08

36 6 0
                                    

Bahkan kau tidak pernah ada di tujuan ku sebelumnya. Apa maumu? Untuk apa kau hadir jika nantinya hanya membawa sakit.

Kini semua mata memandang ke arah pintu, lima orang gadis mulai melangkah memasuki ruangan kelas.

"Udah mulai berani sekarang? Mau sok jagoan lo di sekolah ini? Lo tuh nggak level sama Theo dasar miskin," ucap Pansy.

Ginny mengepalkan tangannya kuat, ia sudah sangat siap untuk segera menonjok wajah gadis yang berada di hadapannya sekarang juga.

"Tuh kan, tadi gue udah bilang, dan sekarang? See?" bisik Cho pada Luna.

Luna segera maju memegang tangan Ginny agar wanita itu bisa tenang, "kita nggak ada urusan apapun sama kakak, jadi kami mohon tolong jangan buat keributan di kelas ini," ucap Luna.

Beberapa siswa terkejut dan yang lainnya, mereka kini tengah duduk dengan tenang sambil menyaksikan drama yang sepertinya sebentar lagi akan terjadi.

"Gue nggak ngomong sama lo, mending lo diam, nggak usah ikut campur kalau masih mau hidup dengan tenang di sekolah ini."

"Udah Lun, nggak usah ditanggepin. Urusan lo sama gue kan? Mau lo apa hah?" tanya Ginny yang kini melangkah dan berdiri tepat dihadapan Luna, menghalangi gadis itu dari tatapan sinis Pansy dan sahabat-sahabat nya.

Pansy menatap Ginny lalu melipat kedua tangannya di depan dada. "Lo kan yang berani-beraninya nampar Theo?" tanya Pansy.

"Kalau iya emang kenapa? Gila yah, kuat juga gue, nampar satu orang tapi sakitnya ke puluhan orang," ucap Ginny sambil tersenyum meremehkan.

Wajah Pansy berubah sinis, dirinya merasa jengkel dengan kata-kata sindiran Ginny yang menurut nya merupakan suatu tindakan pembangkangan dari tingkat bawah pada mereka yang jauh di atas mereka, apalagi terhadap dirinya.

"Lo nggak usah sombong karena bisa masuk ke sekolah ini, bokap lo masih bisa nyari makan buat sekeluarga juga harusnya lo bersyukur, kalau gue mau, detik ini juga bokap lo bisa aja bangkrut," ucap Pansy.

"Lo nggak tahu kekuasaan Pansy? Pantas aja orang-orang kelas menengah bawah mana paham."

Beberapa teman Pansy itu mulai tertawa usai mengejek Ginny.

"Yah iyalah, dia nggak tahu, kan bokap nya bukan bawahan Pansy, nggak kaya kalian, pemuja berkedok takut miskin," ucap Cho yang sedari tadi diam.

Ginny dan Luna memandang gadis itu dengan heran, Cho adalah salah satu orang yang paling berhati-hati sejak bersekolah di Hogstars, tapi entah mengapa kaki ini gadis itu memberanikan diri bahkan untuk melawan seorang Pansy.

"Heh China culun, diem lo!" bentak salah satu teman Pansy.

"Lo semua yang diem. Berantem karena cowok yang bahkan nggak peduli kalian hidup, mending perbaiki nilai-nilai kalian, bukan bersembunyi di kelas atas hanya karena status orang tua," sindir Cho.

"Lo nyindir gue?!" tanya Pansy dengan kesal.

"Lo ngerasa?" kali ini Ginny yang bertanya dengan nada ejekan.

"Lo berdua...."

"Pansy? Sedang apa kamu di kelas ini?" tanya bu Ona yang baru saja masuk ke kelas.

Mereka semua terdiam, siswa yang menyusun kursi untuk menonton drama itu juga langsung mengembalikan kelas seperti semula.

"Nggak tahu ni bu, katanya mau ada ospek kelas mendadak," ucap Cho.

Bu Ona mengerutkan keningnya, "sejak kapan kalian bertugas seperti itu? Cepat kembali ke kelas kalian!"

Mendengar itu mereka semua langsung berjalan keluar dari kelas, "awas yah kalian, urusan kita belum selesai!" bisik Pansy, sedangkan Ginny hanya terkekeh lalu melangkah keluar dari kelas.

***

"WOY! BERITA PENTING!" teriak Enzo sambil membuka pintu kelas dengan sangat kuat.

Semua mata siswa tertuju padanya sekarang, termaksud pak Sem yang tengah menulis materi di papan.

Pak Sem adalah salah satu guru fisika terkejam, semua murid sangat takut padanya, bahkan bukan hanya murid beberapa guru juga sangat takut padanya, sikapnya yang dingin dan hanya berbicara sedikit dengan raut wajah yang tidak pernah tersenyum membuat orang-orang menjadi takut.

"Dan kenapa kau harus mengacaukan pelajaran ku?" kini pak Sem melipat kedua tangannya di belakang punggung sambil menatap Enzo dengan tatapan tajam dan muka datar khasnya.

Enzo terlihat kikuk, kini pria itu menggaruk tengkuknya lalu tersenyum kecil pada pak Sem. "Maaf pak, tapi kebablasan."

Pak Sem menaikkan sebelah alisnya. "Lalu? Kenapa baru masuk ke kelas sekarang?"

Kini bukan hanya Enzo, seluruh kelas terkecuali Draco merasakan hawa dingin yang mencengkram sedang menyelimuti kelas mereka, semuanya terdiam bahkan tidak ada sedikit pun suara sampai hembusan angin pun bisa terdengar sangking sepi nya.

"Duduk sekarang dan nilai ujian fisika mu akan dipotong dua puluh. Siapa namamu?" tanya pak Sem sambil bersiap untuk menuliskan nama Enzo.

"Lorenzo Berk," ucap Enzo dengan lemas. Setelah itu dirinya kembali ke kursi miliknya.

"Lagian lo, udah kaya orang kerasukan," komen Theo dengan suara yang sekecil mungkin.

"Gue bawa berita penting, ini semua gara-gara lo! Si Pansy ngelabrak di adek kelas kita itu, siapa yang nampar lo itu, sama teman-temannya juga, kasihan gue," ucap Enzo.

Draco kini memusatkan perhatian nya pada percakapan keduanya, itu berarti Pansy juga mengganggu Luna? Apakah gadis itu baik-baik saja?.





Halloooooo, sorry yahh lama up nyaa, HUAAAAA author zibuk banget akhir-akhir ini, tapi ini tetap salah aku kok☺️ nggak papa mulai sekarang bakal lebih rajin up.

Makasih udah baca semuanya, salam sayang author 💙🐍

Jangan lupa bintang nya biar rajin up!😤🫵

In Another Body Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang