dia melihat lantai tiga cukup sepi, mungkin keenam saudaranya belum ada yang pulang pikirnya.

Langit berjalan menggunakan lift karena jujur saja hari ini dirinya sudah beberapa kali terjatuh karena kurangnya keseimbangan tubuh, bahkan lututnya tampak sudah membiru karena terbentur dengan lantai.

Langit sedang memastikan jika tak ada orang dilantai satu, jika sampai itu terjadi maka gagal sudah ia menyelamatkan kucing itu.

"Aman" gumamnya terkikik geli, selain ingin menyelamatkan kucing, ia berniat buat main hujan dengan waktu yang cukup lama.

Mata itu tampak berbinar ketika ia sudah berdiri dihalaman belakang, dingin air hujan menyapa tubuhnya, tubuh itu sedikit menggigil ketika air hujan sudah membasahi sebagian tubuhnya, Langit berlari kecil menuju pohon mangga dan mendekati kucing yang sudah basah, kucing itu berlari ketika Langit mencoba untuk menangkapnya, bahkan sebelum pergi, kucing itu sempat mencakar punggung tangan Langit.

"Shhh...." ringis Langit ketika tampak cakaran kucing yang mengeluarkan darah bahkan luka itu sedikit gatal-gatal mungkin bisa dari kucing, "padahal Langit mau nolongin, malah cakar Langit emangnya Langit orang jahat apa?" Gerutu Langit kesal, ia tatap kucing yang kini sudah menghilang karena memanjat pagar rumah.

Setelah cakaran itu sudah sedikit membaik, Langit berjalan menuju arah kolam, ia menari dibawah hujan seorang diri.

"Ternyata mandi hujan menyenangkan rasanya" monolog anak itu lagi, dia melupakan tangannya yang sudah sedikit keriput karena sudah terlalu lama berada di bawah guyuran hujan, bibir yang pucat dan tubuh yang menggigil.

"Bagus main hujan-hujanan" Langit melototkan matanya ketika mendengar suara berat dan yang sangat ia kenali, ia putar tubuhnya ke belakang dan melihat kakak kelimanya sudah basah dengan seragam sekolahnya.

Langit meringis ketika melihat kakaknya yang menatap dirinya tajam, "ayo masuk rumah, sakit baru tahu rasa kamu" omel Nathan yang meraih pergelangan tangan Langit dan dihempaskan anak itu dengan pelan karena memang Nathan tak kuat memegang lengan adiknya, ia takut jika sampai menyakiti adiknya.

"Adek masih mau main hujan, kakak aja yang masuk rumah" bantah anak itu menjauhi Nathan, Nathan yang memang sabar mengejar Langit yang berlari menghindari dirinya, "kakak masuk aja sana, nanti adek nyusul tapi nanti nggak sekarang" teriak anak itu, karena jika ia berucap pelan Nathan mana dengar yang ada suaranya kalah dengan suara air hujan.

"Adek..." Langit menghentikan langkah kakinya, ia membalikan tubuhnya ketika suara Nathan memberat, setelah menghela nafas pasrah Langit mendekati Nathan yang sudah sangat pucat padahal ia baru saja berdiri dibawah guyuran hujan.

"Kakak" Langit mendekati tubuh Nathan yang menggigil hebat, dia semakin panik ketika tubuh Nathan ambruk ke tanah, "KAKAK" Langit memangku kepala Nathan dipahanya, ia guncang tubuh kakaknya yang pingsan, "kakak" tubuh Langit bergetar hebat ketika tubuh Nathan tak merespon apapun.

AKSENA FAMILY (Nct Dream)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang