_Draluna Time?_
Ini bukan hanya sekedar hidup di kehidupan baru tapi dengan tubuh yang berbeda. Berbeda? Apa yang berbeda?
~'•'~
Awalnya aku tak menyangka rasa ini akan jatuh padamu, ku pikir ini hanya pikiran ku, hanya sekedar kekaguman akan ketang...
"ada apa? Kau tidak suka makanan mu?" tanya ayah Luna sambil memperhatikannya yang sedari tadi hanya terdiam tidak memakan sarapannya.
Luna mengalihkan pandangan nya ke ayahnya. "Yah, Luna mimpi aneh terus, kemarin waktu di sekolah, terus semalam Luna mimpi hal yang sama."
Ayah Luna tersenyum, "itu cuman bunga tidur, nanti juga bakal hilang sendiri, jangan terlalu dipikirkan. Bagaimana dengan sekolah mu?" tanya ayah Luna mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Semuanya baik, ayah nggak usah khawatir."
"Ayah tidak pernah khawatir dengan putri ayah, hanya satu pesan ayah. Luna harus ingat kalau di sana Luna sekolah dengan beasiswa yang artinya Luna harus terus semangat untuk sekolah, jangan sampai nilai mu hancur hanya karena hal-hal tidak penting," pesan ayahnya.
Luna mengangguk, "iya yah, Luna ngerti."
***
"Bagaimana sekolah mu?" tanya Lucius, fokusnya tidak beralih dari makanan yang berada di hadapannya.
Mendengar itu, Draco berhenti dari aktivitas makannya. "Baik," jawabnya singkat.
Narcissa melirik suami dan putranya secara bergantian, "baik? Apa ini yang kau sebut baik?!!" bentak Lucius melempar beberapa lembar hasil ujian bahasa Indonesia ke atas meja makan.
Narcissa tersentak kaget, berbeda dengan Draco yang mengeratkan genggaman tangannya pada sendok dan garpu yang tengah di pegang nya.
"Memalukan! Kau tahu?! Kau membuat papimu ini malu di hadapan banyak guru saat rapat kemarin!"
"Sejak awal aku tidak ingin pindah ke Indonesia, papi dan mami yang selalu memaksa ku, aku kesulitan dalam bahasa, kenapa kalian tidak ingin mengerti itu?!" kini Draco melempar sendok dan garpu yang ia pegang ke atas piring membuat suasana semakin tidak kondusif.
Lucius menggenggam tangannya erat, menahan segala emosi yang mungkin akan meluap kapan saja. Pada kenyataannya Draco tidak tumbuh dan besar di Indonesia, dirinya lahir dan besar di Britania Raya atau yang sering disebut Inggris.
Walaupun begitu, Draco sebenarnya sudah pindah saat dirinya akan duduk di bangku kelas satu sma, yang berarti ia sudah kurang lebih satu tahun berada di Indonesia.
"Satu tahun, satu tahun kau disini dan kau bilang kau kesulitan dalam bahasa?!" nada bicara Lucius terus naik pada setiap ucapan yang ia lontarkan.
"Kenapa papi selalu mengganggap semua anak itu sama? Aku sudah berusaha, yang papi mau hanyalah kesempurnaan dan kesempurnaan, aku lelah!"
Kini ia berdiri dari kursinya menatap sang ayah dengan tatapan tajam nan dingin. "Aku juga manusia."
Kalimat terakhir itu di akhir saat dirinya berbalik dan melangkah menuju kamarnya. Lucius melempar seluruh piring dan perabotan yang ada di atas meja makan, sedangkan Narcissa masih menatap punggung anaknya yang semakin menghilang di ujung lorong.
***
Pagi ini Luna melangkahkan kakinya sama seperti hari-hari sebelumnya, langkah kaki yang santai tapi penuh tekat dan semangat. Ia menggenggam erat buku-buku miliknya di tangan.
"LUNA!"
Begitu mendengar teriakkan itu, gadis itu berbalik tanpa menyadari apa yang akan terjadi di detik berikutnya.
Bruk...
Bunyi buku-buku yang jatuh menyentuh lantai, gadis itu tersentak kaget hingga membuat nya kehilangan keseimbangannya, tubuh mungil itu akan terjatuh, tapi sebelum itu terjadi sebuah uluran tangan menghentikan nya.
Pria itu menarik tubuh mungil Luna ke dalam pelukan nya, membuat sedikit cipratan romansa di lorong yang sejuk dengan angin yang berhembus sepoi-sepoi.
Cho dan Ginny mematung ditempatnya, keduanya adalah pelaku dibalik semua peristiwa yang tengah terjadi ini. Mereka berhenti karena melihat situasi yang jarang terjadi di sma Hogstars, "ka Mattheo?!"
Luna perlahan membuka matanya, mata biru yang teduh itu menatap langsung pada mata coklat tajam milik pria yang menolongnya.
Mattheo mendorong Luna menjauh dari dirinya dengan kasar. "So-sorry kak," ucap Luna dengan gugup.
Mattheo tidak menjawab hanya memperhatikan Luna dari atas ke bawah dengan wajah datar dan aura dingin yang menjadi ciri khasnya.
Setelah beberapa detik, Mattheo melangkahkan kakinya berlalu pergi meninggalkan Luna, tapi yang membuat gadis itu kesal adalah Mattheo dengan sengaja menginjak buku Luna yang jatuh di lantai, bahkan menendang beberapa buku hingga terpental jauh.
"DASAR COWO NYEBELIN!" teriak Luna yang kesal melihat buku-buku kesayangannya diperlakukan seperti itu.
Jika kau berharap tanggapan berlebih maka kau tidak akan mendapatkan nya dari seorang Riddick, Mattheo Riddick.
Setelah melihat Mattheo yang menjauh dengan cepat Cho dan Ginny menghampiri Luna. "Lun, lo nggak di apa-apain kan sama dia?!" tanya Ginny dengan khawatir.
Gadis yang biasanya tidak perduli soal pria itu kini memeriksa kondisi sahabatnya setelah bertemu dengan seorang Mattheo.
"Nggak kok, aman," ucap Luna lalu memungut buku-buku miliknya.
Cho menyodorkan buku Luna yang tadinya terpental jauh, "udah! Jangan ada interaksi atau pertemuan lagi sama dia! Nggak usah dekat-dekat apalagi sampe bicara sama dia. Aduh, amit-amit yah, Lun. Lo nggak tahu aja dia tuh siapa, mending dari sekarang lo mandi kembang deh biar nggak ketemu modelan ka Mattheo," ucap Cho panjang lembar.
"Apaan sih lo, nggak jelas banget."
"Kali ini gue setuju sama Cho. Bukannya gimana-gimana, ka Mattheo itu murid yang paling di benci sama guru-guru di sekolah ini, pemabuk, perokok, tukang berantem, aduh amit-amit deh pokoknya," ucap Ginny.
"Yah terus kenapa nggak di keluarin aja?" tanya Luna.
"Lo nggak tahu The Riddick?!" tanya Cho dan Ginny dengan wajah kaget.
Olaaaa sorry up nya malam-malam, kikikikik, sekali sekali😗...
Waduh ada personil baru niii, apsen dulu cewek-cewek nya babang Mattheo!🤭
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.