18. FUCKING BASTARD

41 13 3
                                    

[UPDATE!!!]

HALO, DEAR... UNTUK SIAPAPUN YANG MENEMUKAN CERITA INI. SEMOGA KAMU MENYUKAINYA.

📌Jangan lupa tinggalin jejak, ya! Agar Author tahu kalau kamu menikmati tulisan ini😊

Happy Reading...

CHAPTER 18 ;

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

CHAPTER 18 ;

Sometimes words fail to capture the depth of our feelings, leaving an emotional storm lost in silence, forever muted by the burden of unspoken turbulence

─── ⋆⋅☆⋅⋆ ───

Ruangan itu sudah berantakan, dipenuhi oleh berkas-berkas dan buku-buku yang berjatuhan, lampu meja sudah pecah di lantai dan tumpahan kopi yang mengotori keramik lantai. Namun, semakin kacau lagi seiring meningkatnya gairah antara kedua orang itu. Meja itu sudah tidak dalam posisi semula saat menjadi titik fokus kedua orang itu saat mereka menyatu, permukaannya yang berantakan berderit karena menopang berat tubuh keduanya.

Felix memposisikan dirinya di belakang Trisha, yang kini membungkuk di atas meja, tubuh bagian atasnya bertumpu pada permukaan meja yang berantakan. Rok seragam sekolahnya dinaikkan hingga melingkar di pinggangnya, memperlihatkan tubuh bagian belakangnya yang terpampang.

Tangan Felix mencengkeram kain itu erat-erat, menjaganya tetap berada di pinggangnya, sementara lengannya yang lain di lingkarkan di sekeliling tubuh Trisha, menariknya mendekat saat dia masuk dari belakang.

Felix bergerak, cengkeramannya pada wanita itu semakin erat dengan setiap dorongan. Trisha mengerang, jari-jarinya mengepal di meja, tubuhnya menegang saat pria itu melaju dengan cepat.

Napas Trisha semakin tidak teratur saat dia di bawa mendekat pada pelepasannya. Suara pertemuan tubuh mereka memenuhi ruangan yang kosong, bercampur dengan nafas mereka yang tersengal.

Felix mencondongkan wajahnya ke leher Trisha, tangannya meluncur ke atas untuk menutupi mulutnya saat erangan gadis itu semakin keras.

"Mark masih berdiri di luar. Kau tidak ingin dia mendengarkan kita, bukan?" Felix bergumam di telinganya, gerakannya semakin cepat.

Trisha menggigit tangan Felix, membuat tangan pria itu terlepas saat gigi Trisha tertancap di kulitnya. Trisha lalu mendelik ke belakang menatap tajam mata pria itu.

"Biarkan dia mendengar..." kata-kata itu lolos dari giginya yang terkatup. "Mungkin itu akan menunjukkan kepadanya bahwa orang yang selama ini dia kenal sebagai pria baik-baik, tak ada bedanya dengan seorang pria biadap yang tak tahu malu."

"Kau mencoba meenghinaku dengan mulut kotormu itu, ya?" Bukannya tersinggung, gairah Felix malah meningkat. "Baik, jika kau ingin Mark mendengar kita, maka..."

Wounded to Whole |21+|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang