_Draluna Time?_
Ini bukan hanya sekedar hidup di kehidupan baru tapi dengan tubuh yang berbeda. Berbeda? Apa yang berbeda?
~'•'~
Awalnya aku tak menyangka rasa ini akan jatuh padamu, ku pikir ini hanya pikiran ku, hanya sekedar kekaguman akan ketang...
Rintik hujan terlihat jelas di jendela kelas. Suasana sejuk, dingin tapi membawa kenyamanan, Luna melipat kedua tangannya di atas meja lalu mulai meletakkan kepalanya. Ia terus menatap rintik hujan di jendela, baginya itu adalah salah satu hal yang membuat nya rindu akan suatu hal, tapi apa itu?
"Luna?"
"Luna bangun, kau akan terlambat ke kelas nanti."
Mata itu perlahan terbuka ruangan aneh yang terlihat membuat nya mengerutkan kening. "Dimana aku?" satu kalimat pertama yang keluar dari mulut gadis ini.
Gadis yang membangunkan nya kini menatapnya dengan kerutan di kening. "Ayolah jangan bercanda, bangun sekarang dan bersiaplah. Aku akan pergi dahulu, jubah mu ku letakkan di atas kursi," ucap nya lalu berlalu keluar dari dalam kamar yang terdapat empat tempat tidur.
Nuansa biru menyelimuti ruangan, kini matanya beralih menatap jubah hitam bercampur biru itu dengan heran, ada lambang burung gagak di sana.
Setelah mengenakan jubah itu ia menatap dirinya di cermin dan terkejut, ia segera berlari keluar kamar menuruni banyak tangga hingga sampai di bawah.
Satu anak tangga terakhir dan dirinya berakhir tersandung. "Menyingkir dari hadapanku."
Suara dingin dari seseorang membuat Luna perlahan mengangkat wajahnya dan...
"ALUNA LOVERGIA!"
Luna segera mengangkat kepalanya memperhatikan bu Ona dan seisi kelas yang kini menatapnya. "Kamu tidur di jam pelajaran saya?" tanya bu Ona dengan wajah datar.
Luna sempat melirik Cho yang juga kini terlihat tegang sebelum menjawab pertanyaan guru nya. "Ma-maaf Bu, saya nggak sengaja," ucapnya pelan.
"Kalau kamu tidur lagi, kamu keluar dari kelas saya, mengerti Aluna?" tanya bu Ona.
Luna menganggukkan kepalanya. Setelah beberapa jam berlalu akhirnya kelas berakhir, lonceng pulang bergema di seluruh penjuru sekolah, banyak siswa yang berlarian, ada yang berjalan dengan santai dan sebagainya.
"Lo kelihatan lesu banget," komen Ginny ketika melihat raut wajah Luna.
"Habis di marahin sama bu Ona gara-gara tidur di kelas," ucap Cho.
"Really? Gue pikir orang kayak lo nggak pernah tidur kalau di kelas," ejek Ginny.
"Gue juga manusia, Ny," ucap Luna masih dengan raut wajah sedih.
"Tapi tadi gue mimpi aneh banget, masa iya gue ada di sekolah aneh, kek sekolah tua gitu, sekolah nya make jubah, asramanya aja ada di atas menara."
Kini Ginny dan Cho memperhatikan gadis itu, mereka berpikir bahwa Luna seperti nya sedang berimajinasi. "Itu mah cuman bunga tidur, mana ada sekolah gitu, paling ada juga kalau di dunia dongeng, dunia fiksi, mereka nggak nyata," komentar Cho.
"Gue tahu, tapi rasanya..."
***
"Nyata!" ucap Draco dengan wajah datar.
"Gue bahkan nggak tahu itu sekolah apaan."
"Lo cuman kecapean doang, nanti pas istirahat di rumah juga bakalan hilang, lagi pula itu cuman mimpi sekali doang, lupain ajah," ucap Theo.
"Gue setuju sama si Theo, tapi gue juga penasaran siapa si cewe itu," kini Enzo menambahkan.
Draco memandang ke depan, mungkin Theo ada benarnya, dia harus melupakan hal yang memang tidak ada.
Malam ini, hanya terdengar suara ketikan di laptop, sunyi itu sudah biasa bagi Draco. Setelah selesai mengerjakan tugasnya, ia memilih untuk tidur, hari ini entah mengapa rasanya dia hanya ingin tidur.
"Mungkin tidak bisa."
"Bukan sekarang Draco, you're not mine."
Dirinya terbangun, mimpi itu lagi? Apa sebenarnya ini, ia mencoba menepis mimpi itu dari ingatan nya lalu mulai terlelap.
Suasana gelap, asap mengepul dimana-mana, suara jeritan kesakitan dan ketakutan terdengar dimana-mana, ia melihat dirinya sendiri, mengenakan jubah yang dia sendiri tidak tahu apa itu.
"Draco, cepat pergi ke arah selatan, masih banyak disana, bantai mereka semua."
Begitulah yang ia dengar dari seseorang yang berpakaian sana seperti nya, mengenakan topeng tapi untuk apa dia juga tidak tahu. Ia berjalan menuju selatan, sunyi dan sepi, hanya ada hawa ketakutan dimana-mana.
Di setiap sudut terdapat mayat, ia terus berjalan menelusuri jalan kota itu, ia mendengar sesuatu dibalik tong, saat ia mendekat seorang gadis kecil tengah memeluk boneka nya sambil menunduk ketakutan.
"Sedang apa kau disini?" tanya Draco.
Melihat Draco anak itu semakin ketakutan. "Jangan khawatir, ayo ikut aku ke tempat yang aman."
Baru saja akan mengulurkan tangannya untuk membantu ia melihat anak itu berubah menjadi debuh ketika sebuah kilatan cahaya mengenai tubuhnya, dengan cepat Draco berbalik dan melihat orang yang sama yang menyuruhnya tadi, atau mungkin orang berbeda dengan pakaian yang sama.
"Apa yang kau lakukan? Ingat! Tidak ada belas kasihan, bunuh mereka semua atau Dark Lord yang akan membunuhmu."
Saat orang itu pergi darinya semakin bingung. Tiba-tiba ia melihat seorang wanita berambut blonde yang sempat ia lihat di mimpi nya sebelumnya, ia tahu itu diaz tapi wajahnya sama sekali tak terlihat.
Wanita itu berlari, Draco dengan segera mengejar nya. "TUNGGU!"
Saat teriakan itu menggema, tubuhnya entah bagaimana terbawah ke sebuah hutan gelap, saat ia melangkah ia melihat tubuhnya terbaring tak bernyawa disamping tubuh perempuan tadi yang tengah memeluknya, saat ia melangkah untuk melihat wajah gadis itu.
TRINGG TRINGGG TRINGGG
Draco tersentak kaget oleh alarm, ia duduk di atas ranjangnya, mengusap wajahnya dengan kasar, siapa perempuan itu? Dan kenapa mimpi itu selalu datang? Kenapa mereka berdua mati di tempat yang sama, ada apa sebenarnya?
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.