6. TRISHA'S MOTHER

84 25 4
                                    

HALO, DEAR... UNTUK SIAPAPUN YANG MENEMUKAN CERITA INI. SEMOGA KAMU MENYUKAINYA.

📌Jangan lupa tinggalin jejak, ya! Agar Author tahu kalau kamu menikmati tulisan ini😊

Happy Reading...

Happy Reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

CHAPTER 6 ;

A mother's touch should comfort, not cause harm

─── ⋆⋅☆⋅⋆ ───

Felix duduk di balkon saat bintang-bintang mulai memudar. Fajar perlahan menyingsing. Udara dingin dan kepulan asap rokok menyelimuti dirinya.

Dia menarik napas dalam-dalam,
pandangannya tertuju pada pemandangan kota di depannya, tapi pikirannya melayang jauh.

Trisha sudah tidak ada di sisinya saat dia terbangun. Tempat tidurnya kosong, di sampingnya dingin dan tidak berpenghuni, jejak-jejak hangat tubuh Trisha sudah tidak Felix rasakan menandakan gadis itu sudah pergi cukup lama.

Peristiwa malam sebelumnya terulang kembali dalam benaknya, bagaimana pria itu mencerca Trisha dengan kata-kata dan sikap dinginnya. Felix tahu dia telah menyakiti gadis itu, tetapi pada saat itu, dia tidak mampu mengendalikan amarah dan frustrasinya.

"Apa yang salah denganku?" bergumam pelan, suaranya nyaris tidak terdengar di udara.

Felix menghisap rokoknya lagi, asap memenuhi paru-parunya sesaat sebelum dia menghembuskannya ke udara.

Gosip dan spekulasi para siswa pagi kemarin masih terngiang di kepalanya, menambah api kemarahan dan kejengkelannya. Tidak menyangka omong kosong mereka bisa memengaruhinya terlalu dalam.

Namun, bayangan Trisha dan Logan bersama, tertawa dan bersenang-senang, hanya menambah rasa panas di dadanya.

Felix tidak menyangka gadis itu dengan mudahnya pergi dan bersenang-senang dengan orang lain sementara dirinya terjebak di sini, bergulat dengan pikiran dan perasaannya.

Sambil menghela nafas pasrah, dia mematikan puntung rokok di pagar balkon dan berjalan kembali ke dalam. Dia melirik jam pada dinding sesaat sebelum bersiap ke kampus.

***

Trisha berdiri di depan cermin full body kamar mandi. Matanya perlahan mengamati tubuh telanjangnya. Jejak kegiatan semalam terlihat jelas di kulitnya, bekas merah dan gigitan yang ditinggalkan oleh nafsu Felix. Saat tatapannya tertuju pada jejak-jejak pria itu, gelombang emosi campur aduk melanda dirinya.

Ingatan akan kata-kata kasar Felix semalam kembali terlintas di benaknya, seperti ejekan yang kejam. Penghinaannya, menyebutnya sebagai pelacur masih terasa menyakitkan.

Sebuah penilaian yang membuatnya merasa hampa dan kotor.

"Dia benar, Kau gadis yang menyedihkan, bodoh, dan berantakan. Lihatlah dirimu sendiri, Trisha," Trisha mencibir sosok bayangan di cermin.

Wounded to Whole |21+|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang