5. Berdamai?

1.3K 147 2
                                    

Semua anggota keluarga Aksena kini sedang berkumpul di ruang keluarga, setelah menyelesaikan makan malam, Dona meminta semuanya untuk berkumpul dan ingin mendamaikan masalah Reynand dan Langit agar tidak berlarut-larut, karena tidak baik jika perang dingin antar saudara terus berlanjut tanpa tahu ujungnya.

"Mama sengaja mengumpulkan semua di sini, selain kumpul keluarga, mama juga ingin bang Rey sama Aa' langit berdamai, mama ngak tahu jelas masalah kalian apa, tapi mama mohon sama kalian buat maafan"

Semua anggota keluarga terdiam, tidak ada satupun yang menyela, biasanya Langit sering membela diri kali ini dia tidak menyela sedikit pun.

"Mama pikir, setelah mama diamkan, kalian berdua ini mau menyelesaikan masalahnya dengan kepala dingin, tapi ternyata ego kalian sama-sama tinggi, mungkin dari sebagai Abang sama adik kalian udah ngak nyaman sama acara tidak saling tegur kalian"

"Coba jelaskan sama mama papa, kalian ngak teguran itu masalah apa?"

Tidak ada satupun yang menjawab, baik Langit maupun Reynand.

"JAWAB" Bentak Dona yang sudah kepalang emosi.

"Gara-gara Abang bentak Aa waktu itu" serobot Langit cepat.

Reynand menatap Langit remeh, "ngak sesederhana itu masalahnya A'"

"Lalu apa bang?" Tanya Langit menatap Reynand lelah.

"Aa' sadar ngak sih kalau mama dan papa ngak pernah nyalahin Aa, sekalipun A' ngak pernah, sekali aja coba kalau Aa buat salah papa mengakui kalau Aa' salah bukan malah membenarkan"

"Abang cape A, selalu mengalah karena Aa, Abang udah muak sama mama papa yang selalu memanjakan Aa, Abang cape A', Aa ngertikan kalau kami udah cape mengalah?"

"Bukan cuma Aa, bang Marvel, mas Jevan, kak Nana, Cakra dan Jian juga cape mengalah karena Aa"

"Aa' sadar ngak sih? Kalau kita semua CAPE?"

"Abang cape karena selalu mengalah?"tanya Langit dengan perasaan yang sangat sulit diartikan, rasanya kecewa sedih semuanya menjadi satu, "Aa' juga cape bang, Aa cape mama papa ngak pernah percaya sama Aa' sama seperti mama papa percaya sama Abang dan yang lainnya, kalau boleh pilih Aa' ngak pernah mau dimanja kayak gini bang"

"Aa' cape bang, Abang mau tahu alasan kenapa Aa menutupi diri dari kalian? Karena Aa merasa ngak normal bang" Langit meneteskan air matanya menatap Reynand yang sama sekali tidak ingin menatap dirinya.

"Aa' ngak bisa bersosial kayak Abang sama yang lain, dekat sama saudara Aa aja Aa susah, apalagi dekat sama yang lain"

"Aa' cuma nyaman sama mama, sama papa, Aa' pengen kayak kalian bisa bercanda tapi Aa' ngak bisa"

"Aa' bisa nak, Abang sayang sama Aa', buang pikiran buruk yang ada diotak sama hati Aa" sela Dona pada perdebatan antara Langit dan Reynand yang semakin memanas.

"Gimana mau buang ma? Kalau otak Aa udah rusak sejak lama, Aa' ngak normal".

"Aa' " Bentak Jeffran yang sakit mendengar anaknya bilang jika dia tidak normal.

"Sekarang kalau mama sama papa juga udah cape, jangan diterusin ma, ngak usah lagi turutin kemauan Aa, stop manjain Aa"

"Ngak gitu nak, kita bicarain ini baik-baik ya? Kalian harus akur" hati Dona sakit ketika Langit menatapnya dengan tatapan kecewa.

"Mama udah ngak sayang lagi sama Aa'?"

Dona menggelengkan kepalanya berutal, tidak dia sama sekali tidak kepikiran jika dia tidak sayang dengan Langit.

"Kalau mama udah ngak sayang lagi sama Aa', mungkin mama udah lama buang Aa" marah Dona yang tidak terima dituduh karena sudah tidak sayang lagi pada anaknya itu.

"Mama udah ngak sayang lagi sama Aa'" racau Langit sembari menangis menatap Dona dengan kecewa.

"Kenapa Langit harus ngak normal ma?"

Cakra, Jian dan Nathan sejak tadi sudah menangis, rasanya sakit mendengar keluhan dari dua saudaranya.

Reynand mengeluh cape selalu mengalah, yang Langit mengeluh cape karena merasa tidak normal.

"Sekarang mama mau kalian baikan" titah Dona dengan tegas.

Baik Langit maupun Reynand tidak ada yang bergerak untuk berbaikan.

"BAIKAN MAMA BILANG"

Langit beranjak dari tempat duduknya dan pergi masuk ke dalam kamar, sungguh baru kali ini dia mendengar bentakan mama, dari kecil Langit tidak pernah mendengar suara tinggi Dona maupun Jeffran.

🐻🐻🐻🐻🐻🐻🐻🐻🐻🐻🐻🐻🐻🐻

Sore kali ini Langit hanya duduk ditaman belakang, memandang bunga yang sedang bermekaran karena langit baru saja turun hujan.

Langit memandang langit yang mendung, sejenak dia memejamkan matanya menikmati aroma tanah yang baru ditetesi air hujan.

Jeffran yang sedang minum di dapur, tidak sengaja melihat siluit anak kelimanya yang duduk dibangku taman belakang yang menghadap taman bunga milik Dona.

Jeffran berjalan mendekati Langit yang sedang melamun, kejadian kemarin sungguh membuat rumah terasa tidak nyaman, Dona yang terus-terusan menangis karena merasa bersalah.

Marvel, Reynand, Jevan, Nathan, Cakra dan Jian yang tak seperti biasanya, tidak ada keribut pagi hari, biasanya rumah terasa hangat karena mendengar keributan yang mereka buat, tapi pagi tadi hanya keheningan yang Jeffran rasakan.

Langit menoleh ke arah Jeffran yang duduk disampingnya, Jeffran juga ikut menatap bunga yang sedang bermekaran dengan indah.

"Kenapa?" Tanya Jeffran dengan lembut, membuat suasana hati Langit yang gundah menjadi lebih hangat.

"Aa' kepikiran sama mama" ungkap Langit dengan lirih, jujur dia merasa bersalah karena menunduh mama yang tidak lagi sayang padanya.

"Aa' udah durhaka sama mama, gimana kalau mama ngak sayang lagi sama Aa', terus siapa yang sayang sama Aa'?" cerita Langit tentang ketakutannya.

Jeffran memberikan senyuman hangat pada Langit, anaknya yang satu ini memiliki pikiran yang beda, ia selalu overthingking.

"Memangnya cuma mama yang sayang sama Aa'?" Tanya Jeffran menatap lekat Langit yang juga menatapnya dengan lekat.

"Semuanya sayang sama Aa', papa, mama, bang Marvel, bang Rey, mas Jevan, kak Nana, Cakra dan Jian mereka sayang sama Aa'"

"Benaran?"

Jeffran kembali tersenyum menatap Langit, "iya, semuanya sayang sama Aa'"

Jeffran menangkup wajah gembul Langit, "sekarang tinggal bagaimana cara pandang Aa' sama saudara-saudara Aa'"

Langit terdiam mendengar nasehat Jeffran, jujur dia ingin berpikir normal seperti saudaranya, tapi entah hati dan juga otaknya tidak pernah mau berpikir positif.

"Kenapa Aa sulit ya pa berpikir yang positif, Aa' udah coba tapi ngak bisa, Aa' kadang mikir, Aa normal ngak sih?"

Runtuh sudah pertahanan Jeffran, lagi dan lagi anaknya membicarakan tentang normal dan tidak normal, Jeffran menatap Langit dengan mata yang berkaca-kaca.

"Dengar papa A', Aa' itu normal nak, Aa' itu sama kayak saudara Aa, yang memperburuk itu hanya pikiran Aa"

"Kalau Aa' mau minta maaf sama bang Rey, apa Abang mau memaafkan Aa? Aa' udah kurang ajar sama Abang dan mama semalam" sesalnya menunduk.

Langit terkekeh, "pasti ngak mau ya pa? Kesalahan Aa' udah fatal ya pa?"

Jeffran menggeleng ribut, "ngak nak, Abang pasti memaafkan Aa, Aa' tahu 'kan kalau bang Rey sayang banget sama Aa'?"

"Aa' ingat ngak waktu Abang hampir ketabrak satu tahun yang lalu? Waktu itu bang Rey yang nyelamatin Aa', itu salah satu bukti kalau Abang sayang sama Aa'"

"Aa'ingat, bang Rey keracunan makanan lima bulan yang lalu, kalau saja bang Rey ngak makan mungkin Aa yang keracunan waktu itu"

Lagi dan lagi kenyataan yang diingatkan Jeffran membuat Langit merasa bukanlah adiknya baik buat Reynand.

'Langit bukan adik yang baik ya bang'

******
Jangan lupa vote dan coment makasih❤️

AKSENA FAMILY (Nct Dream)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang