Sekolah terlihat lebih ramai sekarang karena sudah waktunya untuk istirahat. Semua murid menggunakan kesempatan yang ada dengan mengobrol bersama teman, pergi dan makan di kantin ataupun mengerjakan tugas yang belum sempat dikerjakan.
Hal yang sama juga dilakukan oleh Luna, Ginny dan Cho, ketiganya kini pergi untuk mengisi perut di kantin.
"Huh, kimia buat gue lapar banget," ucap Cho lalu mulai memakan bakso miliknya.
Luna akan mulai memakan makanannya hingga ia harus terhenti ketika melihat lamunan Ginny. "Lo kenapa?" tanya Luna sambil memegang tangan Ginny membuat gadis itu tersadar dari lamunannya.
"Nggak papa, gue cuman bingung ajah, kok bisa yah gue masuk ips 1, secara otak gue pas-pasan gini. Tersiksa batin gue di tu kelas," ucap Ginny lalu membenamkan wajahnya pada kedua tangannya yang ia lipat di atas meja.
"Lo tekanan batin? Gue tekana apaan? Ipa 1 sekelas sama Luna pula, double penderitaan gue," ucap Cho.
"Diem lo, dilarang adu nasib disini."
"Udah diem! Mending lo berdua makan, bentar lagi masuk," ucap Luna.
Saat mereka tengah asik makan tiba-tiba meja ketiganya di pukul begitu kuat. Pansy berdiri di sana dengan kedua orang temannya.
"Lo! Gue peringatin lo untuk pertama dan terkahir kalinya, jangan pernah deketin Draco lagi, karena dia itu calon tunangan gue! Kita itu udah dijodohin karena kita setara, nggak kaya lo. Anak beasiswa kan?" ucap Pansy dengan senyuman mengejeknya.
Luna tidak ingin menanggapi ucapan Pansy yang menurut nya tidak penting itu, ia hanya fokus menghabiskan nasi goreng miliknya.
"Lo kalau gue ngomong dengar nggak sih?!!" bentak Pansy sambil memukul meja membuat pentol milik Cho jatuh ketika hendak ia suapi ke dalam mulutnya.
"Lo nggak bisa diem?" tanya Luna sambil melirik Pansy dengan sinis.
"Wah! Ni anak baru masuk, anak miskin pake beasiswa berani ngelawan seorang Pansy? Lo serius?"
Brak.
Luna memukul meja ketika dirinya berdiri. "Lo mengganggu ketentraman orang lain, lo jauh lebih tua dari gue kan? Lebih kaya juga gue lihat, jadi jaga attitude lo. Gue nggak pernah deketin siapapun disini, tapi kalau lo merasa terancam sama keberadaan gue, itu berarti udah jelas, lo sama gue beda level," ucap Luna lalu melangkah pergi.
"Pake tu cermin, tuh muka udah keriput," ucap Ginny lalu mengejar Luna begitu juga dengan Cho.
Mendengar ucapan Ginny dengan cepat Pansy mengeluarkan cermin untuk melihat wajahnya. "Dasar cewek-cewek rese!"
"Baru kali ini gue lihat ada cewe yang berani sama Pansy," ucap Theo.
"Ya bagus dong, ngapain juga harus takut sama tuh nenek lampir," ucap Enzo yang tengah fokus pada game di ponselnya.
"Ni cewe beda Drac, lo nggak mau cobain?" tanya Theo.
Draco hanya mengangkat bahunya acuh sambil terus memakan makanannya. "Nggak tertarik."
"Lagian tuh cewe beasiswa kali, ngapain harus sama Draco?" tanya Enzo sambil mematikan ponselnya lalu mulai menyeruput es jeruk miliknya.
"Di sekolah ini, namanya beasiswa sama dengan murid pintar, gue sih nggak masalah walaupun miskin tapi otaknya nggak dumpul kek Pansy," ucap Theo.
Enzo tertawa mendengar ucapan Theo. "Oke, oke. Kali ini gue setuju sama lo."
***
"Na, tungguin napa!" ucap Ginny.
Luna berhenti lalu bersandar pada pembatas dan melihat ke arah lapangan. "Udah, nggak usah didengerin, tuh nenek lampir emang gitu mulutnya," ucap Ginny.
"Gue nggak peduli sama ucapan nya, gue cuman nggak suka sikap dia waktu ganggu jam makan gue," jelas Luna.
"Si Cho mana?" tanya Luna ketika menyadari ketidak hadiran gadis itu.
"Nggak tahu, perasaan tadi ngikutin dari belakang, sekarang malah ngilang," ucap Ginny.
***
"Aduh, aku minta maaf yah kak, nggak sengaja sumpah," ucap Cho sambil membersihkan jas baju milik seorang pria yang baru saja ia tabrak.
Harry Prason, ketua osis SMA Hogstars. Tampan dan berprestasi membuat dirinya dikagumi oleh para wanita di Hogwarts, memang tidak sebanyak Draco, tapi penggemar nya kebanyakan datang dari murid-murid pintar berprestasi.
"Nggak papa, santai aja," ucap Harry sambil tersenyum.
"Sekali lagi aku minta maaf yah kak, atau mau aku cuciin ajah jasnya, nggak papa kok," ucap Cho.
Harry tersenyum lalu menyentuh bahu Cho dengan perlahan. "Udah nggak papa, lagian lo nggak sengaja juga, dan ini juga bukan masalah besar, gue bisa nyuci jas gue sendiri," ucap Harry lalu melangkah pergi.
Setelah Harry pergi Cho tersenyum bahagia, bahkan wajahnya memerah sekarang. "Si Cici ye, udah dicariin tahu-tahu nya lagi asik-asikan Lo sama cowo!" omel Ginny.
"Apaan sih Ny! Lo kaya nggak bisa lihat gue bahagia aja," ucap Cho.
"Semua cowo aja lo embat, dasar mata cipit!" ejek Ginny.
"Ih Ginny rasis ih!"
"Lo kenapa sama Harry?" tanya Luna.
"Luna kenal Harry? Tumben banget, biasanya nggak mau tahu soal kakak tingkat," ucap Cho.
"Kebetulan aja kok."
Alooo, gimana kabar kalian?
Hari ini up lagi, semoga kalian sukaaaa🐍💙

KAMU SEDANG MEMBACA
In Another Body
Fantasía_Draluna Time?_ Ini bukan hanya sekedar hidup di kehidupan baru tapi dengan tubuh yang berbeda. Berbeda? Apa yang berbeda? ~'•'~ Awalnya aku tak menyangka rasa ini akan jatuh padamu, ku pikir ini hanya pikiran ku, hanya sekedar kekaguman akan ketang...