13. DID YOU EVER LOVE ME?

33 17 0
                                    

HALO, DEAR... UNTUK SIAPAPUN YANG MENEMUKAN CERITA INI. SEMOGA KAMU MENYUKAINYA.

📌Jangan lupa tinggalin jejak, ya! Agar Author tahu kalau kamu menikmati tulisan ini😊

Happy Reading...

Happy Reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

CHAPTER 13 ;

A small soul, yearning for love and a place to call her own

─── ⋆⋅☆⋅⋆ ───

Selama beberapa hari, Trisha mengurung diri di kamarnya, menolak keluar. Ruangan itu tetap diselimuti kegelapan, tirai ditutup rapat untuk menghalangi sinar matahari. Dia duduk di samping tempat tidurnya, matanya cekung dan tidak berkedip saat dia menatap langit-langit, ekspresinya tanpa emosi apa pun.

Suaranya nyaris berupa bisikan saat dia bergumam pada dirinya sendiri, kata-katanya dipenuhi dengan keputusasaan.

"Mengapa?" Desahnya bahunya merosot karena kekalahan saat dia membenamkan wajahnya di tangannya. "Kenapa harus seperti ini? Kenapa aku tak bisa lepas dari rasa sakit ini?"

"It's unbearable... it's consuming me…" dia memeluk kakinya semakin erat.

Dalam renungannya, tiba-tiba ponsel Trisha berbunyi. Nada deringnya menembus keheningan, sangat kontras dengan ketenangan di sekitarnya. Pada awalnya, Trisha mencoba mengabaikannya, membenamkan wajahnya lebih dalam ke lututnya. Namun dengungan yang terus-menerus itu segera menjadi mustahil untuk diabaikan.

Tanpa melihat ID penelepon, Trisha menjawab telepon dan menempelkannya ke telinga, menunggu lawan bicaranya memulai.

"Akhirnya," suara kelegaan terdengar di seberang sana sebelum di ganti suara bentakan yang menusuk indra pendengaran Trisha, kata-katanya tajam seperti cambuk. "Dari mana saja kau, anak sialan?!" Suara itu kasar, dipenuhi amarah dan ketidaksabaran. "Aku sudah mencoba menghubungimu selama berhari-hari!"

Telinga Trisha berdenging, dia menjauhkan sedikit ponselnya, menghela napas dan menjawab dengan nada datar dan lelah. "Ada apa, Mom?"

Namun, kemarahan ibunya itu malah semakin memuncak. "ADA APA?! KAU BERANI BERTANYA KEPADAKU SETELAH HILANG BERHARI-HARI?!" Ursula membalas dengan berteriak, suaranya bergetar karena marah.

"…"

Trisha tetap diam, matanya tertuju pada langit-langit dengan tatapan kosong. Dia kelelahan, baik secara fisik maupun emosional, dan tidak mempunyai cukup tenaga untuk berdebat atau membenarkan dirinya sendiri di hadapan ibunya yang marah. Sebaliknya, dia memilih untuk di caci saja.

"Jangan mentang-mentang kau sudah hidup mewah. Jadi kau merasa bisa mengabaikan aku begitu?!!

"..."

Wounded to Whole |21+|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang