07

56 5 3
                                    

Dan ketika dia menyadari betapa bodohnya cinta dia masih tetap ingin menyelamatkan sang pangeran. Aku bahkan tidak tahu peran cinta seperti apa, mungkin seperti tikus bodoh yang menginginkan keju dalam jebakan.

Luna menarik nafas dalam, ia mengangkat wajahnya memperhatikan sekeliling, perlahan angin mulai berhembus membuat beberapa helaian rambut pirang indah itu menutup wajah cantiknya.

Tanpa sadar sepasang mata tengah memperhatikan dari jauh, tatapan dalam, sangat dalam hampir tak berkedip.

"Kak Draco, ngapain?" sapa Cho.

Ginny menyenggol lengan gadis itu, tidak lupa dengan pelototoan penuh makna. "Apaan sih Ny," gerutu Cho sambil mengusap lengannya.

"Lagi nyari udara segar," ucap Draco dengan wajah datar khas nya.

"Angin seger, apa gadis seger," goda Cho sambil mengalihkan perhatian nya dari Draco ke arah Luna yang tengah duduk dengan santai di bawah pohon.

"Kalau suka tuh bilang kak, sebelum diambil sama yang lain," lanjutnya.

Ginny menatap jengkel pada Cho, dengan cepat ia menarik tangan gadis itu, "nggak usah didengerin kak, terlalu banyak dosis tadi," ucap Ginny lalu menarik Cho menjauh. Sebenarnya mereka pergi ke arah Luna.

Draco memperhatikan langkah keduanya, setelah itu ia melangkah pergi meninggalkan tempat itu.

"Hai Luna sayang," ucap Cho lalu kemudian memeluk lengan gadis itu dengan manja.

Luna memperihatinkan tingkah Cho tapi gadis itu hanya diam, ia menutup bukunya lalu memperhatikan Cho. "Dimarahin Ginny lagi?"

Mendengar itu Cho segera mengangguk. Luna mengalihkan pandanganya ke arah Ginny yang tengah melipat kedua tangannya, wajahnya masih terlihat kesal.

"Kurang-kurangin lah Ny, ngomelin ni anak," ucap Luna lalu terkekeh.

"Ya habisnya, punya otak nggak pernah dipake! Otak cuman isinya pelajaran doang sisanya kosong," omel Ginny.

"Apaan sih! Lun, lo harus tahu, tadi tuh Ginny berantem sama kak Theo, temannya si kak Draco."

Luna mengerenyitkan dahinya, dia memang mengenal Draco, tapi tidak memperhatikan teman-temannya. Mendengar penuturan Cho, Ginny segera menarik rambut panjang gadis itu.

"Aw! Kasar banget lo," gerutu Cho.

"Lo bisa nggak, nggak usah jadi mak-mak rempong yang bisanya ngurusin hidup orang!" ucap Ginny lalu melangkah pergi dengan kesal.

"Tuh kan, marah Ginny nya," ucap Luna.

***

"Drac!" panggil Enzo.

Melihat kedua sahabatnya Draco melangkah mendekati mereka. "Lo harus tahu, Theo sekarang udah punya gebetan!"

Mendengar itu Theo membelalakkan matanya, bercampur antara amarah dan rasa ingin memukul wajah pria itu sekarang juga.

Draco melirik Theo, sedikit senyuman terukir di wajah pria itu. "Cewe yang keberapa?" tanya Draco yang tahu betul sifat sahabatnya itu.

"Nggak, nggak ada. Ngelantur ni anak, nggak usah di dengerin," ucap Theo yang masih memberikan tatapan tajam pada Enzo.

Sementara si pelaku hanya terkekeh geli, bahagia melihat sasarannya murka atas perilakunya. Mendengar itu Draco mengangguk singkat.

"Tapi gue rasa yang ini istimewa, Drac. Tuh cewe berani ngelawan Theo, bayangin aja, seberapa menawannya tuh cewe," ucap Enzo.

"Ngelawan?" Draco memperhatikan Enzo, "elo?" kemudian ia kembali melirik Theo.

"Nggak, nggak gitu, Drac..."

"Bener, lo harus lihat waktu Theo dikatain pengemis sama tuh cewe, hahaha, mukanya melas banget kek suami takut istri," tawa Enzo.

"LO NGGAK BISA DIAM HAH?!!" bentak Theo.

Draco yang juga sedang terkekeh diam mendengar teriakan itu, begitu pula dengan Enzo. "Gue becanda kali, The."

"Becanda lo nggak lucu! Kelewatan lo," dengan kesal Theo melangkah pergi meninggalkan keduanya.

Enzo menatap Draco yang tengah memperhatikan Theo yang mulai menghilang.

"Drac, gue becanda doang, masa dia marah," ucap Enzo.

"Biarin, dia butuh waktu buat egonya."

"Pansy harus tahu ini," ucap seorang gadis berambut cokelat sambil tersenyum penuh arti.

Ternyata sedari tadi gadis itu merekam apa yang sedang terjadi di antara Draco dan kedua sahabatnya. Dengan cepat gadis itu mengisi ponselnya ke dalam saku seragamnya lalu melangkah pergi.

***

"Jahat banget kan, Lun."

Luna kini beralih menatap Ginny yang tengah sibuk dengan buku nya. "Beneran, Ny?" Ginny hanya mengangkat bahunya acuh mendengar pertanyaan itu.

"Tapi yang dilakuin Ginny itu ada benarnya, Cho. Cowok-cowok kayak mereka yang merasa segela sesuatu nya bisa mereka miliki memang sesekali harus digituin," ucap Luna.

"Tapi Luna, ini tuh kak Theo, Theo Walcott, siswa populer dan terkenal di sekolah ini."

"Kepopuleran dia nggak bisa memungkiri kalau dia nggak ber-attitude, semua orang bisa ganteng, semua orang bisa jadi kaya. Tapi attitude?" Ginny menggelengkan kepalanya lalu kembali ke buku tulisnya.

"Yah tetap aja, nantinya lo bakal berurusan sama geng mereka. Apalagi sama gengnya kak Pansy, mereka suka banget ikut campur sama masalah yang terjadi sama ka Draco atau teman-temannya," ucap Cho.

BRAK.

"GINNY!" teriakan Pansy, semua mata minu tertuju pada gadis itu dan segerombolan gengnya.

Sorry yah baru bisa up lagi, semoga sukaaaa💙

Tungguin part selanjutnya, sebelum itu pencet tombol bintang nya yahhh🐍

In Another Body Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang